NovelToon NovelToon
Indigo X Zombie Apocalypse

Indigo X Zombie Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Zombie / Hari Kiamat / Hantu / Roh Supernatural / Penyelamat
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.

Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.

Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.

Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Dewi yang melihat Indah di tarik dan meronta ronta di pegang oleh pria berwajah preman itu, langsung berniat maju, tapi “tap,” pundaknya di pegang oleh Reno di belakangnya.

“Ada apa ini ?”

Seorang tentara maju ke depan, Reno dan Dewi menoleh melihat tentara yang datang, wajah mereka seketika menjadi pucat karena tentara yang datang adalah tentara yang menjaga pintu bangsal dan terlihat grogi waktu mereka bertanya padanya. Sang tentara melepaskan tangan pria itu dan berdiri di depan Indah,

“Ada apa ini, katakan,” teriaknya.

Tiba tiba pria paruh baya bernama Sumarno itu maju ke depan pria berwajah preman itu, kemudian dia terlihat berbisik kepada sang tentara,

“Oh jadi itu gara garanya, baiklah, saya akan lakukan sesuai prosedur,” ujar sang tentara bernama Danang.

Kemudian sang tentara berbalik menoleh melihat Indah, dia mengajak Indah keluar dari bangsal melalui pintu samping yang di pakai Ajeng untuk keluar sebelumnya. Sumarno terlihat memberi kode pada pria preman itu supaya keluar dari bangsal,

“Ini gimana Ren ?” tanya Dewi berbisik.

“Gini, lo ama Felis ke ruang briefing, panggil pak Faizal atau mas Lukman atau mba Ajeng, gue ikutin mereka,” jawab Reno.

“Ok, ajak Felis, gue sendiri ke dalem,” balas Dewi.

“Lah gimana ? kalau berbahaya gimana ?” tanya Reno.

“Percaya ama gue, feeling gue bilang gitu,” jawab Dewi.

“Ok, gue percaya,” balas Reno.

Keduanya langsung berpencar, Dewi keluar melalui pintu samping menyusul Indah dan pergi ke ruang briefing, Reno yang menggendong Felis keluar dari pintu utama bangsal, ketika di luar mereka tidak melihat ada orang di luar selain tentara, Reno berjalan mengeliligi koridor dan lorong satu persatu sambil terus menggendong Felis, setelah berkeliling cukup lama,

“Duh kemana mereka,” ujar Reno.

Selagi tertegun melihat lapangan, tiba tiba Reno menjumpai satu arwah penasaran yang sedang melayang, arwah itu nampak seperti laki laki yang memakai seragam narapidana namun wajahnya terngkorak dan tubuhnya hanya separuh dari pinggang ke atas, dia melayang layang melintasi lapangan dan barulah Reno menyadari sesuatu,

“Kok cuman satu ya, yang semalem sebanyak itu kemana ?” tanya Reno dalam hati.

Reno mulai mengikuti arwah penasaran yang lewat di depannya, mereka masuk ke sebuah koridor yang berada di luar gedung gedung mengarah ke belakang sebuah gedung. Dengan perlahan dan mengendap ngendap, Reno terus membuntuti arwah itu dari belakang sampai arwah itu berbelok. Ketika Reno berbelok, dia langsung sembunyi kembali di balik dinding dan mengintip karena di depan seluruh arwah penasaran yang dia lihat semalam berkumpul dan arwah yang dia ikuti bergabung dengan yang lain. Mereka terlihat seperti sedang mengerubungi sesuatu, Reno memicingkan matanya, ternyata para arwah itu terlihat seperti mengerebungi sebuah bangunan kecil seperti rumah yang tidak memiliki atap.

“Hmm ada apa disana ?” tanya Reno.

“Kresk,” terdengar suara di belakang Reno, “tap..tap..tap,” terdengar suara langkah kaki mendekat, Reno langsung panik dan melihat sekeliling, dia langsung membuka pintu di sebelahnya dan masuk ke dalam, tapi dia membuka sedikit pintunya untuk melihat siapa yang lewat. Terlihat dua orang tentara melewati pintu, dua tentara itu masing masing memanggul seorang gadis dan menyeret seorang tentara wanita, Reno sangat terkejut karena yang di panggul oleh dua tentara itu adalah Indah dan Dewi sedangkan tentara wanita yang di seret adalah Ajeng.

“Astaga...astaga...Wi...lo kenapa ketangkep...aduh...gue musti gimana nih,” ujar Reno panik.

“Uhm,”

Felis yang di gendongnya terbangun, matanya yang bulat menatap Reno di depannya yang sedang terlihat panik, kemudian Felis menoleh melihat sekeliling,

“Kak Dewi mana ? ini dimana ?” tanya Felis.

“Um...Felis, kita harus menolong kak Dewi,” jawab Reno.

“Memang kak Dewi kenapa ?” tanya Felis.

“Kak Dewi di tangkap orang jahat, kamu tahu om yang kemarin bareng kita di mobil ga ? kamu bisa cari dia dan bawa kesini ga ?” tanya Reno.

“Um...om yang mana ya, ada dua,” jawab Felis.

“Yang mana aja, bisa ga kasih tau mereka dan bawa mereka kesini,” balas Reno.

“Iya deh, Felis keluar ya,” ujar Felis.

“Iya, hati hati ya,” balas Reno.

Felis membuka pintu dan keluar, Reno melihat Felis berlari ke arah lapangan lagi dan menuju bangsal. Reno berbalik dan berjalan mendekati bangunan yang di kerumuni oleh arwah arwah penasaran, kali ini dia melihat pintunya sedikit terbuka, sepertinya Dewi di bawa ke dalam  bangunan.

“Ok....gue harus nolong Dewi, tapi lawannya manusia nih...gue ga bisa berantem,” ujar Reno.

Reno berputar putar di tempat, wajahnya terlihat bingung dan ketakutan, tapi dia tidak mau ada sesuatu apapun yang terjadi kepada Dewi, pikirannya mulai melayang dimana Dewi di perlakukan macam macam di dalam,

“Aaaaah....bodo amatlah, ayo Ren, berjuang,” ujar Reno.

Dengan kaki gemetar, Reno melangkah maju mendekati bangunan yang di kelilingi oleh arwah arwah penasaran di depannya, ketika melihat Reno mendekat, arwah arwah itu menoleh dan mendekati dirinya, dengan memejamkan mata dan menoleh ke arah lain, Reno menaikkan kedua telapaknya ke depan, “bush...bush...bush,” setelah tangannya tidak menyentuh apa apa lagi, Reno mengintip dan terperanjat karena para arwah penasaran itu berubah menjadi hantu berparas cantik dan tampan berdiri di kanan kirinya seakan akan memberi jalan seorang selebriti untuk masuk ke dalam.

Tapi tetap saja, ketika semakin mendekat ke arah bangunan, kaki Reno semakin gemetar, dia tidak bisa membayangkan dirinya melawan tentara apalagi narapidana,

“Duh gimana ya ?” tanya Reno.

Tiba tiba dia merasakan hawa dingin di belakangnya, Reno menoleh ternyata hantu hantu yang di lewatinya berbaris mengikutinya, Reno bisa melihat hantu hantu itu melihat dirinya sambil tersenyum, baik hantu yang berpakaian narapidana, sipir, daster dan beragam lainnya, semua mengikutinya tanpa terkecuali. Akhirnya Reno sampai di depan pintu, dengan memejamkan matanya kedua telapaknya memegang pintu, “blak,” Reno mendorong pintunya dan mengintip,

“Hei siapa kamu ?” teriak seorang pria paruh baya.

“Hah,” Reno membuka matanya, dia melihat delapan orang berpakaian narapidana sedang berusaha membuka pakaian Ajeng, dua orang tentara juga terlihat membantu mereka dan salah satunya adalah Danang. Di tengah, Reno melihat Sumarno yang duduk di atas gentong seakan akan dia adalah bos dari para narapidada dan tentara yang sedang berusaha membuka pakaian Ajeng yang pingsan, dia juga melihat hantu Budi yang berwajah mengerikan sedang meninju dan menendang berusaha mencegah para narapidana itu. Tapi dari semua  yang dia lihat, yang paling membuat Reno marah sampai ketakutannya hilang, Sumarno terlihat memangku Dewi yang sedang pingsan dengan wajah tersenyum licik dan Indah yang pingsan duduk di kursi sofa rusak yang ada sebelahnya, tangan Reno mengepal, ketakutannya langsung hilang dan wajahnya menjadi merah karena marah.

“Lepaskan dia,” teriak Reno.

“Siapa ? dia ?” tanya Sumarno sambil meremas dada Dewi dan tersenyum licik.

“Kurang ajar lo, lepasin dia, jangan sentuh dia,” teriak Reno yang semakin panas melihat tingkah Sumarno.

“Haha lo juga pengen kan, kita nikmati sama sama aja bagaimana ?” tanya Sumarno terkekeh.

Para narapidana dan tentara yang mendengar ucapan Sumarno juga ikut tekekeh, Reno semakin geram, tiba tiba “slip,” sekelebat bayangan melewatinya dan “bruaak,” seorang narapidana terpental, “aaa...aaa..uuuu....aaa,” narapidana itu langsung nampak seperti orang yang kesurupan dan tergeletak tidak bergerak dengan mulut berbusa. Reno menoleh melihat kebelakang, dia langsung kaget karena seluruh hantu di belakangnya berwajah seperti ketika hantu orang tua dan neneknya marah. Rahang mereka terlihat memanjang sehingga mulut mereka membentuk elips yang terlihat dalam dan mata mereka hitam seperti lubang. Tanpa menunggu aba aba dari Reno, para hantu itu menyeruak masuk dan masuk ke dalam tubuh para narapidana sampai membuat mereka kesurupan.

“Bi..bisa begitu ya ? baru tau gue,” ujar Reno.

“Hei...apa yang kamu lakukan,” teriak Sumarno sambil menyingkirkan Dewi dari pangkuannya dan turun dari gentongnya.

Dua tentara di depan Reno langsung mencabut pistol dari pinggangnya dan menodongkannya ke arah Reno, tentu saja Reno langsung mengangkat kedua tangannya karena ketakutan, tapi ketika mereka mau menembak Reno, “blam...blam,” kedua tentara itu langsung jatuh memegang kaki mereka, Faizal menyeruak masuk memegang pistol di tangannya, rupanya dia yang menembak kaki kedua tentara itu dan membuat mereka jatuh.

“Kak Reno,” ujar Felis di belakang Faizal.

“Felis,” ujar Reno.

Langsung saja Reno menggendong Felis dan berlari ke arah Dewi, Sumarno yang terdesak berniat lari tapi “blam,” “Jangan bergerak,” teriak Faizal yang menembak ke atas. Sumarno langsung mengangkat kedua tangannya, Faizal membekuknya dan menggangguk melihat Reno yang sedang menopang Dewi yang pingsan kemudian dia berbicara di ht nya kepada Lukman. Reno melihat Dewi yang pingsan di tangannya,

“Wi...bangun Wi...Wi,” ujar Reno sambil menepuk nepuk pipi Dewi.

Reno meletakkan telunjuknya ke bawah hidung Dewi dan merasakan nafas Dewi, kemudian Reno menempelkan telinganya di dada Dewi untuk mendengar detaknya, tiba tiba Dewi bergerak dan Reno melihat Dewi terduduk sedang melihat dirinya,

“Lo ngapain ?” tanya Dewi.

“Eh lo udah bangun,” ujar Reno.

“Tangan lo....lepas ga ?” tanya Dewi.

“Hah...apaan ?” tanya Reno.

“Pluaak,” telapak Dewi kembali mendarat kembali di pipi Reno yang langsung jatuh dan memegang pipinya, Dewi duduk menutup kedua dadanya menggunakan tangan.

“Dasar mesum, lo ngapain,” teriak Dewi.

“Woi, bisa ga lo ga nabok gue, gue meriksa detak jantung lo, rese lo,” teriak Reno.

“Tapi kenapa tangan lo di taruh di sini, nyari kesempatan lo ye,” balas Dewi.

“Ga sengaja, sori,” balas Reno.

“Bruk...bruk,” beberapa tentara masuk ke dalam bersama Lukman, mereka langsung membekuk para narapidana, Danang dan tentara yang bersamanya. Reno memapah Dewi berdiri, beberapa tentara juga menolong Indah yang pingsan dan Ajeng yang sudah hampir telanjang, mereka semua keluar dari dalam bangunan bersama Faizal yang menangkap Sumarno, Reno yang memapah Dewi dan menggandeng Felis berjalan keluar, tapi sebelum melangkah keluar, Reno menoleh ke belakang, dia melihat ada dua orang gadis berdiri di dalam sel, sepertinya mereka adalah korban dari Sumarno dan gengnya, wajah mereka terlihat seperti mengucapkan terima kasih kemudian menghilang begitu saja.

Reno tersenyum dan kembali menoleh ke depan, Dewi yang menoleh melihat wajah Reno langsung bertanya,

“Kenapa lo senyum senyum sendiri,” ujar Dewi.

“Enggak, lo sendiri kenapa bisa ketangkep ?” tanya Reno.

“Gue nyamperin mba Ajeng, trus gue bareng mba Ajeng mergokin si Danang itu lagi membius Indah, ketika mba Ajeng masuk dari belakang dia di sergap dan di bius, gue ga bisa lari jadi kena bius juga,” jawab Dewi.

“Untung Felis ama gue, kalo ama lo gawat,” balas Reno.

“Kan udah gue bilang, feeling gue bilang Felis harus ikut lo, dia juga kan yang manggil pak Faizal,” balas Dewi.

“Iya emang, gue bersyukur lo ga kenapa napa,” ujar Reno.

“Iya, lo keren, tapi tolong ya lain kali kalau meremas dada gue jangan kenceng kenceng, sakit tau,” ujar Dewi.

“Sori, gue kan ga sengaja (yang ngeremes lo si Sumarno kale, tapi ya ga usah di kasih tau deh, untung tangan gue tadi mendarat di situ jadi dia mikirnya gue, walau gue kena tabok...lagi),” ujar Reno.

“Felis lapar, pulang yuk,” ujar Felis.

“Hehe yuk, kita makan di bangsal,” balas Reno.

“Iya, yuk,” balas Dewi yang masih di papah Reno karena masih lemas.

1
Yulitasari Daniel
tetap sehat Thor agar bisa up terus
Fitri
jangan jangan pak yohan yang jahat
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar.
Mobs Jinsei: makasih kak dukungan nya /Pray/
total 1 replies
anggita
reno, dewi, podo" sama" 🤫
anggita
👋😡 pembukaan cerita marah nampar orang.
heyza. 617
bikin cerita kok setengah setengah buruan update
Mobs Jinsei: update tiap malam kak
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kak /Pray/
total 1 replies
FJ
padahal aku dah berpikir, emang bisa dibuka?
Mobs Jinsei: Tembus kak
total 1 replies
adib
wah genre baru... makasih thoe
Mobs Jinsei: sama sama kak, semoga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!