" Bocil nakal itu istriku" pernyataan Zain kepada semua temannya yang ikut duduk bersama di sofa club'.
" what? ,,,, Istri Zain dia masih kecil Lo " tak percaya teman Zain menatap gadis kecil bar-bar yang tengah berjoget di atas punggung di Bawah kelap-kelip lampu sorot .
flash off.
Zain akhirnya menerima permintaan Papa nya untuk menikah lantaran itu adalah permintaan pertama dari orang tuanya yang selama ini selalu memberikan apapun yang Zain mau bahkan tak pernah mematahkan satupun hal yang Zain inginkan sebagai seorang anak .
" Tapi Maa apakah tidak ada calon istri untuk Zain yang Mama sukai selain Bocil nakal itu?" lesu Zain menatap Mama nya yang iseng sekali memilihkan calon istri senakal itu untuk dia yang sudah matang serta dewasa .
" tidak ada Zain , Walaupun dia nakal tapi Mama menyukai nya" pernyataan Mama Zain dengan senyum penuh damba bahkan sebuah harapan pada Zain .
yuk baca 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mul_yaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 lebih licik
" Daddy " panggil Aya lagi saat Zain malah bengong menatapnya.
" umur saya 27 tahun " jawab Zain segera mengalihkan tatapan nya dari Aya .
" Hahhh" kaget Aya tua sekali suaminya.
" Apa mau bilang Saya tua?" ketus Zain yang sudah tau apa yang difikirkan oleh Bocil sialan itu .
" Dih kok dia tau apa yang Aya pikirkan?" suara kecil Aya dengan mulut komat Kamit .
" Kalau sudah tau Saya jauh lebih dewasa dari kamu jangan sekali-kali memancing emosi Saya, Paham " ucap Zain menatap gadis manis yang sangat nakal itu .
" Siapa juga yang mau mancing emosi" ketus Aya berbaring memunggungi Zain .
" Saya belum selesai bicara" ucap Zain dengan nada bicara meninggi .
" Apa?" sergah Aya berbalik kesal mendengar suara meninggi Zain .
" Sudah Saya bilang jangan memancing emosi benar-benar tidak sopan " ucap Zain merasa tak dihargai saat dia masih bicara tapi Aya sudah memunggungi nya .
" Sekali lagi kamu begitu jangan lagi tidur di kamar saya. " tegas Zain yang membuat Aya langsung melotot bahkan memberontak melawan pria itu.
" Kalau bukan tidur di kamar ini Aya tidur dimana lagi , di apartemen teman Daddy " ucap Aya berdiri mengepal tangan menatap Zain yang duduk di ranjang itu .
Zain langsung menatap Bocil yang berdiri itu dengan tajam dengan sudut matanya.
" silahkan" kata Zain menunjuk pintu keluar yang membuat Aya menjadi semakin kesal .
Dengan emosi Aya mengambil ponselnya lalu melangkah menuju pintu kamar sambil menangis .
" akkhh" teriak Aya ketakutan berlari ke atas ranjang mencari Zain saat tiba-tiba lampu mati hingga kondisi kamar gelap gulita .
" Daddy ,,, Peluk. Aya takut " tangis Aya semakin keras menggapai pada Zain yang masih duduk bersandar ke ranjang itu .
Zain sudah ingin tertawa menutup mulutnya menatap Aya yang sudah menangis minta di peluk dalam kegelapan saking takut nya .
" hiks,,, Aya takut " tangis Aya dengan tubuh gemetaran benar-benar trauma dengan kegelapan sedari kecil.
" hai tenang lah tidak apa-apa" kata Zain merasa bersalah juga karena sengaja mematikan lampu hingga Bocil itu menggigil ketakutan.
" Aya takut " ucap Aya menyembunyikan wajahnya di dada Zain bahkan tanpa Aya sadari dia sudah duduk di atas pangkuan Zain .
Zain yang sudah merasa sesak dan tiba-tiba kesulitan menahan diri kembali menekan tombol lampu agar kembali terang .
Secara tiba-tiba Zain merasakan tubuh nya bereaksi ketika Aya terus memeluk dan tak memberikan jarak antara mereka .
" turun " ucap Zain pada Aya yang masih duduk di pangkuan nya menghapus air mata.
" Maaf Daddy " ucap Aya spontan turun dari pangkuan Zain dan berdiri menjauh .
Zain langsung berlari ke kamar mandi karena merasa ada yang aneh dengan dirinya.
" ini gila " rutuk Zain bersandar ke dinding kamar mandi sambil memejamkan mata mengguyur tubuhnya dengan air dingin dari shower .
" bagaimana mungkin tubuhku bereaksi se over ini hanya karena di sentuh Bocil tepos dan lurus itu, bahkan Hellen saja tak membuat aku sampai segitunya" umpat Zain yang malah menjadi heran dan tersiksa .
15 menit kemudian.
" Astaga " Zain yang baru keluar kamar mandi itu langsung menghampiri Aya yang sudah tertidur dengan kepala diatas tempat tidur sedangkan dia duduk di bawah mungkin karena lama menangis membuat Bocil itu mengantuk .
" bangun " kata Zain menyentuh pundak Aya tapi sepertinya Bocil itu kalau sudah tidur mirip seperti orang pingsan yang sama sekali tak merespon.
Akhirnya Zain mengangkat Aya ke atas ranjang lalu menyelimuti nya dan memilih mengalah dengan tidur di bawah sebagai bentuk penebusan rasa bersalahnya.
pagi harinya.
" hoam" Aya yang baru membuka mata itu menguap lalu duduk bersandar ke kepala ranjang.
" sudah bangun tuan putri?" tanya Zain rada menyindir menatap jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi .
Aya langsung menoleh kesamping menatap pria yang duduk di sofa yang sedang berfokus pada laptop di atas meja .
" suamiku " ucap Aya dengan suara kecil baru ingat kalau dia sudah menikah semalam .
" lupa juga kalau sudah punya suami?" tanya Zain lagi terus menyindir .
" ihhhh,,, iya sabar " umpat Aya kesal turun dari ranjang lalu berlari ke kamar mandi .
" hehhh mau kemana?" ucap Zain mengalihkan tatapan nya dari laptop begitu melihat Aya yang mungkin hanya cuci muka saja akan keluar kamar bahkan masih memakai piyama tidur nya.
" Ya mau masak nanti kau menyindirku lagi tidak memasak untuk suami" judes Aya berbicara kesal lalu menutup pintu dengan geram sehingga menimbulkan suara cukup keras .
Walaupun sebenarnya juga emosi tapi Zain cukup senang rupanya Bocil itu mengerti tugas nya sebagai seorang istri sekalipun Zain tidak menyuruh nya .
Demi apapun Zain menyindir Aya hanya karena bangun kesiangan bukan menuntut hal apapun apalagi itu memasak .
23 menit kemudian .
" Ayo makan , nanti nggak di panggil nyinyir lagi " ucap Aya cemberut berdiri di dekat pintu saja menatap Zain yang masih duduk di sofa berkutik dengan laptopnya.
" mandi dan ganti baju dulu baru kita makan " ucap Zain menatap Aya sekilas lalu fokus lagi pada laptop nya .
" Ihhhh nanti aja Aya udah lapar" rengek Aya memeluk pintu menatap Zain yang masih duduk .
"huftt,,, minimal gosok gigi sana memang Bocil jorok " hujat Zain .
" ehhhh udah gosok gigi ya berprasangka buruk aja sama orang " omel Aya menghampiri Zain memperlihatkan gigi putih nya .
" sial bibirnya kelihatan manis sekali " batin Zain buang muka tak mau menatap Bocil yang selalu bikin salah fokus itu .
" Yasudah jika Daddy tak ingin makan " senyum kecut Aya berjalan kembali .
" Saya akan makan " ucap Zain langsung menutup laptop nya , walaupun mungkin masakan Bocil itu tidak enak tapi Zain menghargai effort Bocil itu yang sudah mau memasak .
Sesampai dimeja makan Zain melihat ada dua piring nasi goreng beserta air putih .
" silahkan makan Daddy" ucap Aya dengan seulas senyum begitu manis yang membuat Zain langsung mengangkat alisnya.
" itu untuk saya" ucap Zain malah ingin menukar menu di depannya dengan punya Aya .
" nggak, inikan punya Aya" kata Aya tak mau menukar , membuat Zain semakin mengangkat sebelah alisnya.
" sama-sama nasi goreng kan?" tanya Zain yang diangguki Aya dengan polos.
" Jadi apa salahnya tukar " kata Zain langsung menukar nasi goreng di depannya tanpa bisa Aya cegah dengan licik .
Dengan tenangnya Zain memakan nasi goreng masakan pertama istri kecilnya yang memang Zain rasakan begitu enak .
" kenapa tidak makan?" tanya Zain tersenyum lebar menatap Aya yang sudah cemberut itu.
" nggak enak " ketus Aya yang padahal sudah sangat lapar tapi juga tidak mungkin memakan nasi goreng pedas dan Asin itu .
" nah itu , berani sekali kamu memberikan makanan tidak enak untuk saya" ulti Zain yang memang sudah tau pemikiran Bocil nakal itu.
" ihhhh,,,nggak ada yaa" tegas Aya tak mau mengaku .
" kalau gitu makanlah kalau memang enak" ucap Zain dengan santai menikmati nasi goreng yang saking enaknya memang belum pernah Zain rasakan nasi goreng seenak itu .
Next .
please vote
hebat otornya
kalo bacanya mendalami/Tongue/