Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.
Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.
Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
awal dari pertengkaran
Bunyi bel panjang terdengar nyaring, menandakan jam istirahat tiba. Raisa, Andra, Gita, dan Indah segera merapikan buku-buku mereka, menaruhnya di laci meja sebelum beranjak dari kelas.
“Yuk, ke kantin. Laper banget gua abis mikirin mateMATIka,” canda Gita dengan senyum lebar di wajahnya, mencoba mencairkan suasana.
Raisa, Indah, dan Andra tersenyum tipis, mengangguk setuju. Mereka berjalan bersama menuju kantin, melewati deretan siswa yang juga berbondong-bondong mencari tempat untuk bersantai. Setibanya di kantin yang mulai dipenuhi siswa, mereka memilih tempat duduk paling ujung, sedikit terpisah dari keramaian.
“Gua aja yang pesen. Lu pada mau apa?” tanya Indah ketika mereka sudah duduk, suaranya hampir tenggelam oleh bisingnya kantin.
“Gua roti bakar sama es teh,” jawab Raisa tanpa ragu.
“Nasgor sama es Milo buat gua,” sahut Gita dengan nada riang.
“Kalo lu Dra?” Indah menoleh ke Andra, yang tampak melamun sejak tadi.
“Jus mangga aja,” jawab Andra dengan suara pelan, pandangannya masih kosong.
Raisa mengerutkan dahi, merasa ada yang aneh. “Lu kenapa gak makan, Dra?” tanyanya lembut, khawatir.
“Gak napsu gua,” jawab Andra singkat, tanpa memandang Raisa.
Raisa menghela napas panjang. “Makan, Dra. Ntar lu sakit, kalo lu sakit, siapa yang ngadepin dua jomblo ngenes ini?” godanya, mencoba mencairkan suasana.
“Kurang ajar lu,” canda Gita dan Indah serempak, tertawa kecil.
Sebelum suasana kembali tenang, Tara tiba-tiba muncul di belakang Andra, membuat gadis itu tersentak kaget.
“Pesenin bakso aja, Kak,” ucap Tara tanpa basa-basi, berdiri tegak di belakang Andra.
Andra berbalik, menatap Tara dengan tajam. “Tapi aku gak laper!” tolak Andra, suaranya penuh dengan nada kekesalan.
Tara, dengan wajah yang tetap tenang namun tegas, menatap Andra tanpa berkedip. “Tapi kalo nggak makan, kamu jadi sakit. Jangan ngeyel,” kata Tara, dengan nada yang tak bisa dibantah. Sifat keras kepala Tara yang sudah terkenal di antara teman-teman mereka muncul ke permukaan.
Wajah Andra memerah menahan marah, tanpa berkata lagi, ia bangkit dari tempat duduk dan keluar dari kantin dengan langkah cepat. Tara hanya bisa menghela napas panjang, sebelum ia akhirnya menyusul Andra, meninggalkan Raisa dan Gita yang menatap mereka heran.
“Mereka kenapa?” bingung Gita. “Au, mungkin berantem, lu kan tau sifat mereka jauh banget, kayak langit dan bumi,” sahut Raisa.
“Tapikan biasanya adem adem aja, Tara biasanya juga sabar ngadepin kepolosan Andra,” ucap Gita.
“Namanya juga orang pacaran Git, pasti ada kalanya berantem,” ucap Raisa.
“Iya ... iya, apalah hamba yang jomblo sejak lahir,” ucap Gita bercanda.
Mereka berdua terkekeh pelan. Tak lama ponsel Raisa yang ia taruh di atas meja bergetar, terlihat kontak Adam menelponnya.
“Eh, itu si Adam nelpon tuh,” ucap Gita.
Raisa mengambil ponselnya, menarik ke atas tanda hijau untuk mengangkat telpon.
“Halo, assalamualaikum, kenapa Dam?”
“Waalaikumsalam Ra, aku tadi ke kelas kamu, tapi kamu gak ada, sekarang aku ada di perpus, kamu juga gak ada. kamu kemana?”
tanya Adam.
“Aku lagi di kantin,” jawab Raisa.
“Yaudah aku susul ya, kamu udah pesen makanan?” tanya Adam lagi.
“Udah si Indah lagi mesen,” jawab Raisa. “Yaudah, aku kesana,” ucap Adam.
“Iya,” Raisa memutus sambungan telepon.
“Si Adam mau kesini?” tanya Gita. Raisa hanya mengangguk pelan.
Gita menghela napas. “Yah, gua sama Indah jadi nyamuk kalo gitu. Gua pindah tempat dah, males gua ngeliat lu mesra-mesraan bareng Adam lagi,”
Gita beranjak dari tempatnya, ia menuju tempat duduk di tengah-tengah keramaian, Gita lebih memilih terganggu oleh suara-suara keramaian daripada melihat dua orang pacaran yang membuat hati jomblonya iri.
Beberapa menit kemudian, Raisa tak mendapati Indah atau Adam datang. “Adam kok gak da-”
“Siapa yang nggak dateng?” sebuah suara yang tak asing ditelinga datang dari atasnya. Raisa mendongak, dan ternyata itu adalah Adam.
Adam duduk tepat disamping Raisa. “Hai, nungguin siapa sih sampe bengong begitu,”
“Nggak nungguin siapa-siapa kok,” Raisa tersenyum.
“Tadi aku ke kelas kamu, tapi kamu nggak. Padahal aku mau ajak berangkat bareng,” ucap Adam.
“Kamunya nggak bilang, kalo bilang aku tungguin,” ujar Raisa.
“Iya, aku salah juga sih. Udah, lupain aja,”
Tak lama Indah datang, ia membawa nampan penuh dengan makanan serta minuman yang di pesan teman-temannya.
“Loh, Gita sama Andra mana?” tanya Indah, ia menaruh nampan itu diatas meja.
“Indah!” teriak Gita sembari melambaikan tangannya, ia tidak peduli dilihat banyak orang.
“Loh? Kok si Gita di sono?” bingung Indah, ia menunjuk Gita yang berada di tengah-tengah, keramaian.
“Andra tadi jalan sama Tara, kalo Gita gak mau jadi nyamuk,” jawab Raisa.
“Loh, terus jus mangga Andra gimana?”
“Gua aja yang minum, Andra belom bayar kan?” tanya Adam, Indah mengangguk pelan.
Indah mengasih pesanan Raisa, dan memberikan jus mangga pada Adam. “Harganya berapa?” tanya Adam.
“Enam ribu,” jawab Indah, Adam mengeluarkan uang berwarna ungu dan memberikannya pada Indah. “Kembaliannya ambil aja,”
“Yaudah, gua ama Gita ya,” pamit Indah, ia membawa nampan berisi pesanan miliknya dan Gita.
“Makasih ya Indah,” Raisa tersenyum. “Yaelah Ra, santai aja Ra,” Indah berjalan meninggalkan Raisa dan Adam.
Raisa langsung mengambil sesendok nasi goreng miliknya. “Jangan lupa doa,” ucap seseorang tak asing di pikiran dan telinga Raisa.
Ia langsung menengok mencari dalangnya yang tentu adalah Gema, namun ia tidak menemukan Gema disekitarnya.
“Kamu nyariin siapa?” tanya Adam bingung.
Raisa menggeleng, ia pun berdoa sebelum makan.
“Banyak-banyakin makan, badan kamu kecil dan kurus banget,” ucap Adam, memang badan Raisa termasuk kecil dibanding teman-temannya, dengan tinggi 166 cm beratnya hanya 60kg.
Raisa mengangguk pelan, ia fokus mengunyah nasi goreng yang ada di mulutnya.
Mereka mengobrol, hanya membicarakan hal-hal tidak penting, kadang bercanda dan tertawa. Tidak memperdulikan keadaan kantin yang rusuh. Benar-benar dunia hanya milik berdua.
Namun, kemesraan itu sepertinya akan hilang. Ketika mereka melihat Gema tersenyum miring sembari berjalan mendekati meja tempat Raisa dan Adam. Tentu Gema bersama Kian dan Dava.
Gema duduk di samping Raisa, membuat Raisa dihimpit Gema dan Adam, tentu mereka menjadi perhatian para siswa.
Adam menatap tajam ke Gema, ia beranjak dari tempatnya ke samping Gema. “Ngapain kamu pindah?” tanya Raisa.
“Nggak kenapa kok Ra, masa gua gak boleh ngobrol sama adek kelas, iya nggak Gem?” Adam merangkul Gema.
“Iya kak,” Gema tersenyum.
Adam menarik tengkuk Gema mendekat. “Lu mau gua bikin makin parah?” bisik Adam dengan dingin, ia menatap Gema.
“Lu menang karena curang. Gak usah sok jago,” Gema balas menatap, ia tak gentar dengan tatapan dingin dari Adam.
......................
Andra Putri Anggraini
bagus kok nevelmu
aku suka