Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.
Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.
Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Jodoh untuk Rafe
Ketika Rafe sedang memperbaiki virus yang ada di komputer milik Cherly, Jevan dan Cherly sibuk berbicara dan menanyakan kabar masing-masing.
"Jadi gimana Jev, kamu masih bekerja untuk Nino?"
"Well, bisa di bilang aku break dulu sampai Nino keluar dari penjara"
"Apa? Nino di penjara?"
"Iya, beritanya ada di mana-mana loh di TV. Emang kamu ga lihat?"
"Yah, aku kan tak pernah nonton TV, Jev. Pulang kerja biasanya aku langsung istirahat, makan, lalu tidur. Kalaupun lagi ingin santai paling aku lebih suka baca buku daripada nonton TV"
"Kebiasaan kamu sehari-hari sepertinya lebih mirip sama Rafe, Cher"
"Kalian ngomongin aku?"
"Iyalah, siapa lagi?"
"Kirain kalian sibuk ngobrol sendiri sampai lupa sama aku" Sindir Rafe sambil mencibir.
"Maaf, Rafe"
"Tidak apa, Cherly"
"Jadi bagaimana virusnya, Rafe?"
"Ternyata lebih sulit dari yang kuduga. Mungkin akan butuh waktu lama untuk memperbaikinya"
"Gawat, aku memerlukannya untuk melakukan pekerjaan aku segera"
"Aku usahakan secepatnya. Kalian lanjut ngobrol aja, anggap aku tak ada disini"
"Wah... Wah... Ada yang ngambek rupanya..." Jevan bermaksud untuk menggoda Rafe karena sepertinya Rafe suka dengan Cherly yang penampilannya sama seperti Rafe, Sama-sama seperti kutu buku dan gila kerja.
"Siapa yang ngambek sih?"
Jevan kembali tersenyum melihat Rafe yang sepertinya benar-benar merajuk seperti anak kecil yang sedang menginginkan mainan dan memperebutkannya dengan Jevan. Kemudian Jevan kembali melanjutkan obrolannya dengan Cherly.
"Jadi bagaimana dengan Glen? Gimana kabarnya?"
"Tidak berhasil, Jev"
"Kok bisa?"
"Aku meneleponnya dan kami berkencan beberapa kali, tapi yah... Memang tidak ada klik"
"Klik? Maksudnya seperti chemistry ya?"
"Iya, seperti itu Tidak ada setruman atau getaran"
"Wah, kalau mau ada setruman atau getaran seharusnya kamu kencan sama orang yang bekerja di bagian listrik"
"Ih kamu nih ada-ada aja deh!" Cherly tertawa cekikikan seperti anak remaja. Dan itu justru membuat Rafe menjadi bertambah gelisah. Karena ia terlihat menggemaskan ketika tertawa seperti itu. Tapi Rafe juga kesal karena ia tak bisa membuat Cherly tertawa seperti itu karena ia selalu gugup jika berhadapan dengan wanita.
"Bagaimana keadaanmu, Rafe? Apakah virusnya sudah mulai melemah?"
"Belum. Sudah jangan ganggu aku! Lebih baik kalian berdua makan siang lebih awal sebelum kehabisan tempat"
"Kami takkan lakukan itu, Rafe. Kami akan tunggu kamu sampai waktu makan siang tiba. Bukan begitu, Cher?"
"Iya. Lagian aku takkan biarkan kamu makan siang sendirian. Ini kan bukan kota tempat kamu tinggal"
"Iya memang, tapi ini juga bukan pertama kalinya aku kesini jadi jangan khawatir, aku takkan nyasar kok. Kalian duluan saja nanti aku menyusul"
"Kau yakin, Rafe?"
"Iya, aku yakin"
"Baiklah kalau begitu. Nanti aku chat nama restoran tempat kita makan"
"Ya, baiklah"
Ketika sudah memesan tempat di restoran, Jevan dan Cherly kembali melanjutkan pembicaraan.
"Rafe sepertinya kesal padaku ya, Jev?"
"Tidak, dia ga kesal sama kamu, tapi dia kesal sama aku"
"Kok bisa?"
"Bisa saja. Dia kurang bisa bicara dengan wanita. Dia selalu gugup tiap kali berhadapan dengan kalian"
"Oh... Begitu ya... "
"Iya"
"Jev, kamu kok ga pesan makan sih cuma pesan minum aja?"
"Aku lagi tunggu kabar dari seseorang, jadi mungkin kalau nanti dia menghubungi aku, aku bisa segera pergi"
"Tapi tetap pesan makanan saja Jev untuk dirimu sendiri. Jadi nanti kalau orang itu menghubungi, kamu bisa segera berangkat"
"Ya, baiklah kalau itu maumu"
"Nah gitu dong"
Hampir 30 menit kemudian, Rafe akhirnya menyusul mereka.
"Maaf aku terlambat"
"Tidak apa-apa, Rafe. Ayo, segera pesan makan"
"Baiklah"
Jevan kemudian melirik ponselnya karena terdengar bunyi notifikasi pesan masuk di ponselnya.
"Rafe, Cherly, maaf sepertinya aku harus segera pergi karena sedang ada keperluan mendadak. Rafe, kamu ga apa-apa kan pulang sendiri?"
"Iya, ga apa-apa. Kamu berarti naik taksi ya dari sini?"
"Iya. Sudah dulu ya, aku udah di tungguin nih. Bye... "
"Bye, Jev... "
***
Di dalam taksi, Jevan tersenyum sendiri sambil melihat jalanan di luar. Ia tadi memang sengaja pulang lebih dulu agar Rafe bisa menghabiskan waktu bersama Cherly dan ia berharap agar usahanya berhasil karena ia akan menjodohkan Rafe dengan Cherly yang sama-sama pemalu.
Jevan tadi memang sengaja meminta Louisa untuk mengirimkan chat padanya untuk meyakinkan Rafe dan Cherly agar ia bisa kabur dan membiarkan Rafe dan Cherly makan siang hanya berdua tanpa dirinya.
Setelah tiba di apartemennya, Jevan lalu menghubungi Rafe.
"Halo Rafe... "
"Halo Jev, bagaimana tadi? Kau sudah bertemu dengan klien kamu?"
"Sudah dan rencananya aku akan bertemu dengannya lagi nanti malam. Kamu masih di kantor Cherly, Jev?"
"Iya masih. Kerjaanku masih belum selesai"
"Cherly ada di sana bersamamu ya?"
"Tidak, dia sedang di panggil sama atasannya di ruangannya"
"Oh... Oke"
'Jev, aku berencana untuk mengajaknya makan malam nanti. Kira-kira dia mau ga ya?"
"Aku rasa dia mau. Semoga berhasil, Rafe. Aku mendukungmu sepenuhnya. Aku tim Rafe"
"Jadi kamu bukan tim Glen?"
"Bukan. Kamu dengar ya tadi?"
"Iya, kalian kan ngomongnya jelas banget tadi. Jadi, Glen itu pacarnya ya?"
"Well, mereka pernah berkencan sih, tapi sepertinya belum sampai pacaran. Entahlah, yang jelas hubungan mereka tak berhasil"
"Oh, begitu. Jev, aku ingin bertanya tapi enggan padamu"
"Tanya saja, Rafe. Lagipula kau kan lebih tua dariku jadi seharusnya kau tak usah sungkan padaku"
"Well... Mmm... Cherly itu dulunya klien kamu ya?"
"Iya. Dia salah satu klien aku yang unik. Dia masih vir*in waktu ia memakai jasaku"
"Really? Jadi... Jadi kamu yang pertama ya baginya?"
"Bukan. Aku bukan yang pertama"
"Loh kok bisa? Aku ga ngerti deh"
"Itu karena aku menceritakan tentang Glen jadi dia ingin Glen jadi yang pertama baginya. Tapi setelah itu aku tak tahu apakah Glen benar-benar jadi yang pertama atau tidak karna tadi ia hanya berkata kalau hubungannya dengan Glen tak berhasil. Jadi kamu bisa tanya langsung padanya nanti"
"Well, entahlah. Sepertinya aku agak sungkan menanyakan itu padanya"
"Kalau begitu ya jangan tanya padanya. Nanti juga kamu tahu sendiri kalau hubungan kalian menjadi lebih dekat. Kamu pasti tahu maksudku kan?"
"Iya, Jev. Anyway, sudah dulu ya. Cherly sudah balik lagi setelah di panggil bosnya. Wish me luck, Jev"
"Iya, pasti Rafe"
***
Rafe akhirnya memiliki keberanian untuk mengajak Cherly kencan. Ia senang sekali ketika dengan malu-malu Cherly menyatakan kalau ia setuju untuk berkencan dengan Rafe. Di sore hari, bertepatan dengan selesainya jam kerja di kantor Cherly, pekerjaannya akhirnya selesai. Rafe bisa mengatasi virus yang ada di komputer milik Cherly dengan ahli.
Di jam 7 malam, Rafe menjemput Cherly. Mereka pergi ke sebuah restoran dengan suasana nyaman di kota Las Vegas tempat Cherly dan juga Jevan tinggal. Setelah selesai makan malam bersama, Cherly mengundang Rafe untuk masuk ke dalam apartemen Cherly.
"Rafe, ada sesuatu yang ingin aku beritahu padamu. Walaupun ini baru kencan pertama kita, tapi aku ingin jujur padamu"
"Kamu ingin bicara apa? Katakan saja, aku pasti akan mendengarkan kamu"
"Eh, terima kasih. Sebenarnya aku... Aku... Ah, aku tak sanggup mengatakannya. Ga jadi deh, Rafe... "
"Apakah kamu ingin mengatakan padaku kalau kamu masih vir*in, Cher?"
Cherly terkejut dengan perkataan Rafe.
"Da... Darimana kau tahu itu, Rafe?"
Tetapi bukannya menjawab, Rafe malah tersenyum sambil menggenggam jemari Cherly dengan erat.