NovelToon NovelToon
Hilal Untuk Halal

Hilal Untuk Halal

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: emha albana

Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.

Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1000 Dirham Tak Berarti

Jika wanita itu tulang rusuk, setidaknya kehadirannya tidak kalah penting dengan Tulang Punggung. Jika manusia tidak memiliki tulang punggung, pasti-lah masih mampu bertahan hidup, tetapi jika manusia kehilangan tulang rusuk, maka rentan untuk rusaknya organ tubuh yang lain.

Tulang rusuk jua-lah yang menjaga paru-paru, bronkus, pleura dan trakea, bahkan pembuluh darah besar, perikardium dan sistem kardiovaskuler yang amat penting dalam organ tubuh, tak lepas dari lindungan tulang rusuk, ingat juga, bahwa tulang rusuk ikut menjaga saluran nafas yang menjadi nadi kehidupan, yakin? Tulang punggung bisa hidup tanpa tulang rusuk?!

Seorang lelaki, walau dia menjadi penopang, tidak cukup tanpa kehadiran seorang wanita yang menjadi ruh kehidupan seorang pria, sama seperti tulang rusuk tanpa tulang punggung bisa melangsungkan hidup, tapi apakah pria sepeninggalan wanita akan baik-baik saja?! Begitu juga tulang rusuk tanpa tulang punggung tak akan bisa berdiri sendiri, keduanya saling melengkapi dan menguatkan.

Enam puluh hari kedepan sudah masuk di hari pertama, maka Hilal hanya punya waktu Lima Puluh Sembilan hari lagi, sebagai penentu untuknya mencari 'tulang rusuk' yang akan disandingkan dengan tulang punggung.

Apes, Hilal tidak tahu kalau hari ini, Halal dan Rizka tidak ada jadwal, mengingat selama seminggu, hanya tiga hari waktu mengajar.

"Mil, anak baru kok belum pada masuk?!"

"Aih si Bapak, kan memang selama seminggu mereka hanya mengajar tiga hari aja."

"Oh gitu, kamu dapatin mereka dari mana?"

"Mereka sendiri yang ngelamar Pak..."

"Kamu punya data mereka?!"

"Untuk?" Tanya Mila.

"Ada urusan aja, boleh dong saya minta biodata mereka."

"Sebentar Pak, saya ambil dulu ya..."

"Oke," jawab Hilal sambil memeriksa laporan keuangan Yayasan.

Mila pun kembali membawakan data karyawan, diantaranya Rizka dan Halal.

"Ini Pak." Mila memberikan dua map hijau.

"Taro aja, makasi yah..."

"Iya Pak."

"Oh ini, kasih juga ke Arza." Hilal memberikan beberapa berkas yang sudah di tandatanganinya.

"Ini semua dikasih Arza?!"

"Iya semuanya, biar dia yang revisi ulang, karena ada beberapa yang perlu dilengkapi, dan sudah saya kasih note juga kok."

"Baiklah kalo begitu."

"Makasi..."

Mila meninggalkan ruangan, dan Hilal kembali mencari tahu siapa Rizka dan Halal. Ia mencatat alamat keduanya, segera Hilal mencari alamat mereka, dan meninggalkan ruangannya.

"Mil, saya keluar yah..."

"Ya Pak."

"Assalamualaikum."

"Wa'alikum Salam."

Mirip sinetron, saat Hilal pergi, Mama Firda dan Vika datang ke Rumah Tahfidz.

"Mil, Hilal mana?!"

"Duh Bu, kenapa sih setiap bapak pergi, ibu Dateng, baru banget bapak keluar."

"Kemana yah Mil?"

"Kemana...kemananya nggak ngomong Bu."

Terlihat wajah Mamah Fida sedikit kecewa, Mila memalingkan wajah-nya, takut ada pertanyaan lain yang dia tidak tahu, atau pertanyaan yang cukup menjebak, mata dia terus mengawasi seisi ruangan.

"Anak barunya mana Mil?"

"Itu anak baru Bu!" Sambil menunjukan ke Guntur, ia membalas senyum dengan gigi depannya yang ompong. Mila sebenarnya tahu, kalau yang dicari itu Rizka dan Halal.

"Daleeem Bu..."

"Heeeem, bukan dia maksud nya, tapi guru baru."

"Oooooowh, mereka seminggu cuma tiga hari masuknya Bu."

"Yaudah,...." Mamah Fida pergi meninggalkan Mila tanpa mengucap salam.

"Huuufh, nggak tahu kenapa kalo Ibu-nya Bos sudah ke sini, jantung rasanya mau copot, dan ada aja yang ditanya, dijawab takut salah, bilang nggak tahu takutnya dijutekin...manusia...manusia...."

Mamah Fida dan Vika pergi dengan rasa kecewa, karena orang yang dicari tidak pernah ia temui.

...****************...

Hilal menelusuri jalan, dan mencari tahu alamat rumah Rizka dan Hilal, terpaksa ia memarkir mobil jauh dari kediaman mereka, di gang sempit, hanya untuk beberapa motor aja yang bisa melalui jalan tersebut.

"Bu, permisi numpang tanya, kalo Rt07/03 No. 44 Peta-Tenggara, kampung pondok dimana yah Bu?!" Tanya Hilal ke salah satu Ibu yang sedang jualan.

"Kalo nggak salah, lurus, nanti ada gang pertama, kedua, ke tiga disitu, di gang ke tiga, nah, dari gang ketiga, ada rumah pertama itu, rumah Ibu Salmah, rumah ke dua itu rumah Ibu Halimah, rumah ke tiga rumah Bapak Warsa, nah mereka sebelahan dengan Warsih, adiknya, kalo alamat yang bapak cari, tepat di belakang rumah Bapak Warsih, itu rumah Neng Rizka yang kebetulan dia sudah yatim-piatu, Ibu-nya baru saja meninggal beberapa Minggu lalu kalo nggak salah."

Dengan senyuman terpaksa," Makasih yah Bu..."

"Sama-sama, eh tapi, biasanya Neng Rizka nggak ada di rumah, kalo nggak ngajar, atau di laundry depan."

"Iya Bu, nggak apa-apa, mau mastiin aja, alamat ini."

"Permisi yah Bu, Assalamualaikum...."

"Wa'alikum salam... ngomong-ngomong si Ade ini siapanya Rizka? Pacar? Atau calon suaminya, ganteng banget sih?!" Masih aja si Ibu kepo, maklum namanya juga emak-emak.

"Saya cuma temen kerjaannya aja kok Bu."

"Oalah ...Tak kira calon suaminya."

"Yaudah yah Bu, saya coba ke rumahnya dulu."

"Monggo Maas..."

Hilal melanjutkan pencariannya, dan rela jalan kaki dengan jarak yang cukup lumayan jauh dari tempatnya menaruh Mobil.

Langkah kaki-nya terhenti di sebuah rumah bilik, yang jauh dari kata layak untuk dijadikan tempat tinggal, dan jauh dari rumah yang Hilal tempati. Hilal agak terenyuh melihat kondisi rumah Rizka, orang yang mengamalkan dan menjaga Al-Qur'an, ia selaku orang yang bertanggung jawab atas kesejahteraan pengurus merasa berdosa melihat kediaman orang yang bertanggung jawab atas hafalan Al-Qur'an murid-muridnya.

"Masyaallah,... Astaghfirullah." Hilal mengucapkan dua kalimat tersebut, Masyaallah, karena dia takjub dengan kesederhanaan Rizka dan mampu bertahan dengan kondisi sulitnya. Astaghfirullah, karena Hilal merasa bersalah jika mendiamkan dan berpura-pura tidak tahu dengan kondisi pengurus terutama tim pengajar, ia teringat pesan Ali Bin Abi Thalib ;

________ Pesan Ali Bin Abi Thalib:_________

"Aku adalah budak (hamba sahaya) bagi orang yang mengajariku walau hanya satu huruf”

"Aku melihat bahwa hak yang paling kuat adalah hak seorang Mualim ialah hak yang paling wajib dijaga oleh setiap muslim ia berhak diberi hadiah 1000 dirham untuk setiap huruf yang diajarkan, sebagai penghormatan."

__________________________________________

Hilal berjanji mulai detik ini, dia akan keliling untuk mencari tahu keadaan pengurus Rumah Tahfidz, ia merasa berdosa jika harta yang dimiliki, kekayaan yang dimiliki tidak dapat mensejahterakan orang-orang bekerja untuknya, dia tidak ingin untuk memperkaya diri sendiri.

"Ya Allah, maafin hamba yang lalai memperhatikan orang-orang yang keringatnya mengucur untuk usaha-usaha hamba."

Hilal mencari alamat kedua, yang katanya tidak jauh dari Rumah Rizka, yakni Rumah Halal.

Ia kembali keluar-masuk gang sempit dan kumuh, sekian lama dia lupa untuk tadabur dan tafakur keliling memperhatikan orang-orang sekilingnya.

"Pak, numpang tanya, kalo alamat Kampung Pondok, RT 008/03 No.71 Dimana yah?!" Hilal berharap kalau orang yang ditanya-nya ini tidak sama dengan orang yang diawal.

1
larasatiayu
mampir dong pls ke sholeh tanpa jilbab
Kim
iyalah,,,,karena Madrasah pertama seorang anak adalah Ibu,,,,jadi kita wajib menuntut ilmu
Kim
karena kesehatan adalah nikmat yg tiada tara
Kim
semakin banyak saingan pak Hilal
Kim
ayo ak Hilal,jangan sampai kalah start,,,keburu Halal di halalin orang nih🤭🤭🤭
Kim
jangan memaksakan kehendak bu,mungkin anda yg melahirkan,tapi Hilal juga punya pilihan sendiri,selama itu baik anda jadi orang tua wajib mendukung dan mendo'akan
Kim
bagus,,,,,jangan hiraukan ortu nya pak Hilal,,,,
Kim
gagal ungkapin perasaan deh,,,sabar dulu pak Hilal
Kim
nggk gitu juga bu konsep nya jadi orang tua
Kim
punya hak apa anda menghina mereka,,,,
Kim
apkah cerita ini terinspirasi dari kisah nyata kaka Author?🤔🤔🤔
Kim: wowwww,,,,salut buat adik kaka
i.g : emhaalbana: Kisah adik saya bernama Azizahtudzahra
total 2 replies
Supatmiah Winda
usaha travel umroh tapi ko kejar" cowok y
i.g : emhaalbana: Abinya kak, kalo Vika Butik
total 1 replies
Kim
ada yg lagi misi cari jodoh🤭🤭🤭
Kim
semoga saja bertemu,,,,

kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
Kim
kalian benar" 👍👍👍👍
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Kim
bakalan ada kisah cinta yg rumit & menguras air mata
Kim
semoga Halal & Hilal
Rizk & iskandar🥰🥰
Kim
gerutuan papa Amrul mewakili suami" yg ada di dunia nyata
Kim
setuju sama Papah
Kim
pal Hilal gercep amat,semoga berjodoh sama Halal y pak🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!