“Jangan meremehkan seorang wanita, karena marahnya seorang wanita akan membawa kehancuran untukmu!”
~Alatha Senora Dominic~
🍁
Wanita yang kehadirannya tak diinginkan. Ia diabaikan, dikhianati bahkan hidupnya seolah tengah dipermainkan.
Satu persatu kenyataan terbuka seiring berjalanya waktu.
“Aku diam bukan berarti lemah! Berpuas dirilah kalian sebelum giliran aku yang membuat kalian diam.”
Kisah rumit keluarga dengan banyak konflik dan intrik yang mewarnai.
Simak kisah hidup seorang Alatha Senora Dominic di sini 💚
*
Mature Content.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11 Suasana mendebarkan
Plak!
Tamparan tangan Ben meluncur menghantam pipi mulus Atha.
“BEN!”
“Aku akan memberi pelajaran pada anak tidak tahu diri ini. Jangan halangi aku Papa.” bantah Ben menjawab bentakan Axton.
Suasana malam berubah mencekam, kemarahan Ben dan Arabella membuat Atha tersudut.
Atha memegang pipinya yang merah, bahkan sudut bibirnya sampai mengeluarkan darah karena kerasnya tamparan yang di layangkan Ben.
“Siapa yang kau katakan tidak tahu diri Tuan Ben. Kaulah yang mengasuhku sejak aku kecil seharusnya kau tidak mempertanyakan tentang kesopanan karena bahkan kau sendiri tak memilikinya.” sangkal Atha dengan berani menjawab ucapan Ben.
Plak!
“Hentikan Ben. Jangan gunakan tanganmu!”
Axton Dominic memasang badan di hadapan Atha. Lelaki tua itu tidak tahan karena melihat cucunya harus dikasari.
Tamparan yang di layangkan Ben sudah genap memenuhi kedua pipinya.
“Kau!” tunjuknya pada Atha yang tubuhnya bergetar. “Kehadiranmu memang bencana!”
“Hentikan Ben. Cukup. Kita mau makan malam, bukan berdebat.”
Axton menyuruh Ben dan Atha kembali duduk. Ia benar-benar tak menyangka suasana akan serumit ini.
‘Maafkan Opa, Ala. Lelaki tua ini memang tidak berguna.’
Jeremy, Hana dan Serin hanya diam menatap perdebatan sengit dan kasar tersebut.
Mata tajam Jeremy mengawasi Atha dengan intens.
“Ahh!” Jeremy memekik karena terkejut Serin mencubitnya. “Kenapa?”
“Apa yang kau lihat sampai bengong seperti itu.”
“Hanya menyaksikan tontonan live yang menyenangkan.”
Serin bergelayut manja, menempel di dada Jeremy seolah tengah mengejek Atha.
“Jangan menatapnya karena kau hanya milikku!”
“Ya aku hanya milikmu!” jawab Jeremy meyakinkan.
Obrolan pasangan itu tak luput tetap terdengar di telinga Atha. Ia mencoba mengalihkan pandangan, tangannya meremas ujung dress yang di gunakan.
‘Aku memang tidak mencintaimu, tapi sikapmu benar-benar keterlaluan, J. Kau bukan hanya menunjukkan dimana posisiku, lebih dari itu kau tengah mempermainkan harga diriku yang nyata juga berstatus istrimu.’
Axton juga mendengar ucapan Serin dan Jeremy. Wajah lelaki tua itu pias, rahangnya mengeras dengan tatapan mata yang tajam.
Axton menyudahi aksi saling serang antar mereka semua dengan berdahem sedikit keras.
Ia mengajak mereka semua makan malam setelah koki menyajikan daging panggang yang telah matang.
Satu jam kemudian.
Makanan yang tersedia telah kandas semuanya. Tak ada obrolan, hanya suara garpu dan pisau yang saling beradu.
Keheningan membentang selama makan malam terjadi.
Semuanya telah kembali duduk dengan santai.
Axton duduk berdampingan dengan Atha. Serin dengan Jeremy dan Hana dengan Ben. Sedangkan Arabella duduk di sebelah Serin, mengabaikan Axton yang memihak pada cucu yang tersakiti.
“Jeremy!”
“Ya?”
“Bagaimana selanjutnya?” tanya Axton dengan datar.
Mencari solusi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya tentang hubungan cinta segitiga yang terjalin antara lelaki ini dengan kedua cucunya.
“Apa maksud anda, Tuan Axton?!” tanya Jeremy dengan suara yang berat.
Lelaki itu tidak bodoh dengan mengerti apa sebenarnya maksud dari ucapan lelaki tua ini.
Axton menatap cucunya. “Hubungan antara kalian bertiga. Jika kau sudah bersama dengan Serin maka ceraikan Ala saja.”
Deg!
Jantung Alatha berdetak dengan sangat cepat menanti jawaban apa yang akan di lontarkan Jeremy.
“Tidak akan ada perceraian.”
Brak!
Axton menggebrak meja dengan kasar. “Apa maksudmu sebenarnya. Kau tak bisa melakukan ini pada cucuku.”
Jeremy tertawa dengan sarkas. “Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan Tuan Axton. Bahkan jika kau tetap bersikeras menentangnya maka kau sendiri yang akan hancur!” jawabnya dengan santai tanpa beban.
“Kau tak bisa melakukan ini pada Ala. Kau harus menceraikannya!”
Serin langsung berdiri dengan kasar. “Opa jangan ikut campur dengan urusan rumah tangga kami.”
“Serin! Kau sama saja. Tega sekali kau berbuat seperti ini pada Ala. Dia saudaramu!”
Serin tertawa mengejek. “Aku tidak pernah menganggap Atha saudara, Opa. Dia adalah saingan. Aku membencinya!”
“SERIN!” bentak Axton pada cucunya.
“Jangan membentak istriku, Tuan Axton.” ucap Jeremy membela.
Tiba-tiba suasana tegang kembali terjadi. Atha hanya mampu diam dengan wajah yang sendu.
Ia tak tega melihat sang Opa di bentak dan tidak di hargai di sini.
“Opa, cukup!” lirih Atha sambil memegang tangan Axton yang dingin. “Aku tidak apa. Jangan khawatir.” lanjutnya dengan suara tertahan.
Atha lebih khawatir lagi jika sampai Axton menentang Jeremy.
Ia takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Axton mengingat ancaman Jeremy yang tidak pernah main-main.
Atha tak bisa melakukan apapun. Kekuasaan Jeremy lebih besar dari Axton.
“Kau harus menceraikan Ala.”
“Jangan harap!”
“Opa sudahlah, jangan campuri urusan kami. Lebih baik Opa diam saja.” sahut Serin tanpa merasa bersalah.
“Katakan jika kau ingin bercerai dengannya Ala.”
Axton menatap Atha untuk meminta jawaban.
Atha menggeleng lemah. Ia mendongak, tatapan Jeremy yang tajam menusuk sampai ke relung hatinya.
“Aku tidak akan bercerai dengan Jeremy, Opa.” suara Atha hampir lirih tak terdengar. Suaranya tercekat, berat sekali ia menjawab keputusan ini.
Tapi kembali lagi, ia tak bisa mengorbankan sang Opa. Lebih baik ia menderita asal Opa baik-baik saja.
Bukan tidak punya pilihan, namun pilihan yang di berikan Jeremy sama-sama melukainya.
Ia memang bisa bebas, namun kebebasannya harus di tukar dengan kehidupan Axton.
Apakah ia akan tega membiarkan Axton yang sudah tua mengalami kesulitan? Jawabannya jelas tidak!
“Opa dengar jawaban cucu kesayangan mu ini. Dia tidak mau bercerai dengan suamiku.”
Serin menatap Atha dengan remeh. Wanita itu kembali bermesraan dengan Jeremy di hadapannya.
Ia mengecup bibir Jeremy tanpa tahu malu.
Sedangkan Arabella, Ben dan Hana tersenyum puas dengan jawaban yang di lontarkan Atha.
Axton saja tak lagi bisa bersabar, apalagi Atha.
Lelaki tua itu bangkit dan menyeret tangan Atha untuk mengikutinya. Ia ingin bicara dengan cucunya berdua.
Meninggalkan orang-orang jahat yang tengah tertawa puas dengan apa yang telah terjadi pada Atha.
Ruang kerja Axton.
Atha dan Axton duduk di sofa. Axton masih menggenggam tangan cucunya.
Ia menatap mata Atha dalam-dalam.
“Ala.”
“Aku tidak apa, Opa. Sungguh!”
“Tapi kau tidak bisa seperti ini. Jeremy sudah memiliki Serin. Kau akan tersiksa.”
Axton mencoba mengubah keputusan Atha yang masih ingin mempertahankan hubungannya.
Axton tidak tahu saja tentang ancaman Jeremy yang di lakukan melalui Atha. Jika ia tahu mungkin ia lebih memilih masuk dalam jeruji besi dari pada harus mengorbankan cucunya.
Sama seperti Atha yang tidak tega, Axton juga tidak akan tega.
“Opa, aku masih kuat bertahan. Tidak apa-apa. Jangan cemas.”
“Bagaimana tidak cemas, kau hidup di antara orang-orang yang tidak memiliki perasaan seperti mereka.”
Atha menunduk, tak berani menatap mata sang Opa.
“Katakan! Apa kau bahagia?”
Atha menggeleng lemah.
“Apa yang di lakukan Jeremy padamu selama ini. Katakan pada Opa!”
Atha kembali menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca.
“Apa dia menyakitimu? Memperlakukan mu dengan buruk?”
Kini Atha diam. Ia tak menjawab walaupun dengan isyarat kepala.
Axton mengepalkan tangannya.
Brak!
“Katakan apa yang di lakukan Jeremy padamu!” tekan Axton menunggu jawaban.
Atha tak bicara, namun ia sedikit menurunkan lengan dress yang di pakainya. Menunjukkan pada Axton tentang luka-luka yang ada di tubuhnya.
Axton melihatnya. Wajahnya memerah, tangannya terkepal dengan sangat kuat.
“Dia menyiksamu?”
Atha mengangguk pelan.
“Brengsek! Opa akan membunuhnya!”
Axton sudah bangkit namun tangannya di cekal oleh Atha.
Atha menggeleng lemah.
“Jangan Opa. Jangan menentang Jeremy. Aku tidak ingin apapun terjadi pada Opa.”
“Dan membiarkan mu di perlakukan seperti binatang seperti ini?”
Atha memegang tangan Axton dengan erat.
“Jangan lakukan apapun, Opa.”
Atha masih bungkam tak ingin berterus terang tentang ancaman Jeremy.
“Apa kau mencintainya?”
Deg!
🍁
Bersambung...