Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Hendra melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit di mana Loli di rawat, sesampai di sana Hendra segera keluar dari mobil dan bergegas melangkahkan kaki menyusuri koridor rumah sakit di mana mamanya berada.
"Loh, Mama kok sendiri?" tanya Hendra ketika dirinya melihat mamanya sendiri, dua pria bertubuh kekar sudah tidak ada di sana.
"Iya, mereka sudah pergi"
"Ahh, syukurlah" ucap Hendra bernapas lega
"Loli sudah siuman, Ma?"
"Sudah, Mama mau pulang ada urusan penting. Mana kunci mobilnya?"
Mamanya Hendra meminta kunci mobil pada Hendra, Hendra segera menyerahkan kunci di tangan mamanya lalu melangkah masuk ke dalam ruang rawat Loli. Hendra mendesah, tadi mamanya meneleponnya dan memberitahu kalau Loli dan janinnya baik-baik saja.
Padahal Hendra sangat berharap janin dalam kandungan Loli keguguran, bahkan kalau bisa meminta sekalian Loli mati agar tak menjadi pengganggu dalam hidupnya tapi harapannya sia-sia saja setelah tahu janin masih bertahan dan begitu juga Loli masih sehat.
"Mas Hendra jangan sakiti aku lagi" ucap Loli pada Hendra yang baru masuk, raut wajahnya terpancar seperti sedang ketakutan.
"Bodoh!!! Tidak mungkin aku menyakitimu disini, tapi kalau kamu keluar dari rumah sakit mungkin"
Hendra menatap Loli dengan tajam yang saat ini sedang berbaring di ranjang pasien, mendengar hal itu seketika raut wajah Loli langsung menegang apalagi saat melihat seringai yang di perlihatkan oleh Hendra saat ini.
"Aku tekankan padamu, jangan harap kau bisa menikah denganku setelah apa yang telah kau lakukan itu. PAHAM" sentak Hendra
Loli semakin di landa kekhawatiran, posisinya yang semula berbaring di ranjang pasien seketika terduduk dengan kedua kaki di tekuk. Hendra mendekati posisi Loli lalu menjambak rambut Loli yang tergerai, sehingga kepala Loli mendongak.
"Ngerti gak, apa aku omongin?" kata Hendra masih dengan nada yang keras, Loli mengangguk meski kepalanya sedikit tertahan oleh Hendra yang menjambak.
"Bagus"
HP Hendra berdering menandakan ada sambungan telepon, Hendra merogoh HP-nya yang ada di saku kemejanya. Terlihat nama mama nya terpampang di layar HP, tanpa menunggu Hendra langsung menerima sambungan telepon.
"Hallo, Ma"
"Hendra, ini kenapa koper dan tas kamu ada di mobil Mama?" tanya Mamanya Hendra
Seketika membuat Hendra menepuk jidatnya, karena terlalu fokus mencari keberadaan istri dan anak-anaknya. Hendra sampai lupa kalau dirinya di usir dari rumahnya sendiri, Hendra pun meminta mamanya untuk menunggunya.
Tanpa menunggu respon dari mamanya, Hendra memutuskan sambungan telepon. Bergegas Hendra melangkah pergi dari hadapan Loli, ketika dirinya hampir sampai di ambang pintu terdengar suara Loli dari arah belakang.
"Kamu mau kemana, Mas. Siapa yang akan menjagaku disini?"
"Aku tidak peduli, aku mau pulang"
Sungguh Hendra adalah definisi sosok pria yang tak memiliki hati, Hendra terus melangkah pergi. Tak di pedulikannya bagaimana perasaan Loli saat ini, meski saat ini Loli sedang menangis sebab rasa sakit hati atas perbuatan Hendra.
Hendra berjalan ke arah area parkir mobil setengah berlari, saat tiba disitu dirinya segera melangkah ke arah mobil milik mamanya. Ketika Hendra sudah berdiri di samping mobil milik mamanya, mamanya menurunkan kaca mobil.
"Hendra mau ikut pulang, Ma"
"Lah terus wanita itu gimana, siapa yang akan menungguinya?"
"Halah!!! Itu tidak penting, Ma. Hendra tidak peduli, justru Hendra berharap dia mati" ucap Hendra yang membuat kedua bola mata mamanya membelalak dengan sempurna
"Buka pintunya, Ma. Biar Hendra yang nyetir" titah Hendra
Mamanya Hendra mengangguk kemudian dirinya beralih ke kursi sebelah kursi kemudi, membiarkan Hendra masuk dan memegang kendali mobil. Ketika Hendra menyalakan mesin mobil, mamanya bertanya apa isi koper Hendra itu.
"Baju-baju Hendra, Ma" ucap Hendra tanpa menoleh ke arah mamanya, pandangannya fokus menatap lurus ke arah depan.
"Kamu pergi dari rumah? Kenapa kamu biarkan wanita itu dan anak-anaknya itu tinggal di sana? Cih, enak sekali. Kamu yang kerja keras, dia yang menguasai" cerocos Mamanya Hendra
Hendra yang mendengar ocehan mamanya menghembuskan napas berat kemudian Hendra menjawab pertanyaan mamanya bahwa rumah itu saat ini dalam keadaan kosong, Ica dan anak-anaknya juga pergi dari rumah itu.
"Baguslah, setidaknya dia punya sifat tau diri. Terus sertifikat rumah, tanah dan aset lainnya sudah kamu bawa kan?"
Pertanyaan yang keluar dari bibir mamanya sontak saja membuat Hendra menoleh, kemudian Hendra menceritakan kalau Ica pergi dari rumah dan juga mengemas pakaian-pakaian Hendra jadi rumah saat ini dalam keadaan terkunci.
Hendra yang tadi pagi sempat pulang ke rumah, tapi koper dan tas miliknya sudah berada di teras rumah. Untuk kesekian kalinya mamanya Hendra di buat terkejut oleh pernyataan yang Hendra lontarkan, mamanya langsung menatap Hendra.
"Loh, maksudnya kamu di usir?"
"Iya, Ma"
Mamanya meminta Hendra menuju rumah itu, ingin mengambil surat-surat penting di sana Tapi Hendra mengatakan tidak mungkin Ica meninggalkan surat-surat penting itu di rumah, dan mereka juga tidak akan bisa masuk karena kunci di bawa oleh Ica.
"Itu tidak bisa di biarkan, Hendra. Kalau dia memilih berpisah dari kamu, sudah seharusnya dia mengembalikan semuanya juga" ucap Mamanya Hendra, dirinya sama sekali tidak ingin menantunya itu mendapatkan harta milik putranya meski hanya secuil pun.
Mamanya Hendra meminta Hendra mengamankan semua aset milik putranya itu, kalau bisa nanti langsung di urus dan pindahkan nama aset itu atas namanya agar Ica tak bisa lagi memiliki aset yang selam.ini di kumpulkan Hendra.
Mendengar saran dari mamanya, Hendra hanya terdiam. Hendra memikirkan perkataan mamanya karena sepertinya ide itu sangat bagus, karena jika dirinya dan Ica berpisah lalu Ica yang sudah memiliki bukti pengkhianatan nya selama ini.
Jadi bisa saja semua aset langsung jatuh ke tangan Ica sesuai dengan perjanjian pra-nikah mereka dulu, tapi jika semua aset itu sudah berganti nama mamanya tentu Ica tak akan mendapatkan semua aset itu.
Sepertinya Hendra harus membicarakan hal ini pada mamanya, Hendra memanggil mamanya namun saat mamanya menyahut dan menoleh ke arahnya. Hendra kembali ragu untuk menceritakan semuanya, takut mamanya semakin murka.
"Ada apa?" tanya Mamanya Hendra
"Gak jadi, Ma. Nanti saja, sekarang kita pulang ke rumah Mama dulu. Hendra mau istirahat, seharian tadi nyari keberadaan Ica dan anak-anaknya tentu sangat lelah apalagi besok Hendra harus kerja"
"Ya sudah kalau begitu" sahut Mamanya Hendra
Mobil yang di kendarai Hendra pun melaju ke kediaman orang tuanya, tempat dirinya di besarkan oleh kedua orang tua yang selalu memanjakannya.