Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Kontrak Pernikahan
Keesokan paginya, Brahma dan Starla sudah membersihkan diri. Keduanya kini duduk saling berhadapan di meja makan.
Mereka berdua baru saja selesai sarapan. Brahma sengaja meminta pelayan hotel membawa sarapan pesanannya ke dalam kamar. Ia ingin berbicara empat mata dengan Starla setelah semua yang terjadi semalam. You know what I mean.
"Minum ini," titah Brahma seraya menyodorkan sebuah obat berbentuk pil.
Ya, itu adalah pil kontra*sepsi darurat atau morning after pill. Salah satu cara mencegah kehamilan setelah berhubungan yang dapat dilakukan. Brahma menyuruh pelayan hotel secara khusus untuk membelinya tadi sebelum Starla bangun.
Starla melirik sekilas obat yang disodorkan Brahma padanya. Tentu saja ia tahu fungsi obat tersebut. Lalu Starla hanya tersenyum tipis. Bukan senyuman tanda bahagia tetapi senyuman yang membuatnya semakin tersadar dan menampar siapa dirinya ini baik secara materi, kasta, maupun strata sosial. Dirinya seakan seperti rumput liar yang tak akan pernah dilirik oleh siapapun. Bahkan jati diri ayah kandungnya saja hingga detik ini dia tak tahu. Sungguh ironi.
"Bangun Starla! Jangan mimpi dia bakal jadi pangeran berkuda putih yang didatangkan Tuhan untuk menolongmu dari dunia yang kejam ini apalagi mencintaimu," batin Starla bermonolog pada dirinya sendiri.
"Kamu sudah biasa melakukan hal ini ya sama banyak wanita," sindir Starla seraya tangannya menerima obat dari Brahma dan tanpa basa-basi langsung meminumnya.
"Ini yang pertama kali,"
"Maksudmu yang pertama menumpahkan benih di dalam rahim wanita. Sebelumnya selalu tumpah di luar ya. Mahir sekali," Starla tertawa kecil seraya menyeruput teh hangat miliknya.
"Hal seperti ini tentu saja aku tahu sebagai laki-laki tanpa harus melakukan hubungan in_tim dengan wanita mana pun. Menuduh orang tanpa bukti yang valid sama saja hoax sekaligus penyebaran fitnah. Kamu bisa saya kasuskan sekalian menginap gratis di pen*jara," ucap Brahma secara jujur dan tegas. Ia merasa tak terima atas sindiran Starla yang menganggapnya sebagai pemain wanita atau lelaki hidung b3lang yang hobi jajan dalam tanda kutip.
"Siap Pak Kapolsek AKP. Brahma Satria Mahendra yang terhormat," ucap Starla seraya memberi hormat ala-ala militer pada Brahma. "Tapi ngomong-ngomong kalau ada anggota polisi setingkat jabatan Kapolsek yang merudapaksa seorang gadis di hotel berbintang seperti ini, bisa dikasuskan juga atau jalan damai, Ndan?" sambungnya.
Skakmat !!
"Uhuk-uhuk..." Brahma yang tengah menyeruput kopi latte hangat miliknya langsung tersedak setelah mendengar kalimat Starla barusan yang menohok dirinya.
"Haishh !! Kalau minum hati-hati, Ndan. Jangan mati tersedak saat bersama saya. Cicilan hidupku masih banyak, jadi jangan mempersulitku. Kalau aku sampai menjadi tersangka pembunuhan seorang Kapolsek sekelas AKP. Brahma Satria Mahendra yang tampan ini, bisa-bisa aku diamuk para warganet yang jadi fans garis kerasmu."
Starla menepuk pelan area tengkuk dan punggung Brahma guna meredamnya seraya bibir mungilnya tanpa sadar terus mengomel.
"Aku tampan ya," celetuk Brahma.
"Dasar narsis! Bicara panjang lebar tapi yang disimpulkan dan diingat cuma kata tampan doang!" gerutu Starla seraya memutar bola matanya jengah melihat tingkah Brahma barusan. Sedangkan senyum tipis terbit di wajah tampan putra kandung Arjuna dan Bening tersebut.
☘️☘️
Starla pun kembali duduk di kursinya dan ia memutuskan tak melirik Brahma yang ada di hadapannya. Ia lebih memilih untuk melihat pemandangan kota dari kaca hotel, tempat dirinya berada saat ini.
"Jujur ini yang pertama buatku. Terserah kamu percaya atau tidak. Soal pil itu karena memang aku belum siap benihku tumbuh dalam rahimmu. Apalagi kita baru bertemu sekali dan aku belum mengenalmu. Tapi aku akan tetap bertanggung jawab. Kamu enggak perlu khawatir," ucap Brahma.
"Tanggung jawab? Dengan cara?"
"Tentu saja menikahimu," jawab Brahma singkat.
"Hah, apa aku enggak salah dengar?"
"Kalau dua kupingmu tetap berada di tempatnya tanpa cacat sekalipun dan masih bisa menyahut kalimatku, artinya kamu tidak tuli."
Dingin pada wanita selain keluarganya dan sering membuat lawan bicaranya mati kutu, itu ciri khas seorang Brahma Satria Mahendra. Namun hal ini muncul sejak Brahma putus dari mantan kekasihnya yakni Ajeng Notokusumo. Brahma tidak pernah menjalin percintaan lagi dengan wanita mana pun. Namun tetap saja banyak wanita yang mendekati dan mengejarnya.
Terlebih ibunya, Bening Putri Prasetyo, sering menjodohkan dan mengenalkannya dengan beberapa wanita yakni putri dari rekan sejawat Arjuna di kepolisian. Ada juga putri dari kolega bisnis kedua orang tuanya. Namun tak ada satu pun yang berhasil memikat hatinya. Justru kini mendadak dirinya menyodorkan sebuah pernikahan pada Starla, wanita yang masih abu-abu identitas sekaligus sifat aslinya.
"Buat apa menikah? Apa hanya karena kamu telah mengambil kesucianku?"
"Salah satunya karena itu," jawab Brahma singkat.
"Kan aku sudah minum obat anti hamil. Lagi pula saat ini bukan masa suburku jadi aku enggak akan hamil. Kamu tenang saja,"
"Mungkin terdengar klise tapi sebagai laki-laki, orang tuaku mengajarkan rasa tanggung jawab atas segala hal yang aku perbuat di dunia ini. Aku tak mau disebut sebagai laki-laki pengecut yang lari dari tanggung jawab setelah mengambil kesucian anak gadis orang,"
"Lantas, sisanya karena alasan apa?" cecar Starla yang penasaran.
Brahma pun berusaha jujur pada Starla perihal hubungan dirinya yang kandas dengan mantan kekasihnya, Ajeng, dan juga terus lelah dikejar serta dijodohkan oleh ibunya.
"Dasar aneh! Menikah dengan wanita yang dijodohkan orang tua kan enak. Enggak perlu ribet karena sudah dicarikan orang tua. Bobot, bibit dan bebet juga sudah jelas. Restu pasti sudah didapat pula. Kok malah cari jalan berliku dengan menikahi wanita yang enggak jelas kayak aku,"
"Kamu manusia juga kok, bukan hantu. Jadi bukan wanita enggak jelas atau wanita jadi-jadian. Buktinya megalodonku sudah masuk semalam ke tubuhmu," goda Brahma.
Entah mengapa ia merasakan sesuatu yang berbeda pada diri Starla. Tidak seperti wanita lain yang selama ini berada di sekitarnya seperti yang diucap Starla yakni fans garis kerasnya. Tanpa disadari Brahma, sifat blak-blakan dan apa adanya yang ditampilkan Starla justru menarik hatinya secara tak kasat mata.
Dirinya sering digoda banyak wanita namun jarang sekali membalas godaan tersebut. Walaupun hanya sekedar ucapan yang keluar dari bibirnya atau berupa tulisan.
"Megalodon? Apa itu?" tanya Starla dengan mimik wajah polosnya.
"Sejenis ular berbisa," jawab Brahma asal ceplos.
"Hah, di mana ularnya?" Starla seketika ketakutan hingga tanpa sadar saat ini dirinya sudah naik dan berdiri di atas kursi. Ia melihat area sekelilingnya terutama di lantai, khawatir ular berbisa yang dimaksud Brahma mendadak menggigit kakinya. Dirinya belum ingin mati sekarang, pikirnya.
Brahma menutup mulutnya dengan salah satu telapak tangannya yang terkepal. Ia tertawa kecil melihat Starla yang ketakutan dengan megalodon miliknya. Padahal semalam wanita ini mend3sah hebat akibat keganasan megalodon yang bercampur efek obat.
"Kok kamu malah ketawa sih!" omel Starla.
"Duduklah dengan tenang. Megalodonnya sedang tidur jadi dia enggak akan gigit kamu kok. Semalam dia sudah banyak mengeluarkan tenaga saat memasuki tubuhmu. Malam pertama kita," cicitnya lirih terutama di ujung kalimatnya namun terdengar jelas oleh Starla.
BUGH !!
Seketika sebuah bantal sofa yang ada di dekat Starla melayang pada wajah Brahma setelah wanita ini tersadar jati diri megalodon yang sebenarnya. Ternyata Brahma sedang menggodanya.
"Dasar polisi m3sum!" maki Starla.
Brahma hanya terkekeh melihat kemarahan Starla padanya yang justru terlihat menggemaskan. Ia sangat jarang tertawa seperti ini ketika bersama orang lain yang notabene bukan keluarganya.
Brahma tanpa basa-basi menyodorkan sebuah kontrak pernikahan dengan Starla. Mungkin dengan begini, Brahma berharap bisa membuat para wanita yang menjadi fans garis kerasnya mundur teratur sekaligus membalas rasa kecewanya pada Ajeng Notokusumo. Walaupun rasa cinta di hatinya masih terpatri untuk nama mantan kekasihnya itu.
"Berapa lama?" tanya Starla.
"Dua tahun," jawab Brahma.
"Jika lebih dari itu?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
kan Arju a mau unBrahma adalah orang yg berpengaruh
segera meluncur
syukurin..
berarti dtarla dan brahma sau dara satu ayah lah, mana boleh menikah.
ini adalah suatu rahasia yg blom bisa di ungkap kan