Diammu Membunuhku

"Kalian darimana saja?? dan kenapa bisa ada disini?" tanya James kesal pada mereka berdua.

"Kami dari toilet, dan Santi tadi dikunci seseorang dari luar. Jadi aku menyelamatkannya lebih dulu dan tak tahu kalau kondisi disini kacau." ucap Dion.

"Apa alasan kalian datang ke tempat seperti ini bersama Lyra?" tanya James kesal.

"Kami hanya menghadiri acara ulangtahun teman kami bernama Candy." balas Santi.

"Ck.. pulanglah dan jangan ajak Lyra kemari lagi." ucap James.

"Baik tuan." ucap mereka berdua.

James pun membawa Lyra keluar dan langsung pulang ke rumah. Sementara Dion menghampiri Ben yg sedang mengurus beberapa orang.

"Maaf tuan apa yg terjadi tadi?" tanya Dion.

"Kalian pasti teman Lyra.. Kalian kemana saja?? tadi Lyra diganggu para pria ini.." ucap Ben.

"Aku terkunci di toilet dan meminta bantuannya, jadi kami meninggalkan Lyra sendirian karena disini ada beberapa teman dari kampus juga." ucap Santi.

"Kalian ini bodoh sekali sampai bisa dijebak begini.. kalau aku dan tuanku tak ada aku tahu nasib Lyra teman kalian." ucap Ben.

"Maaf tuan, kami tidak hati-hati." ucap Dion.

"Lebih baik kalian pulang. Ini sudah malam." ucap Ben.

Dion dan Santi pun pulang ke rumah mereka.

.

.

.

Flashback on..

Saat itu, Santi pergi ke toilet bersama beberapa teman wanita. Dan Dion menemani Lyra, bersama teman mereka yg lain. Lalu tiba-tiba Santi mengirimkan pesan dan meminta bantuan Dion untuk datang ke toilet. Disana nampak Lyra sudah lelah, hingga Dion pergi sendirian membantu Santi yg terkunci di toilet.

Dan Santi, saat tahu dirinya dikunci dari luar oleh seseorang, dirinya pun beruntung masih membawa ponsel hingga bisa menghubungi Dion. Ya, hanya Dion yg bisa membantunya karena Lyra tak mungkin kuat mendobrak pintu kamar mandi tersebut.

Dion pun menghubungi Santi, dan ternyata pintu luar toilet juga dikunci dengan alasan sedang ada perbaikan. Dion pun meminta bantuan petugas yg berjaga tapi tak ada yg bisa membantunya dan pergi dengan alasan mencari kunci cadangan.

Hingga akhirnya Dion pun mendobraknya dengan kasar. Setelah pintu masuk terbuka, kini Dion mencari Santi di salah satu pintu toilet. Dirinya tak memerdulikan statusnya sebagai pria yg memasuki toilet wanita.

"Santi.. kau ada dimana?" tanya Dion.

"Aku disini, tolong aku Dion.." ucap Santi menangis.

"Tunggu sebentar." ucap Dion mendekat. Lalu dirinya melihat kunci yg menggantung di pintu tersebut dan membukanya.

"Akh.. Dion akhirnya kau datang.. Terimakasih.." ucap Santi menangis.

"Sudah ayo kita pulang, Lyra sudah menunggu." ucap Dion.

"Iya.." ucap Santi menghapus air matanya.

"Sudah tak apa, aku sudah membebaskanmu." ucap Dion memeluknya.

"Ayo kita temui Lyra dan pulang." ucap Santi.

Tapi saat mereka kembali, suasana pun kacau. Dan beberapa pria ditahan, belum lagi orang-orang memilih meninggalkan club tersebut. Dan Dion melihar Candy dan teman-temannya melarikan diri.

"Dion, itu Lyra tapi dia bersama James." ucap Santi.

"Benar." ucap Dion dan mereka pun mendekat.

James pun terlihat marah apalagi dengan kondisi Lyra yg tak sadarkan diri. Mereka juga ikut dimarahi oleh James karena pergi ke tempat berbahaya seperti ini. Terlihat dengan sangat jelas kalau mereka dijebak. Hingga James dan Ben meminta mereka untuk pulang.

Santi pun tampak menyesali perbuatannya. Dirinya yg sudah diperingati oleh Dion berkali-kali pun bersikeras untuk datang kemari. Hingga akhirnya semuanya jadi korban. Dirinya pun terkunci dikamar mandi dan Dion harus mendobrak pintunya untuk menyelamatkannya. Dan Lyra jika tak ada suaminya mungkin mereka tak sempat menyelamatkannya.

"Ini semua salahku." ucap Santi menangis di dalam mobil.

"Baguslah jika kau sadar." ucap Dion.

"Bagaimana keadaan Lyra sekarang?" tanya Santi.

"Kita hubungi besok.. Dia sudah bersama orang yg tepat yaitu suaminya. " ucap Dion.

"Seandainya saja aku tak memaksa kalian untuk datang." ucap Santi.

Dion pun menepikan mobil karena Santi terus berbicara aneh-aneh.

"Kenapa berhenti?" tanya Santi.

"Berhenti menangis." ucap Dion.

"Bagaimana aku tak menangis, Lyra jadi begini karena keegoisanku." ucap Santi.

"Menangis takkan mengubah apapun.. aku jamin itu." ucap Dion.

"Lalu aku harus apa? aku merasa bersalah." ucap Santi terus menangis.

"Menangislah sepuasmu.. aku siap jadi bahu sandarannya lalu setelah itu berhenti dan kita pulang." ucap Dion memeluknya lagi.

Santi pun menangis sepuasnya karena terlalu bodoh. Dirinya pun tersulut emosi karena Candy terus menghina Lyra. Setelah puas, dirinya menghapus air matanya. Tak lupa mencuci mukanya di toilet umum agar tak terlihat sembab oleh orangtuanya. Setelah itu, Dion dengan sabar menunggu dan mengantarkannya pulang ke rumah dengan selamat.

.

.

.

Sementara itu, James pun mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi agar Lyra sampai dirumah dengan cepat. Lalu dirinya menggendongnya sampai ke tempat tidur karena tak kunjung sadarkan diri.

Saat hendak menaruh Lyra di tempat tidur, James pun tersandung sandal milik Lyra dan mereka pun jatuh di tempat tidur.

Brukk..

"Akh.." ucap Lyra masih setengah sadar.

"Siapa kau?? mau apa kau?" tanya Lyra.

"Aku James, suamimu." ucap James.

"Bohong..!" ucap Lyra lalu bergerak cepat mengunci leher James.

Kondisi mereka pun semakin dekat dan James berada di atas tubuh Lyra.

"Lyra sadarlah.." ucap James yg mulai tercekat lehernya.

"Apa maumu? apa salahku padamu?" tanya Lyra.

"Aku James, dan aku membawamu pulang." ucap James.

"Akh.. kepalaku sakit sekali.." ucap Lyra melepaskan James dan mendorong tubuhnya.

"Sadarlah.." ucap James menyiram segelas air pada Lyra walaupun ia tak tega.

"Akh.. dingin.." ucap Lyra.

"James, dan ini dikamar??" tanya Lyra yg sudah sadarkan diri.

"Ya.. sekarang kau sudah sadar kan?? " tanya James.

"Iya.. kepalaku sakit sekali.. apa yg kulakukan sampai tiba disini.?" ucap Lyra.

"Kau pasti minum alkohol." ucap James.

"Aku tak minum alkohol, aku berani bersumpah.." ucap Lyra.

James pun mendekat dan tak mencium aroma alkohol dari tubuh Lyra.

"Aku tidak bohong, tanya saja Dion dan Santi." ucap Lyra.

"Apa yang kalian lakukan disana?" tanya James kesal dan membuka jas serta dasinya.

"Kami hanya diundang ke acara ulang tahun anak kampus kami bernama Candy." ucap Lyra.

"Akh kepalaku pusing sekali rasanya." ucap Lyra memegang kepalanya.

"Sudahlah, ganti pakaianmu dan istirahat." ucap James yg tak yakin bisa mengajak Lyra bicara.

Lyra pun berganti pakaian dan dimejanya sudah ada minuman hangat. Setelah meminumnya Lyra pun tidur untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya.

.

.

.

Pagi harinya, Lyra pun terbangun. Dirinya baru menyadari apa yg terjadi semalaman. Dan ia yakin tak meminum alkohol. Tapi apa yg membuatnya kehilangan kesadaran??..

"Sudah sepenuhnya sadar?" tanya James.

"Iya.. Terimakasih sudah menyelamatkanku semalam." ucap Lyra malu.

"Apa yg kau minum hingga pingsan?" tanya James.

"Minuman buah." ucap Lyra.

"Hanya itu?" tanya James.

"Iya.. aku tak minum apapun disana." ucap Lyra.

"Lain kali jangan pergi ke club seperti itu sekalipun bersama kedua temanmu, dan jangan terima makanan atau minuman apapun jika berada di tempat seperti itu." ucap James.

"Mungkinkah.." ucap Lyra.

"Iya. ada yg menaruh obat tidur di minumanmu. Itu pasti, karena gadis polos sepertimu hanya akan jadi target korban pelecehan jika datang ke tempat seperti itu." ucap James.

"Baiklah, sekali lagi maaf aku sempat menyerangmu." ucap Lyra.

"Aku memaafkanmu.. tapi kau akan dihukum." ucap James.

"Dihukum? apa hukumannya?" tanya Lyra.

"Kau tidak boleh keluar kecuali ke kampus. Dan akan ada bodyguard yg memantau pergerakanmu jika kau kabur mereka akan menyeretmu pulang." ucap James.

"Lalu kelas mengajarku bagaimana? aku pasti dipecat." ucap Lyra.

"Kau harus ikuti perintahku sebagai suamimu." ucap James.

"Pernikahan kita hanya diatas kertas, jangan terlalu mengekangku. Aku tahu aku salah, dan aku takkan kemanapun kau juga boleh menaruh orang disekitarku untuk mengawasi tapi jangan halangi kegiatanku." ucap Lyra.

"Kalau kubilang tidak.. ya tidak..!" ucap James.

Lyra pun bergerak cepat dan mengunci leher James.

"Haruskah aku sejauh ini agar kau tak mengekangku?" tanya Lyra.

"Cepat lepaskan?" tanya James.

"Tidak sebelum kau mengijinkanku mengajar kembali." ucap Lyra.

"Kau jangan menyesal ya.." ancam James.

Hingga mereka pun bergelut di kamar tersebut, kuncian demi kuncian pun mereka lakukan bergantian. Hingga James lelah dan mengalah.

"Baiklah, tapi hanya mengajar dan tidak kemanapun..!" ancam James.

"Oke.." ucap Lyra melepas kunciannya.

"Bagaimana bisa tenaga wanita ini sangat kuat?? aku bisa mati kapan saja ditangannya." gumam James dalam hati.