Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Retania yang malang
Retania ingat, perempuan inilah yang memaksa menemui Davendra dulu, tapi laki laki yang sudah jadi suaminya itu menolaknya.
"Mau pesan sesuatu?" tawar Kemala, secangkir kopi dan sepotong cake ada di mejanya.
"Tidak. Aku ngga punya banyak waktu. Cepat katakan apa maumu."
Kemala tersenyum sinis. Dia menyesap kopinya perlahan membuat Retania geram.
"Aku hamil."
Kekesalan Retania lenyap, berganti dengan perasaan shock yang amat sangat
"Sebentar." Kemudian dia mengambil sesuatu dari dalamnya, meletakkan sebuah tespack di atas meja.
Ada tanda dua garis meeah di sana.
Retania hanya melihatnya, tidak ingin menyentuhnya karena ji-jik. Dia tau riwayat pemakaiannya.
"Belum tentu Dave pelakunya." Retania ingat pada hari itu Dave memaki perempuan itu sebagai pengkhianat.
"Dave?" ulang Kemala perlahan dengan perasaan getir. Harusnya dia yang memanggilnya seperti itu.
"Bukannya kamu mengkhianatinya?"
"Daven salah paham," kilahnya tegas, berusaha menyembunyikan air mukanya yang berubah.
"Jangan berbohong. Kamu hanya merasa kesal karena sudah ditinggalkan." Retania berusaha meyakinkan dirinya kalo perempuan ini hanya stres.
Walaupun hatinya separuh ngga yakin, karena Davendra sangat ahli berc i nta dengannya. Seolah dia adalah pemain pro.
Kemungkinan suaminya pernah bercinta dengan laki laki itu pasti ada. Tapi Retania berusaha mendenialkannya.
"Kamu dokter, kan. Kamu baru bisa mendetek dengan tes dna setelah kandungan berusia enam bulan. Sekarang kehamilanku baru berjalan dua bulan."
Retania terdiam. Jantungnya berdebar ngga menentu.
Kemala mengeluarkan sebuah foto yang sudah dia cetak.
Debaran jantung Retania makin keras saat melihat foto Davendra tertidur bertelanjang dada sambil memeluk Kemala yang dalam keadaan polos.
"Kamu tidak tau malu sekali." Retania merasa ji-jik melihatnya.
"Aku tidak peduli. Setelah tau aku hamil, aku akan memperjuangkan hak anakku."
"Kenapa bukan dengan selingkuhanmu saja? Oh, aku tau, selingkuhanmu itu tidak sekaya Davendra, kan?" ejek Retania gemas. Dia enggan menggunakan nama Dave lagi.
Kemala menatap penuh emosi.
"Daven milikku. Selamanya milikku. Untunglah aku sudah hamil anaknya."
"Percaya diri sekali. Bukannya biasa saja itu anak selingkuhanmu?!" semprot Retania kesal.
"Pembuktiannya empat bulan lagi, dokter. Kamu tau, kedatanganku untuk mengajukan negoisasi. Biarkan Daven menikahiku atau kusebarkan foto foto ini. Perlu kamu tau, aku punya foto saat kami selesai berc in ta. Saat itu kami sama sama tidak mengenakan pakaian." Senyum kemenangan tercetak di wajahnya.
"Terserah kamu saja. Itu urusan kamu dan Davendra. Kalian selesaikan sendiri saja."
"Baiklah. Aku akan menemui keluarganya kalo begitu," sergah Kemala ngga menyerah.
"Lakukan saja. Terserah kamu."
"Oke. Aku akan menemui pemilik rumah sakit ini, memberitaunya kalo ada calon cucunya di rahimku." Kemala pun memyimpan foto menji-jikan itu ke dalam tasnya.
Dada Retania masih bergemuruh. Cemburu, marah, merasa ngga berdaya bercampur jadi satu.
Tanpa kata dia pun bangkit, meninggalkan Kemala yang masih dengan tenangnya memakan cakenya.
Kemala menatap punggung dokter itu dengan senyum puas.
Rupanya dia masih punya satu senjata terakhir buat mendapatkan Davendra, untuk mengamankan hidup mewahnya.
Mantan pacar kurang ajarnya akan membantunya dengan senang hati agar anak mereka bisa menjadi salah satu cucu pewaris konglomerat.
Anak yang Kemala kandung, sangat jelas bukan anak Davendra dengannya. Tapi anaknya dengan mantannya.
Tapi Davendra tidak tau. Laki laki itu hanya tau kalo saat terbangun, dia sedang memeluk Kemala yang sudah mengenakan lagi pakaiannya, walaupun tidak komplit.
Flashback on
Davendra terkejut saat dia terbangun sudah bertelanjang dada. Hanya celana panjangnya saja yang masih dia kenakan.
Kemala yang ada di dalam pelukannya masih mengenakan dres semalam, hanya saja tampak kusut dan agak berantakan.
Kepalanya terasa pusing. Tadi malam dia terlalu banyak minum. Dia sama sekali ngga sadar apa yang sudah dia lakukan pada Kemala.
"Kita ngga melakukan apa apa, kan?" Davendra masih sadar kalo senjatanya sangat bersih.
"Memangnya melakukan apa?" senyum Kemala dengan wajah ngantuknya.
Davendra ngga menyahut, hanya tersenyum lega.
Endflashback
Yang Davendra ngga tau, malam itu, selain mabuk, Kemala juga memberikannya obat tidur.
Idenya muncul begitu saja ketika bos temannya itu mengantarnya pulang dan langsung terkapar di tempat tidurnya.
Dia memang sudah lama punya fantasi aneh untuk melihat kepolosan Davendra.
Karena Davendra sudah sepeti orang pingsan, Kemala bebas melakukan apa saja.
Sekarang dia bisa menggunakan foto foto itu untuk menjebak Davendra.
*
*
*
Retania merasa pernikahannya sudah di ujung tanduk. Kepercayaannya pada Davendra langsung menguap.
Setelah meninggalkan Kemala, Retania menyibukkan dirinya di ruang bayi.
Dia pun mengabaikan pesan dan panggilan suaminya. Dia marah. Retania takut ngga bisa mengontrol kemarahannya jika menjawab panggilan Davendra.
Saat ini pun ponselnya juga sudah dia offkan.
"Ada apa?" tanya Zulfa saat melihatnya sedang memijat kepalanya di ruang istirahat mereka.
"Ngga apa apa." Retania menggelengkan kepalanya.
"Lelah ngurus bayi?" senyum Zulfa yang langsung dibalas Retania.
"Malah bagus, kan, kamu bisa belajar dari sekarang." Senyum itu sekarang berubah jadi tawa.
Retania kemudian membuka tasnya, bermaksud mengambil air mineralnya.
Yah, dia lupa membawanya.
"Mau minum punyaku?" Zulfa mengulurkan botol minumannya.
"Ngga apa apa?"
"Minum aja dulu. Cuma udah aku minum tadi sedikit."
"Ngga apa, sih Aku haus banget. Ob juga belum antar ya, minuman biasa?" Retania menerima botol dari uluran tangan Zulfa.
Tenggorokannya sudah sangat kering. Stok minuman belum diantar. Mau ke kantin, rasanya jauh sekali.
Zulfa menatap dengan sorot sinis saat Retania sudah menghabiskan minumannya.
"Kok, rasanya ngantuk, ya, Fa."
"Kalo gitu tiduran aja."
Zulfa membantu Retania berjalan ke ruangan yang berisi berapa bed buat mereka istirahat.
"Aku tiduran bentar, ya."
Kantuknya terasa sangat berat. Tanpa mendengar jawaban Zulfa, Retania langsung terlelap.
Zulfa mengambil ponselnya. Dia langsung mengirim kabar ke istri pemilik rumah sakit.
Zulfa tersenyum sinis.
"Bentar lagi kamu akan hancur, Reta."
Langkahnya menjadi dokter akan mulus dan lancar. Dia yang akan menjadi pilihan utama dokter dokter senior itu. Retania pasti akan diusir setelah skandalnya diketahui banyak orang.
Ngga nyampe sepuluh menit, beberapa orang berpakaian pengawal datang sambil memapah rekannya. Lingga.
Seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik ada di belakangnya.
Dia tersenyum puas pada Zulfa.
"Kerjaan bagus."
"Terimakasih, bu."
Ngga lama kemudian dokter Lingga ditidurkan di sebelah dokter Retania. Tangan dokter itu sengaja dilingkarkan di dada Retania.
Setelahnya salah satu pengawal itu mengambil beberapa foto.
Kembali nyonya Ivy Oktavia mengangguk dengan wajah puas.
Perceraian putra ketiganya sudah di depan mata.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan