NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tertolong

Pov Sukarmin

"Alhamdulillahirobbilalamin ternyata yang sukarmin sudah sadar, Ujang tidak usah takut, tidak usah khawatir. sekarang Ujang berada di rumah, perkara banyak orang yang datang, mereka hanya ingin berkunjung bertamu. sudah jangan banyak pikiran, nih minum air!" jawab aki Nanang sambil menyerahkan air yang berada dalam gelas mungkin sudah didoakan.

Jaya yang sejak dari tadi berada di dekatku, dengan segera dia pun memindahkan tempat duduknya untuk membantuku supaya bisa bersandar dan memudahkan ketika meneguk air, kemudian air pemberian dari aki Nanang didekatkan ke arah bibir.

Glek! Glek! Glek!

Aku meminum air yang berada di dalam gelas hampir habis seperempatnya.  kemudian dibaringkan kembali oleh Kang Jaya, aku menarik nafas dalam orang-orang yang berkumpul terlihat merasa bahagia melihat keadaanku yang sudah sadar, harapan untuk Selamat sudah terlihat jelas. Istriku yang sejak dari tadi menangis dia terus menatapku dengan begitu Haru.

"Kang sukarmin, sebenarnya ini Ada apa Kang?" Tanya Ati mungkin sudah tidak kuat menahan rasa penasaran.

Aku yang merasakan lelah, tubuhku terasa remuk tidak menjawab pertanyaan istriku keadaan yang lemah tidak menginginkan untuk berbicara yang banyak.

"Sabar Nyai! tunggu sampai Jang Sukarmin benar-benar pulih! nanti juga pasti kita akan mengetahui apa penyebab sebenarnya. sekarang biarkan dia beristirahat atau kalau mau bertanya, tanya saja Pak RT! bagaimana dia bisa menemukan Jang Sukarmin." ujar aki Nanang terdengar menenangkan istriku

"Benar Pak RT, dari mana suami saya ditemukan?"

"Mang Sukarmin ditemukan di kebun kacang tanah yang berbatasan dengan hutan rimba, waktu tadi keadaannya sangat mengkhawatirkan karena tubuh Mang Sukarmin ditemukan di selokan, mungkin kalau tidak cepat ditemukan, Mang sukarmin pulang hanya tinggal nama, soalnya tubuhnya tergenang oleh air comberan." jawab Pak RT menjelaskan.

"Dari tepian hutan, Kenapa jauh sekali bisa menemukan Jang sukarmin?"

"Untuk itu saya kurang tahu, aki. Kalau tidak percaya tanya saja Kang Jaya dan warga lain yang ikut melakukan pencarian!" Jawab Pak RT yang terlihat menunjuk ke arah Kang Jaya.

"Iya mang Sukarmin ditemukan dari tepian hutan.

"Itu sangat jauh, kira-kira Siapa yang tega membawanya?" tanggap aki Nanang dengan wajah penuh rasa heran.

"Mungkin aki yang lebih paham, Coba tolong bantu berpikir kira-kira Siapa yang membawa Mang sukarmin ,karena kalau manusia tidak mungkin mau berjalan menuju ke arah hutan dengan keadaan hujan yang lebat. apa jangan-jangan ada roh halus yang membawanya?" ujar Jaya memberikan pandangan.

"Mungkin juga bisa seperti itu, tapi bagaimana yah...?" aki Nanang menanggapi masih dengan rasa bingung.

"Kalau ingin jelas, Jalan satu-satunya hanya bertanya dengan orang yang mengalami, karena tidak ada saksi." jawab Pak RT menimpali.

"Benar, benar. nanti kalau Jang Sukarmin sudah pulih kita akan tanya pengalamanny,  kayaknya akan sangat menegangkan." ujar aki Nanang menunda rasa herannya.

Semua orang yang berada di rumahku Mereka terlihat kebingungan, belum bisa menebak Apa yang sebenarnya terjadi menimpaku. mungkin kalau mau bertanya secara langsung Mereka merasa kasihan dengan tubuhku yang masih terlihat lemas, mataku terpejam menikmati rasa sakit yang berada di sekujur tubuh, Badan terasa memar Kepala terasa pusing tidak ingin banyak berbicara.

Aki Nanang, Pak RT dan Kang Jaya, Mereka pun terlarut dalam obrolan obrolan kehidupan sehari-hari. Mereka tidak langsung pulang, dengan Setia mereka menemani orang yang baru terkena musibah. Hawa pagi semakin terasa dingin, orang-orang yang menjenguk mulai perlahan meninggalkan rumah terutama orang yang memiliki anak kecil, keadaan di luar Hujan sudah benar-benar reda. suara jangkrik dan anjing tanah di sahuti dengan suara kodok mulai terdengar nyaring kembali.

Ketika adzan subuh berkumandang, akhirnya semua orang yang menjengukku habis tak tersisa, pulang kembali ke rumah masing-masing. Pak RT sebagai ketua kampung yang sangat bertanggung jawab, dia menawarkan diri untuk membawaku ke Puskesmas Kalau tidak ada perubahan, dengan biaya yang akan ditanggung olehnya namun istriku tidak langsung menerima, dia akan melihat perkembanganku terlebih dahulu.

Keesokan paginya, dengan segera aku pun bangkit dari tempat tidur, merasa kesal karena hampir semalam suntuk aku berbaring. bersandar dengan bantal yang ditumpuk tinggi, kepalaku masih terasa pening namun hatiku sudah tenang roh halusku sudah berkumpul, Sudah sadar dengan keadaan sekitar.

"Alhamdulillah, Akang sudah bangun. Apa yang dirasakan?" tanya istriku sambil mendekat.

"Sekujur Tubuh terasa ngilu seperti habis dipukuli. Oh ya Ke mana si Dudung, bapak sudah ingin bertemu?" jawabku yang diakhiri dengan mempertanyakan keadaan anakku.

"Enggak seperti biasanya anak kita sangat kebal  tidak ingat pulang main sampai pagi belum datang. tadi pagi Ibu sudah meminta tetangga kita untuk menelepon Jang Amin, namun jaringan di kampung Cicukang kurang bagus, sehingga tidak menyambung atau mungkin handphonenya lowbat."

"Kalau bapaknya meninggal, Mungkin dia tidak akan tahu. namun biarkan saja karena mungkin itu adalah sifat Akang yang menurun terhadapnya, dulu bapak sering bermain sampai lupa waktu."

"Iya syukur kalau sadar dengan kelakuan zaman dulu, tapi tidak usah banyak pikiran karena nanti kalau jaringannya sudah baik pasti mereka akan segera pulang. mendingan sekarang Bapak makan dulu supaya lekas sembuh."

"Kalau makan bapak belum pengen. tapi kalau ada kopi Bapak minta."

"Ada, kebetulan tadi malam Pak RT dan Kang Jaya membeli kopi lumayan banyak untuk menghangatkan tubuh warga-warga yang membantu Akang. Sebentar Ati seduhkan dulu." ujarnya sambil bangkit dari tempat duduk kemudian pergi ke dapur untuk menyeduh kopi, karena air sangat banyak dan masih panas di atas tungku pembakaran.

Dari arah luar terlihat ada dua anak laki-laki yang masuk ke halaman, kemudian masuk ke rumah dengan wajah yang terkejut ketika melihat bapaknya terbaring di atas kasur, dengan kepala yang diikat menggunakan handuk.

"Bapak.....! kenapa Pak?"  tanya Dudung sambil duduk di hadapanku, Begitu juga dengan Amin yang duduk di sampingnya.

"Dudung Sebenarnya kamu pulang dari mana, kenapa jam segini baru pulang?" jawabku balik bertanya dengan tatapan yang memenuhi wajah anakku.

"Yah benar Dudung. Kenapa kamu baru pulang?" tanya Ati yang sudah selesai membuatkan kopi, dia pun membawanya ke hadapanku wajahnya dipenuhi rasa heran dengan kelakuan anaknya.

"Maafkan aku pak, bu. Bukannya aku tidak ingat pulang, namun kemarin telah menyelesaikan tugas dari Mang Mizan, Aku sebenarnya ingin pulang langsung namun cuaca tidak mengizinkan, keadaan tadi malam sangat menakutkan hujan turun begitu deras, ditambah dengan petir yang menggelegar, disusul oleh angin yang sangat kencang. Ada beberapa pohon yang tumbang bahkan ada rumah yang rusak. aku yang berniat pulang tidak berani melihat kejadian alam yang begitu mengerikan, apalagi sungai cigembong suka meluap sampai menutupi jalan." jawab Dudung menerangkan Alasannya kenapa dia pulang terlambat, sedangkan Amin Dia hanya bisa menundukan kepala, mungkin merasa bersalah karena sudah mengajak anakku.

"Iya pasti hujan di sana sangat besar, karena di sini juga tidak jauh beda." jawab Ati menimpali

"Benar saya yang bersalah karena sudah mengajak Dudung untuk pergi ke kampung Cicukang. ketika mau pulang Kami takut ada sesuatu yang terjadi di Jalan. Sekali lagi saya mohon maaf!"

"Tidak apa-apa Jang amin, Bibi bisa memaklumi. dan Bibi akan memaafkan, Bibi merasa bersyukur kalau Jang Amin bisa selamat kembali ke rumah." Jawab istriku dengan tersenyum ramah.

Aku tidak bertanya lagi, alasan kenapa anakku pulang telat ke ruma,  karena penjelasan yang diberikan oleh Dudung sangat bisa dimengerti dan dipahami. tanganku mengambil gelas yang berada di hadapan kemudian menegukknya secara perlahan karena kopi itu masih terasa panas.

"Terus Sebenarnya apa yang menimpa Bapak, kenapa Bapak seperti orang yang sedang sakit?" Tanya Dudung yang belum mendapatkan jawaban.

"Kamu pasti tidak tahu sebenarnya tadi malam Kampung cisuren digemparkan oleh kejadian yang sangat menakutkan dan sangat mengerikan, bahkan Ibu saja sampai tak sadarkan diri."

"Memangnya kenapa ibu?" Tanya Dudung dengan wajah yang dipenuhi rasa cemas, namun sebelum Ibunya menjawab dari arah luar terdengar ada suara motor yang parkir di halaman.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!