NovelToon NovelToon
Terbelenggu Hasrat

Terbelenggu Hasrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.4k
Nilai: 5
Nama Author: Susi Nya Sigit

Nadira nyari saja jatuh ke lembah nista, usai diselingkuhi oleh kekasihnya. Beruntung dia dipertemukan dengan seseorang, yang ternyata menyelamatkan hidupnya dari lembah hitam itu.

Lewat perjanjian kontrak yang ditawarkan oleh lelaki itu, mempertemukan dirinya pada sosok yang selama ini dia cari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Nya Sigit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hukuman untuk Nadira

Kevin menyadari, perasaannya pada Dira bukan hanya sekedar kagum. Hatinya sudah terikat pada pesona gadis itu. Terbukti, baru dua hari tidak bertemu dengan tunangannya itu, ada getar-getar rindu dalam dirinya.

Selain kesibukan mengurus hari pernikahan, Kevin juga sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa perusahaan mengajak kerjasama dengannya. Mengingat kesuksesannya dalam mengembangkan usahanya. Karena itu, ia tidak ada waktu untuk datang ke rumah yang ditempati oleh calon istrinya.

"Huh, akhirnya selesai juga!" gumamnya, mengembuskan napasnya ke udara. Kevin menutup labtobnya, lalu meraih benda ponsel di sebelah benda itu. "Riska," lirihnya, menggigit bibir bawah.

Tiga kali mantan kekasihnya itu menghubungi dirinya. Pikiran Kevin mulai tak tenang, terakhir ia meninggalkan wanita itu di apartemen miliknya. Dengan dibantu satu orang perawat yang ia sewa, untuk menjaganya. "Jangan-jangan___;

Ucapannya mengambang, gegas lelaki itu beranjak dari tempat duduknya. Menyambar kontak mobil, dan segera pergi untuk menemui mantan kekasihnya itu.

Disepanjang perjalanan, pikirannya tidak tenang. Apalagi, saat ia menghubungi balik nomor itu, tidak aktif. Kevin mengendarai mobilnya dengan sangat cepat, agar segera sampai ke tempat tujuannya.

Sesampainya di halaman apartemen, ia menghentikan laju kendaraannya, mematikan mesinnya, dan secepatnya turun dari sana. Sebelum masuk, ia titipkan kunci mobilnya pada satpam, agar diparkirkan dengan baik.

Selesai urusannya, Kevin langsung menunjuk ke lantai dua puluh. Dengan naik lift, ia sampai. Perasaannya masih tak menentu, takut terjadi hal buruk pada Riska.

Kevin langsung masuk ke dalam, karena ia memegang card id apartemen itu. Tak perlu susah menunggu orang membukanya dari dalam.

Keadaan apartemen memang sepi, Kevin bahkan tidak melihat perawat atau Riska berada di ruang tamu. Kevin menuju ke kamarnya, barulah ia mendengar Isak tangis dari luar.

"Aku ingin mati!!!" teriak wanita histeris, melihat dirinya yang tak berdaya. Hanya bisa duduk, menunggu belas kasihan orang lain demi memenuhi kebutuhannya. Karena kecelakaan itu, mengakibatkan kornea matanya rusak, dan divonis mengalami kebutaan.

"Anda tidak boleh putus aja, anda masih punya harapan untuk sembuh. Asal, anda menuruti apa kata saya." Seorang perawat berusaha menenangkan gadis itu. "Sekarang, minum obatnya dulu. Setelah itu, anda istirahat." Perawat itu menyuapkan kapsul ke bibir Riska, berharap kali ini mau menurut.

"Aku gak butuh ini!!" teriak Riska, menapik tangan Melsi, perawat yang menjaganya. "Biarkan aku mati, aku udah bosan hidup menderita seperti ini!!" Riska menangis, tergugu. Menyakiti dirinya sendiri.

Kevin baru saja masuk, dan melihat kejadian itu. Gegas ia memberi isyarat kepada Melsi untuk tidak menyapanya.

Kevin mendekati Riska yang tak kunjung tenang. Wanita itu meronta, melempar apa saja yang ada di dekatnya.

"Aku benci!! Aku benci kamu!!!"

Dipeluknya tiba-tiba tubuh gadis itu oleh Kevin. Aroma maskulin dari parfumnya seolah menghipnotis Riska. Gadis bergigi gingsul itu diam terpaku, tak bergerak sedikitpun. Indera penciumannya mulai bekerja. Aroma yang masuk ke hidungnya mengingatkan ia pada seseorang. Sesaat saja, bayangan itu terhapus pada kenyataan. Yang membuat ia tidak mungkin bermimpi akan bertemu kembali dengan orang yang sudah ia sakiti.

"Vin, apa itu kamu?" lirihnya getir. Air mata yang tadi menggenangi pelupuknya, kembali lagi. Kantung matanya penuh, dengan cairan itu. Hanya dengan sekali kedip, ia akan keluar dari sarangnya. "Gak mungkin!" Riska menggeleng, meraba-raba lengan Kevin. "Kamu gak mungkin datang!!"

Sakit, dalam sekejap hatinya bimbang. Melihat derita yang dirasakan oleh Riska, menyentuh nuraninya. Kevin merasa iba, dan tak tega. Akan tetapi, jika mengingat pengkhianatan itu, rasa itu akan pudar seketika. Terganti rasa sakit, yang menyulut dadanya.

Napasnya baik turun, mengaduk perasaan. Tak kuasa, Kevin menitikkan air mata. Entah ia sendiri tidak bisa mengartikan, air mata apa itu?"

Cairan bening itu jatuh tepat di tangan Riska. Wanita itu bisa merasakan hangatnya, seketika nuraninya bekerja. Angannya tak dapat lagi ia tepis, lengan Kevin yang masih mengalung di lehernya, ia raup. "Ini kamu, Vin. Aku bisa merasakan kehadiran kamu. Kevin, tolong bicaralah!!" teriak Riska, berharap.

Melsi yang menyaksikan adegan itu, larut dalam kesedihan mereka berdua. Dan membayangkan, seperti apa perasaan Riska saat tahu, orang yang menolongnya adalah mantan kekasihnya yang sudah ia khianati dulu.

"Vin, bicaralah! Aku yakin ini kamu!"

Riska bergerak, dengan kemampuannya. Ia berhasil turun dari ranjang, meraba tubuh Kevin yang sigap berada di tempat itu.

"Hati-hati, Mbak!" ujar Melsi, memperingati.

"Suster, tolong beritahu saya. Siapa yang ada di hadapan saya sekarang?" Riska meminta bantuan pada Melsi. Untuk mengatakan yang sejujurnya.

"Ini saya, Mbak," jawab Melsi, terpaksa berbohong. Usai mendapat isyarat dari Kevin.

"Bohong!! Kamu pasti bohong! Katakan, siapa orang yang ada di hadapanku sekarang!!" pekiknya histeris. Riska kembali meronta, membuat dua orang yang ada di dalam sana kesulitan menenangkan wanita itu.

"Kamu Kevin, 'kan?" tanyanya, saat berhasil menyentuh wajah Kevin. "Maafkan aku, Vin. Aku mohon," lirihnya menangis.

Awalnya, tujuan Kevin menolong Riska karena kasihan. Tetapi, saat melihat keadaan gadis itu, rasa simpatinya kembali tumbuh dalam hatinya. Sisa-sisa cinta mungkin masih ada, hanya saja tertutup amarah. Itu sebabnya Kevin memilih untuk menunjukkan jati dirinya di depan wanita itu.

"Kevin, ini kamu 'kan?"

Suara Riska kembali terdengar, mengusik lamunannya. Memantapkan hatinya untuk mengambil keputusan itu.

"Arghhhhh!" pekik Riska, memegangi kepalanya. Sontak membuat Kevin panik.

"Riska!! Kamu gak apa-apa 'kan?" Suara itu terdengar indah di telinga Riska m hatinya menghangat, mengalahkan rasa sakit yang menyerang gadis itu.

"Sakit, Vin. Ini sakit banget," keluh Riska, menangis.

"Melsi, tolong panggil dokter ke sini!" titah Kevin pada Melsi, yang juga sibuk membantu menenangkan Riska.

"Biar saya periksa dulu Mr."

Kevin menidurkan Riska di tempat tidurnya. Lalu membiarkan Melsi untuk memeriksanya. Di saat itu, ponselnya berdering. Dan yang membuatnya terkejut adalah nomor Dira melakukan panggilan lewat video call.

"Astaga, Dira." Keningnya mengkerut. Sambil menggaruk kepalanya.

Kevin mendadak panik, mendapat telepon dari Nadira. Padahal, sebelumnya nomor gadis itu yang selalu ia tunggu. Sebelum menjawabnya, lebih dulu ia pamit pada Melsi. Hanya dengan memberikan isyarat pada gadis itu, untuk tidak berbicara sepatah katapun.

"Iya, Ra. Ada apa?" tanyanya sedikit gugup. Ia arahkan kamera di ponselnya ke arah tembok. Karena, ia belum mendapat tempat yang cocok untuk berbincang dengan wanita itu.

"Vin, gue mau nanya nih! Jalan ke tempat mami Felli di mana ya?"

Seketika, matanya membulat sempurna. Mendengar gadis itu akan kembali ke tempat asalnya. Timbul prasangka lain, yang membuat pikirannya menerawang kemana-mana.

"Mau ngapain kamu, ke sana?" tandasnya, dengan nada kesal. "Apa kamu sudah gak sabar ingin melakukan itu, sampai mau datang lagi ke sana?"

Seketika wajah Nadira berubah merah, keluar sungut di kepalanya mendengar celetukan Kevin yang merendahkannya.

"Bisa gak sih, tuh otak gak ngeres-ngeres gitu! Lagian, gue ke sana itu bukan untuk nyari laki-laki hidung belang, kek Lu! Tapi, gue ada urusan sebentar sama mami Felli. Yang jelas bukan kek yang Ku pikirkan tadi!" cerocos gadis itu, terdengar berisik di telinga calon suaminya.

"Sepenting apa urusan kamu sama wanita jalang itu, Hah?" Tak semudah itu buat Kevin melepaskan Nadira ke tempat terkutuk itu, yang penuh dengan kejahatan dan kelicikan.

Nadira mulai terpancing dengan kata-kata Kevin yang seharusnya memberi jalan keluar, justru membuatnya geram. "Mau ngasih gak sih!" Gadis itu memutar bola matanya malas. Berdebat dengan Kevin, ia tidak akan pernah menang. Lelaki sekeras kepala Kevin, tidak akan pernah mau mengalah dengannya.

"Kamu pulang sekarang! Lima belas menit lagi, aku jemput kamu!" serunya tegas, tanpa mau dibantah. Kevin memutuskan panggilan teleponnya, dan menyimpan benda itu ke dalam saku celananya. Kemudian balik lagi ke ruang Riska yang sudah selesai diperiksa oleh dokter.

Kevin masuk dengan sangat hati-hati, kemudian menyentuh pundak wanita yang berdiri di samping mantan kekasihnya. "Saya ada urusan, kalau Riska tanya, bilang aja ke depan sebentar," bisiknya pelan ke telinga perawat itu. Melsi mengangguk pelan. Kevin pun keluar lagi.

*************

Teriknya matahari siang itu, tak menyurutkan niat Nadira untuk mencari cafe mami Felli. Mimpinya semalam, yang menuntun wanita itu datang ke tempat itu. Di tengah jalan, ia dibuat bingung. Banyaknya gang, juga pengkolan, membuat Dira lupa jalan ke cafe itu.

Niatnya tanya sama Kevin, ia justru disembur habis-habisan oleh lelaki itu. Nadira terpaksa putar balik, pulang ke rumah yang ia tempati sekarang.

"Loh, kok balik lagi, Ra?" tegur Della, saat Dira lewat.

"Biasa tuh si reseh, nggak ngebolehin pergi sendiri," gerutunya, mendaratkan tubuhnya di sofa kasar. "Niatnya mau nanya jalan ke cafe itu, eh malah kena omel. Ngeselin gak tuh!!"

Della menyeringai, mendengar aduan Dira yang menurutnya lucu. Wanita itu menyenderkan gagang sapu yang ia pegang ke dinding, kemudian duduk di sebelah Dira. "Harusnya kamu seneng dong!" sindir Della, mendapat tatapan aneh dari wanita yang duduk di sebelahnya.

"Seneng?" ulang Dira, mengerutkan kening. "Kesel iya. Itu tuh bukan hal yang menyenangkan, Kak Della."

"Artinya, Kevin itu gak mau kamu kenapa-kenapa. Mengkhawatirkan kamu, jika datang sendiri ke tempat siallan itu!" ujar Della, menjabarkan. "Dan kalau udah punya rasa khawatir, berarti Kevin itu udah mulai ada rasa ke kamu," sambung Della, membuat Dira terbengong.

Sesaat kemudian, Dira menghembuskan nafasnya kasar. Jika mengingat kejadian beberapa waktu lalu, saat dirinya dikhianati oleh mantan kekasihnya. Dira merasa takut untuk menerima cinta lain. Terlebih, dari awal ia sudah tahu seperti apa niat Kevin menikahinya, hanya karena status semata. Bukan datang dari hati. Itu yang membuatnya tidak yakin, bagaimana perasaan Kevin padanya.

"Entahlah, Kak Della. Dira gak mau terlalu berharap. Yang ada bikin pusing kepala aja," balasnya, dengan nada suara lemah.

Tak lama, seseorang muncul dari balik pintu. Tanpa permisi atau mengetuknya lebih dulu, Kevin menghampiri mereka. Lelaki itu duduk tepat di sebrang Dira, dengan tatapan mata menuntut.

"Ada keperluan apa kamu datang ke cafe wanita jalang itu?" tanyanya, tegas.

Nadira menatap wajah Della sekilas, sebelum memberikan jawaban ke Kevin. "Aku mau mencari seseorang di sana," jawabnya ragu-ragu.

Dahi Kevin mengkerut, belum mengerti maksud perkataan calon istrinya tersebut. "Siapa?" Lagi, Kevin memberikan pertanyaan lagi. Kali ini, nada bicaranya terdengar aneh.

"Azka," jawab Nadira singkat, dan semakin membuat Kevin geram.

"Siapa Azka itu? Bisa gak, kalau ngomong gak setengah-setengah kek gini!!!!" sentaknya, mulai emosi.

"La situ nanyanya juga setengah-setengah. Ya aku jawab seperlunya." Tak ingin disalahkan, Nadira membalas Kevin tak kalah menyebalkan.

"Astaga, Dira!!!" Kevin mengeratkan tangan dan rahangnya. Frustrasi menghadapi kelakuan wanita itu yang semakin hari semakin membuatnya pusing. Anehnya, kekesalan itu tak pernah membekas di hatinya.

"Ya udah, ayo aku antar kamu ke cafe itu!" tegasnya, malas terlalu banyak bertanya pada gadis tak tahu diri itu. Yang ada, akan semakin membuat dirinya kesal.

Di sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Baik Dira dan Kevin, hanya saling melirik. Belum ada niatan untuk membuka suara lebih dulu. Sampai dering ponsel Kevin mengusik keduanya. Kevin merijek panggilan dari Melsi. Dan meng-nonaktifkan HP-nya.

"Siapa?" tanya Dira, jiwa keponya meronta. Wanita itu penasaran, kenapa Kevin tidak menjawab telpon dari seseorang.

"Bukan urusan kamu!" Dijawab ketus oleh Kevin, lalu fokus kembali dengan pengemudinya.

"Oh gitu, ya? Ok, mulai sekarang aku gak akan ngepoin urusan kamu! Begitupun juga dengan kamu, jangan harap bisa kepoin urusan aku. Jadi, terserah aku mau ngapain aja. Karena itu bukan urusan kamu!!!" balas Dira panjang lebar, membuat hati Kevin semakin geram. Lelaki itu menginjak pedal remnya mendadak. Sampai kepala Dira terpentok dasboard mobil.

"Arghhhhh, sakit!!" keluh wanita itu memegangi pelipisnya. "Sengaja, ya?" Setelah itu menunjuk ke wajah Kevin.

"Kalau iya, kenapa?" tantang Kevin, yang sudah tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Kamu ya____!!!"

Ucapan Nadira mengambang ke udara, saat Kevin langsung memberinya hukuman. Sebuah kecupan kasar, mendarat di bibir ranum gadis itu. Nadira tak bisa melepaskan, tenaganya tak cukup kuat. Ia hanya bisa pasrah, dan semakin lama menikmati ciuman itu.

Hasrat membumbung tinggi, Kevin tak dapat mengontrolnya lagi. Tubuhnya semakin hangat, mendamba yang lebih dari itu. Tangannya mulai tak bisa dikendalikan lagi. Meraba bagian sensitif Nadira, menciptakan lenguhan kecil di sana. Semakin meningkatkan libidonya.

"Aku menginginkannya sekarang!" serunya, dengan suara parau.

1
Apriyanti
knp harus di gantung si thor,,bikin penasaran aja,, lanjut
Apriyanti
lanjut thor
Rike
smoga nadira cpet brkumpul sama kluarga ny
Apriyanti
mudah²an ke kejar
lanjut thor
Rike
bguss
Apriyanti
kasih tau Kevin Nadira gitu
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor
Rike
sdih jg awal prjlnan cinta rumit
muna aprilia
lnjut
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
kelamaan kamu Dira,, bkn blg aja terus terang biar Kelvin gak marah
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
makin seru aja ni cerita nya, semoga jd nya SM Kelvin bukan adik nya Azka,, lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor
Susi Haryani
Ayo kasih dukungan dong buat othor, biar semangat trs update na
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lah gmn ini kan adik kakak masa iya punya hubungan terlarang,, lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
waw keren bgt cerita nya Thor👍💪💪🙏
Apriyanti: sama² thor🙏💪👍😘
Susi Haryani: MKSh kk
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!