Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Dara
Karena selalu sibuk di basecamp, Galang jadi jarang pulang dan hal itu membuat kedua orang tuanya gusar.
Mereka pikir setelah semua fasilitas Galang dicabut, anak itu akan menjadi penurut tapi ternyata Galang semakin membangkang.
"Pasti ada yang menjadi backingan anak itu," gumam Yoga. Pikirannya langsung mengarah pada putra pertamanya.
Sebelumnya Yoga tidak pernah menduga kalau Galang akan meminta bantuan kakaknya mengingat hubungan keduanya yang tidak baik.
"Kenapa kau membantunya?" tanya Yoga dengan gusar. Dia memanggil Adam untuk membicarakan masalah Galang.
"Papa tidak perlu khawatir biar aku yang menyelesaikannya, ini akan membuat hubunganku dengan Galang membaik," balas Adam berusaha menenangkan papanya.
Dia sudah menyelidiki tentang Galang, ada yang tidak beres jadi lelaki itu tidak mau orang tuanya ikut campur terlebih dahulu.
"Kau memang selalu bisa diandalkan," ucap Yoga yang percaya pada putra pertamanya itu.
Dari awal Adam sudah curiga apalagi melihat mutasi uang yang adiknya itu lakukan, ditambah Galang yang menangani sendiri masalah Inge.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Adam.
Lelaki itu memutuskan untuk menyelidiki sendiri, beberapa hari Adam mengikuti pergerakan Galang.
Galang tidak kemana-mana selain di basecamp geng motornya, pemuda itu pergi sekolah lalu kembali ke basecamp dan beberapa kali Adam melihat seorang gadis yang dibawa ke sana.
Sepertinya ada yang mereka lakukan di basecamp itu tapi Adam tidak bisa melihat ke dalam sana. Kalau Adam nekat justru nanti Galang akan marah padanya lagi.
"Gal, tidak usah mengantarku," ucap Dara berpamitan.
"Apa benar tidak apa-apa?" tanya Galang jadi cemas.
"Aku tidak enak dengan pengurus asrama kalau kau selalu datang setiap hari," Dara memberi alasan.
Sebelum pergi, Galang memeluk kekasihnya itu sambil mengusap perut Dara.
Dan hal itu dilihat jelas oleh Adam.
"Jadi Galang mempunyai kekasih," gumam Adam. Dia berencana akan mengikuti Dara hari itu.
Dara memakai taksi untuk kembali ke asrama tapi sebelum sampai gadis itu singgah untuk membeli makanan. Pada saat itu, Dara ingin sekali beli asinan di pinggir jalan.
"Tunggu sebentar, Pak," ucap Dara pada supir taksi.
Dara keluar dari mobil dan memesan asinan, dia sangat ngidam dari beberapa hari lalu.
"Saya juga mau satu," Adam yang turun dari mobil juga ikut memesan. Dia ingin melihat Dara dari dekat.
"Pesanan adik ini jadikan satu dengan saya," lanjutnya.
"Tidak perlu, Om. Saya bisa membayar sendiri," tolak Dara.
"Om?" Adam melakukan protes karena dipanggil seperti itu. "Aku bukan om-om!"
"Ah," Dara jadi bingung karena melihat penampilan Adam yang memakai setelan jas rapi tapi membeli asinan di pinggir jalan. "Tapi, saya benar-benar bisa membayar sendiri!"
"Tidak apa-apa," ucap Adam tetap membayar asinan yang dibeli gadis itu.
"Kalau begitu terima kasih," balas Dara. Dia ingin cepat pergi karena tagihan taksinya pasti terus berjalan.
Namun, Adam menahan langkahnya.
"Tunggu!" Adam memegang tangan Dara yang membuat gadis itu menatapnya. Sejenak keduanya jadi beradu tatap dan Adam merasa terpaku sejenak karena melihat wajah Dara yang ayu.
"Apa om mau meminta uang asinan?" tanya Dara.
"Jangan panggil seperti itu," protes Adam langsung sadar. "Panggil aku kakak!"
"Kakak?" gumam Dara dengan kekehan.
"Memangnya lucu?" tanya Adam sambil mengerutkan kening dalam.
"Tidak, hanya aneh saja," balas Dara. Dia segera berlari meninggalkan Adam karena gadis itu harus cepat kembali.
