NovelToon NovelToon
Hati Yang Terluka, Jiwa Yang Kuat

Hati Yang Terluka, Jiwa Yang Kuat

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Slice of Life
Popularitas:17.3k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

"Hati yang Terluka, Jiwa yang Kuat" adalah sebuah kisah mendalam dan emosional tentang kekuatan dan ketahanan di tengah badai kehidupan. Di tengah konflik pernikahan yang menghancurkan, Lula berjuang untuk menemukan kekuatan baru setelah dikhianati oleh suami dan sahabatnya.

Di sisi lain, putrinya, Puja, berhadapan dengan tekanan di sekolah, menghadapi dinamika persahabatan yang rumit, dan berjuang untuk mempertahankan integritasnya dalam dunia yang penuh dengan pengkhianatan. Dengan keberanian dan tekad yang kuat, Lula dan Puja menghadapi tantangan besar, saling mendukung dalam perjalanan mereka menuju penemuan diri dan keadilan.

Temukan kekuatan hati yang tulus dan hubungan yang menginspirasi dalam cerita ini, di mana setiap langkah mereka menuju kebahagiaan dan kebenaran adalah perjuangan yang layak diikuti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harapan Dibalik Senyum, Tiara

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Keesokan harinya, suasana pagi di rumah Pak Rafi dan Tiara terasa ceria dan penuh semangat. Tiara, yang sangat antusias untuk hari ini, telah menyiapkan hadiah dompet cantik yang ia rencanakan untuk diberikan kepada Ibu Lula.

“Aku benar-benar tidak sabar untuk memberikan hadiah ini kepada Ibu Lula,” kata Tiara dengan penuh semangat sambil memegang dompet di tangannya.

Pak Rafi tersenyum dan mengemudikan mobil dengan hati-hati. “Aku yakin Ibu Lula akan sangat senang menerima hadiahmu.”

Setibanya di rumah Lula, Tiara dan Pak Rafi disambut oleh Puja yang sudah menunggu di luar.

 “Hai, Tiara! Hai, Pak Rafi!” Puja menyapa dengan ceria.

Tiara dengan senang hati menyerahkan hadiah tersebut kepada Lula. “Selamat pagi, Bu Lula. Ini hadiah kecil untuk Ibu. Aku harap Ibu menyukainya.”

Lula menerima dompet cantik itu dengan penuh rasa syukur. “Terima kasih banyak, Tiara. Ini sangat indah dan sangat berarti bagi Ibu.”

Saat mereka sedang berbicara, Aisyah tiba di depan rumah untuk menjemput Lula menuju kantor. Aisyah mengenakan pakaian formal yang sopan dan anggun.

"Aisyah...," sapa Lula dengan senang.

Tiara, yang memperhatikan kedatangan Aisyah, merasa penasaran. “Siapa Tante Aisyah, Bu?”

Lula memperkenalkan Aisyah. “Aisyah adalah sahabat Ibu, Tiara. Dia seorang wanita yang sangat baik hati dan shalihah.”

Saat Aisyah mendekat, Pak Rafi menyapa dengan ramah. “Selamat pagi, Aisyah. Senang bertemu lagi.”

Aisyah tampak sedikit bingung. “Selamat pagi, Pak Rafi. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”

Pak Rafi mengingatkan Aisyah dengan ramah. “Saya kira kita pernah bertemu di taman beberapa waktu lalu ketika motormu mogok, dan saya yang menolong mu.”

Aisyah tiba-tiba ingat. “Oh, benar! Saya ingat sekarang. Terima kasih atas pertolongannya waktu itu. Saya sangat menghargainya.”

Mereka berdua tersenyum, merasa senang bisa bertemu lagi dalam situasi yang berbeda.

“Saya senang kita bisa bertemu lagi,” kata Pak Rafi.

“Begitu juga dengan saya,” jawab Aisyah dengan senyum tulus. “Saya benar-benar bersyukur bisa bertemu kembali.”

Setelah berbincang singkat, mereka semua pergi ke arah yang berbeda, Puja, Tiara dan Pak Rafi pergi menunju sekolah dan Lula bersama Aisyah menuju kantor.

Di dalam mobil, Tiara terus mengingat wajah Aisyah dalam benaknya dengan rasa ingin tahunya. Ketika mereka sampai di depan sekolah, Tiara menunggu dengan penuh rasa ingin tahu.

Sesampainya di kelas, Tiara merasa penasaran dan bertanya kepada Puja. “Puja, seperti apa sebenarnya Tante Aisyah? Aku merasa ada sesuatu yang istimewa tentangnya.”

Puja tersenyum dan menjelaskan. “Aisyah adalah sahabat Ibu. Dia adalah wanita shalihah yang sangat baik hati. Ibu dan Aisyah sudah lama berteman dan saling mendukung satu sama lain.”

Tiara mengaguk,

Kemudian dia terdiam, dan dia berbicara di dalam hatinya.

“Aku merasa dia adalah seseorang yang bisa menjadi ibu yang baik. Tapi sebenarnya, aku lebih tertarik dengan Ibu Lula. Aku sangat berharap ibuku nanti bisa seperti Ibu Lula."

Puja memperhatikan Lula yang melamun, "Hey! Apa yang kamu pikirkan"

Tiara tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak...."

"Puja ini sulit...." kata Lula sambil menyerahkan bukunya.

Mendengar hal tersebut, Puja dengan senang hati mencoba membantu Tiara yang tampak gelisah.

 “Kalau begitu, ayo kita fokus pada tugas matematika. Aku bisa membantu menjelaskan soal-soal yang sulit.”Tiara merasa lega mendengar tawaran Puja.

“Ya, tolong bantu aku, Puja. Soal-soal ini sangat sulit dan membuatku bingung.”

Puja dengan sabar menjelaskan langkah-langkah untuk menyelesaikan soal matematika. “Coba lihat di sini. Pertama-tama kita harus memahami konsep dasar, dan kemudian kita bisa menerapkan rumus-rumus ini untuk menyelesaikan soal.”

Tiara mulai merasa lebih percaya diri saat mendengarkan penjelasan Puja. “Oh, sekarang aku mengerti. Terima kasih banyak, Puja. Kamu benar-benar membuat semuanya lebih mudah.”

Puja tersenyum bangga. “Senang bisa membantu. Ayo, kita selesaikan sisa soal-soalnya bersama.”

Sementara itu, setelah menyelesaikan tugas matematika, Tiara merasa lebih baik dan lebih fokus. Namun, dalam hati Tiara merasa sedih. Dia merindukan sosok ibunya yang sudah pergi.

Tiara mengingat kembali kenangan-kenangan bersama ibunya, dan merasa kehilangan yang mendalam. “Aku benar-benar merindukan Ibu,” pikirnya dalam hati.

“Aku berharap bisa memiliki ibu lagi, dan aku ingin ibu seperti Ibu Lula.”Tiara memikirkan betapa berartinya sosok ibunya bagi dirinya, meskipun dia tahu bahwa harapan memiliki ibu seperti Lula masih merupakan mimpi yang jauh dari kenyataan.

Dia berusaha keras untuk tetap positif dan fokus pada hal-hal yang ada di hadapannya.

Di kelas, Puja memperhatikan Tiara yang tampak termenung. Setelah selesai dengan tugas matematika, Puja mendekati Tiara. “Tiara, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat sedikit sedih.”

Tiara tersenyum lemah. “Aku hanya sedikit merindukan Ibu. Kadang-kadang aku merasa sangat kosong tanpa dia.”

Puja mengangguk dengan pengertian. “Aku mengerti perasaanmu. Kehilangan seseorang yang kita cintai memang sangat berat. Tapi kamu harus ingat bahwa kamu tidak sendirian. Kita semua ada di sini untuk mendukungmu.”

Tiara merasa sedikit lega mendengar kata-kata Puja. “Terima kasih, Puja. Aku merasa lebih baik setelah berbicara denganmu.”

Puja tersenyum. “Sama-sama, Tiara. Kita selalu bisa saling mendukung. Kita akan melewati semuanya bersama.”

...***...

Setelah bel sekolah berbunyi, menandakan akhir dari hari belajar, Puja dan Tiara keluar dari kelas dengan langkah ceria. Tiara merasa lebih baik setelah hari yang penuh dengan dukungan dan kebersamaan. Di gerbang sekolah, mereka bertemu dengan Pak Rafi yang sedang menunggu.

“Pak Rafi, bolehkah aku membawa Tiara bermain sebentar sebelum pulang?” tanya Puja dengan penuh harap.Pak Rafi tersenyum hangat.

“Tentu, Puja. Asalkan kalian pulang tidak terlalu malam.”

“Terima kasih, Pak Rafi! Kami tidak akan lama,” jawab Puja dengan gembira.

Puja mengajak Tiara berjalan-jalan di sekitar kota. Mereka mengunjungi beberapa tempat kuliner favorit di sekitar sekolah. “Aku tahu tempat-tempat makan enak di sini, Tiara. Ayo, kita coba semuanya!” kata Puja dengan semangat.

Mereka mencicipi berbagai makanan lezat, dari jajanan pinggir jalan hingga hidangan khas lokal. Tiara merasa sangat senang dan bersemangat.

“Terima kasih, Puja. Hari ini sangat menyenangkan. Aku merasa seperti punya saudara perempuan.”

Puja tersenyum. “Aku juga senang, Tiara. Kita memang seperti saudara sekarang.”

Setelah puas menjelajahi kuliner, Puja mengajak Tiara ke sebuah toko aksesoris. “Ayo, kita beli sesuatu untuk mengingat hari ini,” ajak Puja.

Mereka memilih sepasang gelang kembar berwarna perak dengan hiasan kecil yang indah. “Gelang ini akan selalu mengingatkan kita pada hari yang menyenangkan ini,” kata Puja sambil mengenakan gelang di pergelangan tangannya.

Hari itu berakhir dengan penuh refleksi bagi Tiara. Meskipun dia merasa sangat merindukan ibunya, dia merasa diberdayakan oleh dukungan dari Puja dan teman-temannya.

Tiara mulai menyadari bahwa, meski ada keinginan dan harapan tertentu, cinta dan dukungan yang dia terima dari orang-orang di sekelilingnya adalah hal yang sangat berarti.

Di akhir hari, Tiara, Puja, dan semua orang merasakan kebersamaan yang semakin kuat. Mereka tahu bahwa meskipun ada tantangan dan perasaan kehilangan, saling mendukung dan saling mencintai adalah kunci untuk mengatasi segala rintangan. Dan dengan dukungan ini, mereka siap untuk menghadapi hari-hari mendatang dengan lebih baik dan penuh harapan.

1
Amelia
wuih panas henteu.... haredang.. haredang
Amelia
kejutan.... hahaha
Amelia
ih perempuan egk tahu malu...
Amelia
jangan mau.....
Amelia
puja anak yg hebat, kuat...❤️❤️❤️
Fa🍁: Iya Puja berusaha untuk tetap kuat
total 1 replies
Amelia
ih sirik aja....
Amelia
so sweet...
Amelia
kasian puja.. bagaimana nanti ya .
Adico
😡😡😡😤😤😤rencana yang tak ada habisnya
Adico
semangat thor
Mamah Tati
sedih
Amelia
love love tuh....
Amelia
alex cemburu tuh...
Adico
hai puja... apa kabar pujsan hatiku.
Fa🍁: .... baik baik saja pujaan hati
total 1 replies
Amelia
duh kamu terlalu bodoh Tiara....😔😔
Mamah Tati
i see
Mamah Tati
WTF si Rina balik LG ke cerita?! mau apa LG,,
Mamah Tati
Tiara balik LG ama Rey. Puja jd sama si Varo wadidaw
Mamah Tati
o begini ceritanya y
Mamah Tati
terlalu kbnyk konflik, udh sih akhiri saja kebongkar dh rahasia si queen itu, lama bgt mlh tmbh si Alex psikopat ?!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!