Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuhnya Talak
“Tuti!” teriak Daryono yang sudah benar-benar emosi melihat perlakuan sang istri. Dia langsung berlari menolong putrinya sambil memeluknya.
“Ha-hanya demi Dania, Mama rela memperlakukanku seperti ini? Apa sih, istimewanya Dania, Ma, apa! Kenapa Mama sangat ingin menjodohkannya dengan Jefri? Padahal Mama sangat tahu Laras sudah begitu baik melayani Jefri tanpa tuntutan, tapi Mama dan Jefri sangat kejam memfitnah dia sampai Laras harus kehilangan anak keduanya. Kalian memang jahat, kalian jahat hiks ….”
Desi menangis sesegukan di dalam pelukan Daryono yang sudah jongkok melindungi putrinya, sementara Jefri masih setengah sadar meski keadaannya sudah tidak karuan.
“Kamu bilang apa? Mama dan Jefri jahat? Heh, anak durhaka! Kamu yang jahat, ngerti! Kamu rela memfitnah adikmu sendiri di depan papamu sampai dia menderita seperti itu. Lihat, Jefri, lihat! Dia terluka akibat ulahmu, Desi!” pekik Tuti yang mati-matian membela sang putra.
“Jangan pernah kau berkata seperti itu terhadap putriku, Tuti. Atau kau akan menerima akibatnya!” ancam Daryono yang sudah muak melihat tingkah sang istri yang tidak pernah ada perubahan dari dulu sampai detik ini.
“Apa, hah? Kamu mau mengancamku, iya! Asal kamu tahu saja ya, di sini yang bersalah itu Laras bukan Jefri. Seandainya Jefri lebih dulu bertemu dengan Dania. Aku pastikan mereka sudah sangat bahagia sampai detik ini. Selama ini kamu hanya tahu Laras baik di depanmu, tetapi nyatanya tidak!”
“Laras menyuruh Jefri banting tulang dari pagi ketemu pagi hanya demi uang yang dia inginkan. Setiap kali Jefri pulang Laras hanya tahu caranya meminta uang, bukan memanjakan suaminya. Lebih parahnya lagi, Jefri harus bolak-balik cari kerjaan sampingan demi memenuhi kebutuhan Laras dan Langit yang sangat boros, sementara kebutuhan Jefri sendiri tidak pernah dibutuhin. Siapa tahu aja Laras punya simpenan dibelakang Jefri, sehingga uang yang diberikan tidak akan pernah cukup karena dia membayar pria sewaan untuk memuaskan napsunya sendiri daripada bermain dengan suami sendiri!”
“Tuti!” teriak Daryono hingga suaranya sampai terdengar ke luar rumah. Pria paruh baya itu berdiri dan hampir saja menampar Tuti jika Dasi tidak menahan kaki sang ayah.
“Pa, sudah. Mereka tidak akan pernah melihat kenyataan karena matanya telah dibutakan oleh Dania. Wanita iblis yang berkedok bidadari!” tegas Desi yang sudah benar-benar kecewa akan perbuatan mereka.
“Des—”
“Cukup, Tuti! Sekali lagi kamu berteriak memanggil putriku maka aku bisa melenyapkan putra kesayanganmu itu. Ingat! Tidak ada orang tua yang membela anaknya ketika salah, jika dia masih membela anak yang bersalah itu artinya dia telah gagal menjadi orang tua!” seru Daryono membuat Tuti melototkan kedua mata menatap wajah sang suami.
“Ma-mah, Pa-pah, su-sudah cukup. Ka-kalian tidak usah ribut seperti itu. Jika Jefri bersalah maaf, tapi jangan sampai membuat kalian seperti ini,” ucap Jefri terbata-bata akibat wajahnya yang penuh luka-luka.
“Apa kamu bilang? Maaf? Semudah itu kamu bilang maaf setelah kamu dan mamamu melukai hati Laras, iya? Di mana hati nuranimu sebagai seorang ayah, Jefri, di mana! Tidak adakah sedikit rasa kasihan atau kesedihan karena kamu telah kehilangan anak keduamu, hahh?” tanya Daryono penuh emosi.
“Bu-buat apa aku menyesal, Pa? I-itu sudah kehendak takdir. La-lagipula bagaimana jika anak itu bukan anakku, tapi anak dari pria lain?”
Jawaban Jefri benar-benar memancing emosi Daryono sampai kembali menghajarnya habis-habisan membuat Tuti menangis melihat keadaan sang putra.
“Aku bilang hentikan, Daryono, hentikan! Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kamu terus memukuli anakku!” pekik Tuti langsung melindungi Jefri dengan cara menghadang sang suami yang ada di hadapannya.
“Oke, aku tidak akan pernah menyakiti anakmu lagi. Maka dari itu mulai hari ini aku tidak akan pernah menganggap Jefri bagian dari keluargaku. Termasuk kamu, Tuti! Detik ini juga aku telah menalakmu menjadi istriku penuh rasa sadar karena aku tidak bisa bersama lagi dengan wanita jahat sepertimu!”
Degh!
Hati Tuti benar-benar hancur mendengar perkataan itu terucap jelas dan lantang dari Daryono. Pria itu memutuskan untuk membela Laras dari pada sang istri juga putranya.
“Pah!” Desi berdiri memegang tangan Daryono berharap kata-kata itu bisa dicabut, tetapi sang ayah malah mengusap pipi putrinya dan menghapus cairan merah di sudut bibir anaknya.
“Sudah, Sayang. Tidak ada yang bisa kita pertahankan lagi. Mereka sudah bukan keluarga kita, meskipun itu ibu dan adik kandungmu. Namun kelakuan mereka sudah bukan lagi seperti manusia. Sekarang kamu kemasi barang-barangmu semuanya dan ikut Papa pergi dari rumah ini. Paham?”
Kata-kata lembut yang Daryono ungkapkan di depan Desi membuat Jefri syok. Sang ayah sudah bertekad ingin meninggalkan mereka berdua cuma demi berpihak pada Laras.
Daryono pergi bersama Desi juga anaknya tanpa melihat wajah Jefri dan Tuti yang beberapa kali berteriak memanggil nama mereka.
Kali ini Daryono sudah sangat serius akan keputusannya yang benar ini. Dia tidak ingin rumah tangga Desi hancur seperti rumah tangga Jefri yang telah dikuasai oleh Tuti.
Demi menyelamatkan rumah tangga Desi, Daryono nekat pergi dari rumah bersama cucu serta putrinya menuju rumah yang ternyata diam-diam telah dibeli untuk memberikan surprise kepada Tuti di hari ulang tahunnya.
Akan tetapi, semua itu telah gagal total hanya karena Daryono telah mengetahui sifat asli sang istri yang terus ikut campur di dalam rumah tangga anaknya.