Novel dengan bahasa yang enak dibaca, menceritakan tentang tokoh "aku" dengan kisah kisah kenangan yang kita sebut rindu.
Novel ini sangat pas bagi para remaja, tapi juga tidak membangun kejenuhan bagi mereka kaum tua.
Filosofi Rindu Gugat, silahkan untuk disimak dan jangn lupa kasih nilai tekan semua bintang dan bagikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ki Jenggo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Terbunuhnya Anjing Belang Junjang
Hutan yang konon di kisahkan agak jauh dari Candi. Hutan lebat yang luar biasa. Sebelum masuk hutan tersebut, Joko Sono gembira hatinya. Dalam batin ia yakin di lokasi tersebut banyak hewan hewan yang bisa di jadikan buruan. Anjing Belang Junjang yang merupakan bapak dari Joko Sono terus mengikutinya. Sebab dia tidak tega bila Joko Sono sendiri memasuki hutan tersebut.
"Nah di mana, lokasi hutan itu, ya, " tanya Ima sambil meminum es yang dipesannya.
"Masyarakat sana dalam menceritakan padaku juga tidak menunjukkan lokasi di mana wilayah hutan tersebut, " jawabku.
"Namanya juga dongeng, jadi kapan waktu dan di mana lokasi tidak ada yang paham. sih," kata Anika.
"Artinya bila jelas kita bisa menelusurinya, " ujar Ima.
"O, kirain kayak Pras dijadikan obyek wisata, " kata Anika di sambut tawa kami.
"Ah, aku kan tak ingin jadi menteri pariwisata," Jawab Ima.
"Wao, keren. Menteri harapannya," ujar Hengki.
"Mau jadi Presiden rumit, " jawab Im.
"Namun yang di sangka oleh Joko Sono meleset. Ternyata di hutan itu tak ada hewan buruan yang nampak, " lanjutku dalam mengisahkan asal usul Candi Dara yang ada di Desa Candi.
Dia mengajak bapaknya Anjing Belang Junjang untuk terus memasuki hutan itu. Sampai siang hari Joko Sono atau Joko Lantung ini tidak mendapatkan hasil. Entah mengapa.
Setengah jengkel dalam hatinya, Joko Sono akhirnya mengajak Anjing Belang Junjang untuk menyusuri jalan pulang. Sampai hampir separuh perjajalanan, ia melihat tempatnya seekor binatang buruan. Joko Sono setengah berlari mengejar hewan buruannya.
Setelah agak dekat nampaklah hewan buruan itu. Seekor babi hutan yang lumayan besar. Joko Sono ingin mengarahkan towok atau semacam senjata tombak. Namun Anjing Belang Junjang melarangnya.
Anjing itu mendengus dan menjilati kaki anaknya. Namun larangan itu tak di hiraukan oleh Joko Sono. Ia tetap melemparkan towok pada babi hutan tersebut. Anjing Belang Junjang meloncat menghalangi towoknya, dan yang terjadi senjata buru itu menancapkan di tubuh Belang Junjang.
"Dramatis dan heroik " ujar Anika.
"Kenapa, kok Anjing Belang Junjang menghalangi Joko Sono untuk membunuh babi hutan, Kak? " tanya Hengki.
"Menurut kisah yang di dongengkan pada saya, babi hutan tersebut adalah bapak dari Anjing Belang Junjang, " jawabku.
"Kisahnya kok aneh, masa sih babi hutan memiliki anak Anjing, kemudian Anjing menikah dengan manusia dan melahirkan manusia, " protes Pras.
"Kita tidak boleh memakan mentah mentah dongengan tersebut. Karena kisah dongeng biasanya adalah nasihat yang dibentuk sanepan. Bisa jadi ada peristiwa lain di balik dongeng, " ujarku.
"Nah ini, ini baru budayawan...., " Ujar Hengki.
"Lantas bagaimana menurut Kakak, perihal peristiwa itu?" tanya Anika.
"Kisahnya juga belum selesai, kok, " Jawabku.
"Wah... kirim sudah," jawab Ima.
"Aku kira juga gitu, " Ima menimpali.
Aku lalu melanjutkan cerita asal usul Candi Dara tersebut.
Setelah towok menancap di tubuh Anjing Belang Junjang, Joko Sono memanggul jasadnya dengan menangis selama di perjalanan. Sampai di rumah ia menceritakan kejadian tersebut pada Roso Wulan. Roso Wulan menangis tak henti hentinya.
"Peristiwa menangisnya Roso Wulan itu ada di lokasi barat Balai Desa yang ada pohonnya tinggi di pinggir jalan. Namanya Trowulan," kataku.
"Kok tadi gak sekalian kita ke sana, " sahut Anika.
"Aku sendiri lupa, " Jawabku.
"setelah kejadian itu, Anjing belang Junjang di jadikan di lokasi yang bernama Candi Dara tersebut. Ada yang berpisah di arcakan dengan arca Anjing," tegasku mengakhiri cerita.
*****
"Karena ceritanya sudah selesai, kita sekarang berdiskusi tentang kisah tersebut, " ucapku.
"Oh, ya, bagaimanakah makna yang terkandung dari kisah itu, Kak, " tanya Pras.
Aku tidak menjawab, namun aku memandang Anika, Ima dan Hengki. Barangkali mereka ada analisa terkait kisah tersebut.
"Ada juga Kisah Joko Bandung yang juga di simbolkan Anjing. Kenapa selalu Anjing, ya? " tanya Ima.
"Bisa jadi agar enak menyebut saja, " kata Pras.
"Atau hewan yang mudah ditemukan Anjing," kata Hengki.
Aku tersenyum. Lalu mengajak mereka untuk memaknai hewan Anjing.
"Anjing adalah penurut. Anjing bisa menjaga rumah dan Anjing bisa menunjukkan sesuatu dengan indra penciumannya. Bila ada hantu atau bentuk mencurigakan Anjing akan melonglong memberi kode pada majikannya," ujarku.
"Jadi.... "kata mereka serempak.
"Bisa jadi itu adalah simbol penjaga atau simbol prajurit. Masa dahulu siapa yang berani memakai nama hewan atau simbol hewan selain bangsawan. Nama orang rakyat biasa paling, Blandong, cikrak, tomblok, atau benda yang tak berharga lainnya," lanjutku.
Mereka aku lihat hanya diam. Maka saat aku diam mereka saling berpandangan. Aku bisa merasakan bahwa mereka sangat senang dengan kisahku dan analisa mengenai legenda yang mungkin telah di lupakan oleh sebagian kaum muda di wilayahnya.
Karena mereka hanya melongo saja, kemudian aku mengajaknya untuk menganalisis tentang, kenapa di tempat lain juga sama.
"Kalau di tempat lain ada kisah anjing atau kisah hewan lain kita maknakan aja seperti tadi. Analisa kemampuan hewan yang ada," ujarku.
"Wah butuh penafsiran panjang deh," kata Anika.
"Ia, dong kan kita mencari makna yang terkandung di dalamnya," ujarku.
"Tentang babi hutan?" kata Pras.
"Babi hutan adalah perusak tanaman. Ia sebagai hama. Meski demikian giginya yang berupa siang di jadikan azimat," jawabku.
"Jadi... " ujar Ima.
"Kisah perebutan kekuasaan dan politik masa lalu, mungkin ada perseteruan keluarga atau perang saudara di kerajaan mana yang hampir semacam ini? " tanyaku.
Ima nampak menggelengkan kepalanya. Sedang ketiga temannya juga tak ada yang komentar.
"Bahkan ada cerita di sana, bahwa setelah kejadian itu Joko Lantung tak lagi berburu. Dia bertapa di sebuah tempat yang ada di Totokan," lanjutku.
Aku kemudian mengunyah jajan yang ada di depanku. Secangkir kopi yang ada di depanku kelihatannya hampir habis. Aku kemudian meminumnya sedikit.
"Kisah ini bisa kita sebut kisah kepahlawanan binatang. Pada umumnya yang mengangkat legenda dan berkaitan dengan kisah kisah kepahlawanan binatang adalah kelompok manusia kalang," ungkapku.
"Manusia Kalang?" tanya Anika.
Aku mengangguk.
"Manusia berekor?" tanya Ima.
"Ya jelas manusia Kalang adalah manusia berekor," jawab Pras.
"Mungkinkah ada Manusia Kalang di Ponorogo? " tanya Anika.
"Mungkin anggapan kita tidak ada. Namun kalau kita onceki ada peperangan antara seorang kiai dengan Adipati Kalang dan lahirlah Desa Kalang Bret," kata Hengki.
Aku menjelaskan pada mereka, bahwa manusia Kalang yang gagah dan. perkasa memang diperkerjakan oleh kolonial di berbagai tempat. Terlebih pada masa kerja paksa.
Setelah penjajah terusir, manusia Kalang membangun tempat berkelompok. Ketekunan kerja mereka bukan main. Karena kekuatannya yang begitu besar dan tak tertandingi maka mereka banyak yang jadi pengusaha. Ia banyak yang hidup makmur.
"Mungkinkah kita adalah keturunan Kalang. Padahal di Ponorogo jarang ada yang menyebut adanya manusia Kalang," Kata Anika.
"Apakah anda berfikir manusia Kalang itu memiliki ekor panjang," tanyaku.
Mereka mengangguk. Aku tersenyum melihat mereka.
*****
.
mari terus saling mendukung untuk seterusnya 😚🤭🙏
pelan pelan aku baca lagi nanti untuk mengerti dan pahami. 👍
bantu support karyaku juga yuk🐳
mari terus saling mendukung untuk kedepannya