Savira tidak sengaja bertemu dengan seorang pemuda. Dia menolongnya sampai membiarkan dia tinggal di rumahnya. Namun, seiring waktu berjalan, dia merasakan hal berbeda dengan pemuda ini. Hingga benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya.
Namun, mengetahui jika pemuda yang dia tolong ternyata bukanlah orang biasa. Dia adalah seorang pewaris utama dari Perusahaan besar tempatnya bekerja.
Bagaimana setelah ini? Savira hanya merasa dibohongi oleh pemuda itu. Apa dia akan memaafkannya? Atau mungkin segala rintangan akan membuat dia menyerah begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Meninggalkan Shandy
Situasi yang sudah membaik sejak saat itu. Savira sudah mulai menjalani aktivitasnya seperti biasa. Namun, kali ini ketika dia berangkat dan pulang bekerja, maka selalu diantar oleh Shandy. Meski dia melarang, namun Shandy tetap ingin melakukan itu.
"Sayang, nanti gak perlu jemput. Aku harus lembur kayaknya"
"Kenapa? Banyak kerjaan?"
Savira terdiam sejenak, dia mengangguk pelan. "Em, iya. Lagi banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan"
Shandy langsung menatap Savira dengan kening berkerut. Mereka telah sampai di parkiran Perusahaan. Shandy mengelus kepala wanitanya dengan lembut.
"Kamu gak dapat perundungan 'kan?"
Pertanyaan Shandy membuat Savira terdiam. Dia mengalihkan pandangan dari mata pria itu. Membuka sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya.
"Enggak kok, kamu tenang aja. Yaudah, aku masuk dulu ya. Kamu juga harus ke Kampus 'kan"
Savira segera turun dari dalam mobil dan pergi masuk ke dalam Lobby Perusahaan. Sementara Shandy masih terdiam, belum berniat melajukan mobilnya.
"Aku harus cari tahu, sepertinya dia benar mendapatkan perundungan. Siapa yang berani merundung kekasihku, akan habis saat itu juga!"
Shandy bisa langsung merasakan sikap-sikap Savira yang berbeda. Apalagi sering sekali melihatnya kerja lembur, sementara yang lainnya tidak. Sudah jelas jika Savira pasti mendapatkan perundungan dari teman kerjanya.
Shandy kembali mengendarai mobilnya menuju Kampus. Dia harus segera menyelesaikan kuliahnya, agar bisa segera memegang Perusahaan dan bisa menikahi Savira. Sekarang tujuannya adalah seperti itu.
"Shan, lo kemana aja si? Gue kangen tahu. Si Gilang juga gak pernah ngasih tahu gue keberadaan lo"
Hanif datang dengan langsung merangkul Shandy. Bahkan teman dekatnya saja, tidak pernah Shandy beritahu tentang keadaannya yang sebenarnya. Shandy hanya ingin semua orang di sekitarnya bahagia tanpa harus merasa kasihan padanya atas keadaan ini.
"Gue banyak urusan. Maklumlah, gue 'kan cucu kesayangan Kakek"
"Sombong banget lo! Tapi emang bener juga si"
Mereka berdua berjalan menuju kelas. Sudah lama juga Shandy tidak melihat suasana Kampus seperti ini.
*
Sebenarnya ini adalah kebohongan pertama kali yang dilakukan Savira pada Shandy. Bukan karena dia bekerja lembur, namun sore ini dia sudah ada janji bertemu seseorang. Dan Savira tidak bisa memberitahu Shandy tentang ini.
Sampai di sebuah Hotel yang mewah, tempat pertemuan mereka hari ini. Savira di bawa oleh pegawai Hotel menuju salah satu kamar. Ketika masuk, dia cukup canggung melihat Kakek dan Papanya Shandy disana.
Ya Tuhan, kenapa harus bertemu di tempat seperti ini. Sebenarnya ada apa si ini.
"Ayo duduk, tidak perlu tegang begitu. Kami hanya ingin mengobrol sebentar saja" ucap Papa.
Dengan langkah gemetar, Savira akhirnya duduk di sofa yang berada disana. Masih begitu menakutkan berada di ruangan ini. Dia yang tidak mengerti saat mendapatkan telepon tadi malam dan diminta untuk bertemu disini.
"Pasti kami membuatmu kebingungan atas semua ini. Tapi, kami hanya ingin mengobrol sebentar saja" ucap Papa.
Savira hanya mengangguk saja, meski jantungnya sudah berdebar kencang sekarang. Suasana saat ini benar-benar terasa mencekam.
"Em, maaf, sebenarnya ada apa ya mengajak saya bertemu?"
Kali ini Kakek yang menjawab, dia memberikan sebuah berkas pada Savira. "Kamu boleh baca dan lihat dulu isinya. Semoga bisa mengerti"
Tangan Savira bergetar ketika memegang map itu. Lalu, dengan perlahan dia membukanya. Setiap lembar yang Savira baca, benar-benar membuatnya gemetar.
"Mak-maksudnya apa?"
"Jika kami minta kamu meninggalkan Shandy, apa bisa?" ucap Kakek.
Deg,, tubuh Savira langsung membeku mendengar itu. Sebuah adegan yang sering dia lihat dalam drama, dimana si pihak laki-laki meminta pacar anaknya pergi meninggalkan anaknya. Tapi, sungguh kali ini adalah kenyataan. Dan dia berada di posisi ini sekarang.
"Kenapa saya harus meninggalkan Shandy? Kami saling mencintai"
Ya, seharusnya cinta yang tulus dan begitu besar bisa meluluhkan keluarga pria. Begitulah yang berada dalam pikiran Savira saat ini.
"Namun, seandainya ada hal besar yang baru kamu ketahui, dan itu cukup merugikanmu. Apa kamu bisa tetap menerima Shandy?" tanya Kakek.
Savira masih belum memahami maksud dan tujuan Kakek dan Papa ini apa. Yang jelas untuk saat ini, dia harus mempertahankan Shandy. Karena Savira begitu mencintainya.
Suara ketukan pintu membuyarkan semuanya. Kakek langsung berkata masuk, untuk orang yang berada di depan pintu kamar. Seorang pria berjas rapi, masuk ke dalam ruangan.
Tunggu dulu! Savira merasa mengenal wajah pria itu. Seperti tidak asing dalam ingatannya. Lalu, seseorang yang mengikutinya di belakang juga tidak asing bagi Savira.
"Selamat sore, Nona. Apa masih mengingat saya" sapa pria berjas hitam itu.
Seketika tangan Savira langsung meremas map di tangannya. Dia ingat sekarang, dua orang ini yang datang ke rumahnya sebagai perwakilan dari orang yang menabrak Kakaknya. Mereka berdua yang memberikan sejumlah uang dan langsung menutup kasus ini. Tanpa pernah Savira mengetahui siapa orang yang menabrak Kakaknya itu.
"Jadi, kalian adalah suruhan mereka?" tanya Savira, tidak bisa lagi mengendalikan emosinya. "...Jadi siapa yang menabrak Kakakku?"
"Mohon tenang dulu, Nona. Kami datang kesini, untuk menjelaskan semuanya" ucap pria berjas satu lagi.
"Ini yang saya takutkan. Ketika kamu mengetahuinya nanti, maka kamu akan lebih terluka. Jadi, saya minta kamu untuk meninggalkan cucuku"
Savira langsung menatap Kakek dengan mata berkaca-kaca. Mana ada keadaan seperti ini? Kenapa harus ada pada keluarga Shandy, sementara Savira sudah menyimpan kebencian yang besar pada orang tak bertanggung jawab yang mengambil satu-satunya orang paling berarti dalam hidup Savira.
"Kalian, orang-orang kaya yang tidak tahu perasaan. Seharusnya si penabrak itu di penjara" teriak Savira dengan penuh emosi.
"Savira, saya benar-benar minta maaf atas semuanya. Namun, saat itu anakku Erlangga juga tidak berniat melakukan itu. Dia dalam keadaan mabuk. Dan dengan itu, kami akan memberikan semua yang kamu perlukan. Biaya kehidupan kamu dan istri yang ditinggalkan mendiang" ucap Papa.
Savira langsung tertawa dengan air mata yang mengalir begitu saja di pipinya. Dia berdiri dan melemparkan semua lembaran kertas yang berada di tangannya.
"Tidak perlu! Aku tidak butuh uang kalian. Dan jika memang yang kalian inginkan aku meninggalkan Shandy. Baik! Aku akan lakukan. Karena aku juga tidak ingin bersama dengan keluarga yang sudah merenggut orang paling berarti dalam hidupku!"
Savira mengusap kasar air matanya, mengambil tas dan segera berjalan menuju pintu keluar. "Aku akan pergi meninggalkan Shandy. Dan jangan pernah kalian ganggu aku dan Kak Mena lagi"
Bersambung
Semangat Shandy 💪💪💪💪💪
lanjut ya kak tetap semangat