NovelToon NovelToon
Klub Film Ini Bermasalah!

Klub Film Ini Bermasalah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agus S

Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pahlawan Kesiangan

Disaat klub film bersiap untuk pulang setelah melakukan rapat persiapan. Pintu ruang klub tiba-tiba terbuka dengan pelan. Ada seorang pria dewasa berkacamata bulat dengan wajah yang seperti ikan kehabisan napas.

"Kudengar klub film sudah benar-benar serius ingin membuat film," sapa pria itu, "Karena itu, aku ingin menyapa anak-anakku tercinta di dalam klub ini."

"Bukannya Pak Feri sudah tidak ingin berurusan dengan kita lagi?" tanya Tio, "Mengapa tiba-tiba kembali ke dalam klub disaat klub film sedang diambang kehancuran?"

Pak Feri merapihkan kacamata, "Aku sudah sering memberitahu kalian. Namun, kalian selalu mengalihkan perhatian. Sebab itulah aku meninggalkan kalian."

"Oh, iya?" tanya Nuri, "Ini udah lebih dari setahun. Kami yang saat itu memohon bimbingan untuk masa depan klub saja tidak digubris sama sekali."

"Yah, dia emang orang yang payah," timpal Tio.

"Ayolah anak-anak ... Aku juga menjadi guru pelajaran. Disisi lain aku harus menjadi pengurus keanggotaan setiap klub dan pembina dari klub film," jelas pak Feri, "Aku disini hanya ingin menyampaikan pesan. Jika ada kesulitan. Tolong tanyakan. Kita lupakan kejadian di masa lalu, oke?"

"Cih...." jawab singkat Tio.

Dika yang penasaran bergerak pelan ke arah Mona dan berbisik, "Sebenarnya apa yang sedang terjadi?"

"Aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu," jawab Mona dengan pelan, "Namun, aku pernah mendengar kalau klub film dipermalukan oleh beliau dalam rapat tahunan setiap klub. Klub film yang tidak mempunyai kontribusi dicecar habis-habisan dan dianggap memalukan."

"Uwah... Bukannya itu kejam sekali?" balas Dika.

"Iya, kan? Aku juga awalnya tidak percaya dengan hal itu. Karena aku kenal beberapa teman dari klub lain. Dikatakan kalau informasi itu benar adanya," jelas Mona, "Bahkan katanya itu yang membuat anggota klub tersisa dua orang. Kemudian orang-orang yang meninggalkan grup menyalahkan kak Tio dan kak Nuri atas tidaknya kontribusi klub untuk sekolah."

Dika kemudian menoleh kembali ke perbincangan Pak Feri dengan Tio dan Nuri. Tio menambahkan kalau permintaannya saja tidak diterima disaat klub film yang sebelumnya ingin bangkit malah menjadi terperosok kembali.

"Tentu saja aku tidak bisa membantu kalian," tegas pak Feri, "Itu adalah kolaborasi antara klub film dan klub penggemar film. Pembatalan pembuatan film pendek saat itu tidak bisa disalahkan kepada pembina, dong?"

"Setidaknya Pak Feri membantu kami untuk mencari pemeran pengganti!" kesal Nuri.

"Aku sudah angkat tangan mengenai hal itu. Pihak dari gadis si pemeran utama yang memintaku untuk menghentikan proyek pembuatan filmnya," jelas pak Feri, "Aku tidak bisa mengalihkan permintaan orang tuanya begitu saja. Bagaimana jika dia menuntut sekolah?"

"Justru karena itulah... Pak Feri harusnya membantu kita saat itu!" kesal Nuri, "Dengan waktu sesingkat itu. Bagaimana bisa kami membuat film pendek. Makannya kami semua akhirnya menyerah dengan kejadian itu dan tidak ingin mengungkitnya lagi."

"Cukup-cukup!" seru Tio untuk menengahi pertikaian.

Tio menebak kalau kedatangan pak Feri hanya untuk menaruh namanya dalam film pendek buatan klub film. Karena alasan itu, Tio tidak mengizinkan namanya ada di dalam kredit filmnya nanti.

Pak Feri memicingkan matanya, "Baiklah kalau itu keinginan kalian. Apa aku akan mengundurkan diri dari pembina klub film?"

"Sesuai perkiraan gue. Pak Feri hanya ingin namanya masuk ke dalam kredit film, 'kan?" tanya Tio dengan nada yang tegas, "Silahkan saja bapak mengundurkan diri dari pembina klub ini. Pihak OSIS yang akan menjadi penengah."

"Tidak perlu. Membawa OSIS hanya memperbesarkan masalah," jawab pak Feri, "Aku yakin perdebatan kita sudah terdengar keluar ruangan. Karena ini keputusan kalian. Aku akan mengundurkan diri dari pembina klub film. Tapi, sebagai jaminannya, jangan memohon kepadaku jika kalian tidak menemukan pembina pengganti!"

Pak Feri langsung keluar dari ruang klub tanpa mengeluarkan satu kata pun. Ketegangan yang terjadi di ruang klub langsung mereda. Nuri langsung memeluk Tio untuk meredakan amarahnya.

Nuri bertanya kepada Tio mengenai pengganti pembina klub film. Tio meminta semua orang untuk merahasiakan permasalahan ini dari OSIS. Sebab Tio yakin disaat film pendeknya selesai. Nama dari klub film akan pulih kembali di mata para guru dan bisa menjadi jaminan untuk kontribusi klub.

Dengan napas lega. Semua anggota klub film keluar dari ruangan klub untuk mencari angin segar. Dika melihat beberapa anak OSIS yang melihat dari kejauhan ke arah ruang klub film.

Dari beberapa gadis OSIS yang sedang memperhatikan klub film. Dika hanya kenal dengan Siska sebagai Ketua OSIS. Dika yakin, kalau dia akan menanyakan kejadian yang terjadi di ruang klub film.

Tio yang sadar diperhatikan berbisik ke semua anggota klub film untuk tidak membicarakan permasalahan mundurnya pembina klub film. Karena keluarnya pembina klub hanya akan menambah berat permasalahan klub. Tanpa pembina, kegiatan klub langsung dikatakan ilegal oleh sekolah.

Kemudian semua anggota klub berjalan dengan bersamaan melewati ruang OSIS. Dika mendengar nama Tio dipanggil berkali-kali oleh Siska dan menanyakan apa yang sedang terjadi di ruang klub. Tetapi, Tio tidak membalas perkataannya dan memilih untuk melangkah maju.

Hal yang Dika sadari mengenai hal ini. Klub film sangatlah bermasalah. Dika merasa seperti seorang kriminal. Sebab hidupnya jarang sekali mendapati masalah sebesar ini. Dika penasaran apa yang terjadi jika sekolah tahu kalau klub film tidak mempunyai pembina.

Tio dan Nuri berpisah dengan Dika serta Mona di koridor lantai satu gedung klub. Ada hembusan napas lega yang terdengar dari mulut Mona. Dia merasa pertikaiannya klub dengan pembina tadi adalah hal yang paling menegangkan dalam hidupnya.

Dika setuju dengan perkataan Mona. Dia tidak menyangka kalau klub film sangat bermasalah dan timbul perasaan menyesal karena bergabung dalam klub yang sudah diujung tanduk.

Ada tertawaan kecil yang keluar dari mulut Mona. Dia merasa Dika agak berlebihan. Mona menjelaskan kalau perbedaan visi misi antara klub dengan pembina adalah hal yang biasa di sekolah ini.

"Kau tahu? Bahkan klub sepak bola saja pernah adu jotos dengan pembinanya sendiri," jelas Mona sambil tertawa, "Terkadang pembina klub memang mempunyai sifat yang menyebalkan. Seolah-olah dia mempunyai kontribusi tinggi dalam klubnya. Padahal mereka hanya numpang nama di dalam klub tersebut."

Dika perlahan berhenti di depan gerbang sekolah. Dia melihat ke langit yang mulai gelap. Dika merasa kalau perjalannya mungkin akan semakin terjang.

Mona secara tiba-tiba mengajak Dika untuk pulang bersama. Dika yang setuju hanya bisa mengangguk dan ingin menanyakan beberapa hal kepada Mona.

"Tanyakan saja padaku apa yang ingin kamu tanyakan," jawab Mona dengan nada yang bangga, "Aku ini informan di sekolah loh, hehehe."

Keduanya melanjutkan perbincangan mereka sambil berjalan menuju stasiun di dekat sekolah. Disaat Dika mengarahkan kartu keretanya ke pintu masuk. Dika teringat dengan apa yang ingin dia ketahui tentang klub film.

"Sebenarnya apa yang terjadi sebelum kedatanganku? Tentang sosok gadis yang dibicarakan oleh pak Feri," tanya Dika, "Aku penasaran dengan itu. Karena bisa dikatakan kalau klub film pernah berusaha untuk bangkit. Walau mereka gagal kembali di tengah pembuatan film pendek."

"Ah, gadis yang dimaksud itu si—Chika Jessica," jawab Mona dengan singkat, "Dia tiba-tiba tidak bisa melanjutkan syuting disaat klub film sedang bergantung dengannya karena dia adalah pemeran utamanya."

Tepat setelah Mona mengatakan hal itu. Kereta yang melaju dengan cepat membuat kepala Dika melayang-layang. Mungkin disaat itu, pecahan demi pecahan mengenai gadis bernama Chika Jessica perlahan terungkap olehnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!