bercerita tentang seorang ibu rumah tangga bernama Rini yang sudah hidup bersama dengan suami nya bernama Edi selama 20 tahun lamanya. Rini menikah dengan Edi bukan berdasarkan cinta. Rini menikah dengan Edi karena Edi adalah suami pilihan orang tua nya. kisah ini menceritakan konflik di masa lampau dan juga menceritakan Lika liku kehidupan rumah tangga nya yang sedang dijalani saat ini. dari cerita ini kita belajar bahwa pilihan orang tua pun belum tentu baik dan walaupun tidak begitu buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidia Grace Giawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 bersatu
Setelah berfikir panjang akhirnya ibu memutuskan untuk menyatukan kembali wilayah di dalam rumah nya.
Mungkin keputusan ini tidak akan bisa di terima oleh Lia, Nur, dan Linda.
Namun keputusan ibu sudah bulat.
Mengingat tinggal beberapa bulan Rini akan melahirkan cucunya dan otomotif banyak keluarga akan datang melihat Rini dan juga cucunya itu.
Dan ibu juga memikirkan cucunya. Ia tidak ingin cucu pertama nya memiliki batas didalam rumah nya.
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk cucu ku dan untuk menjaga nama baik keluarga ini. aku tidak ingin dicap sebagai mertua jahat dan nenek yang tega." gumam ibu mertua
Pertama-tama ibu memanggil Edi dan juga Rini, setelah itu memanggil ke tiga anak gadisnya.
setelah semua berkumpul kemudian ibu langsung mengatakan hal yang ingin dia katakan kepada anak dan menantu nya.
"Mungkin kalian bingung mengapa ibu meminta untuk berkumpul malam-malam begini. Namun ada hal penting yang harus ibu sampaikan. Langsung saja, ibu ingin kembali menyatukan setiap ruangan yang ada di dalam rumah ini. Tidak ada lagi pembatas yang berlaku didalam rumah ini" tutur ibu kepada anak dan menantunya.
"Loh Bu.. Gak bisa gitu dong, ibu tidak bisa mengambil keputusan sepihak seperti ini" ucap Lia membantah.
"Betul Bu.. Harus nya ibu bertanya dulu kepada kami apakah kami setuju atau tidak dengan keputusan yang ibu buat" sambung Linda.
"Nur juga keberatan bu, Ini tidak adil. Mengapa tiba-tiba ibu ingin menyatukan kembali wilayah didalam rumah ini" ucap Nur kepada sang ibu.
" Ini adalah rumah ibu. Ibu berhak mengambil keputusan apapun di dalam rumah ini. " ibu menjawab bantahan ke tiga anaknya itu.
Dengan ucapan sang ibu yang demikian Lia, Linda, dan Nur sudah tidak bisa membantah lagi karena jarang sekali ibu berbicara spontan seperti itu jadi kali ini memang ibu sudah sangat serius dan sudah tidak bisa di ganggu gugat lagi.
Edi angkat bicara.
"Edi sangat senang mendengar keputusan ibu. Namun Edi tidak mau menerima keputusan ibu jika ketiga adikku juga tidak ikhlas menerima keputusan dari ibu untuk menyatukan kembali rumah.
Edi takut jika terjadi konflik lagi diantara istri dan adikku bu. Apalagi sekarang Rini sedang mengandung anakku dan aku tidak ingin terjadi sesuatu padanya dan juga pada anakku" ucap Edi kepada sang ibu.
Mendengar ucapan dari sang suami, Rini merasa sangat terharu, hingga air matanya pun tak bisa terbendung. Ia terus memegang erat tangan suaminya itu.
" Ibu tanya kepada kalian apakah kalian ikhlas menerima keputusan ibu? " tanya ibu kepada ketiga anak gadisnya.
Lia, Linda, dan Nur saling menatap.
seperti ada sesuatu yang mereka bicarakan lewat tatapan mata mereka.
Akhirnya Lia angkat bicara mewakili Linda, dan Nur.
" Kami menerima keputusan ibu dengan ikhlas dan mas Edi tidak perlu khawatir, kami tidak akan melakukan hal yang buruk kepada Rini dan juga keponakan kami nantinya. Lagian kami bukan lah orang yang jahat.
Mas jangan lupa kita terlahir dari rahim yang sama kita satu darah jika mas adalah orang baik maka kami juga adalah orang yang baik "
ucap Lia yang berusaha menyakinkan Edi. Padahal dalam hatinya tidak tau saja ada kesinisan disana.
" Kamu dengar sendiri kan Rin.. Jadi apakah kamu setuju untuk dengan keputusan ibu?" tanya Edi kepada Rini.
Sebenarnya dalam hati Rini tak ingin menyatu apalagi dia tau bahwa para ipar nya hanya berpura-pura baik. Tapi dia tidak mungkin membantah untuk saat ini.
" Iya mas.. Aku setuju dan aku mau keluarga kita kembali menyatu lagi" ucap Rini kepada sang suami.
"Baguslah kalau begitu , ibu senang karena kalian mau menurut dengan keputusan ibu" ucap ibu yang terlihat sumringah.
"Ya sudah kalau begitu kita kita istirahat dan besok pagi kita akan bangun dengan suasana yang baru. " sambung ibu.
Mereka pun berjalan menuju kamar masing-masing.
Tiba dikamar Rini terlihat begitu murung.
Edi yang memerhatikan raut wajah Rini yang murung pun langsung bertanya ada apa gerangan sang istri murung begitu.
"Rin.. Kamu kenapa murung begitu wajahnya apa kamu terpaksa menerima keputusan ibu?" tanya Edi penuh selidik.
" Tidak mas.. Bukan begitu.. Tapi Rini hanya takut jika.. " Rini belum selesai ngomong sudah di potong sama si Edi.
"Sudah lah Rin jangan berfikir yang tidak-tidak mereka adalah adik-adikku mereka adalah orang yang baik sama seperti ku. Kejadian yang telah berlalu lupakan saja anggap saja tidak pernah terjadi " ucap Edi menjawab perkataan Rini
"Sudah sekarang tidur lah." sambung Edi
Rini hanya bisa menghela nafas.. Dan menuruti perkataan sang suami.
...****************...
Matahari telah terbit dan ini adalah hari pertama di mana keluarga Edi akan berkumpul kembali dengan normal tanpa ada pembatasan lagi.
Pagi pagi sekali Edi sudah bangun untuk melepaskan setiap pembatas yang ada didalam rumah nya itu. Edi terlihat begitu bersemangat dan ceria karena keluarga nya kini bersatu kembali.
Sedangkan Rini yang baru bangun menarik nafas panjang dan di keluarkan nya secara pelan tanda ia tengah menyiapkan mental untuk kembali bersatu dengan ibu mertua dan juga ketiga ipar nya itu.
"Wah mas.. pagi pagi sekali sudah bangun" ucap Rini menyapa sang suami yang memasuki kamar.
" Iya Rin, mas sangat senang akhirnya keluarga mas utuh lagi ' ucap Edi yang terlihat terharu
" Rini juga senang mas, dengan akan hadirnya anak kita membuat keluarga bersatu kembali " ucap Rini dan reflek memeluk sang suami. Edi pun membalas pelukan hangat dari Rini.
Kini mereka telah berkumpul untuk makan. Karena telah bersatu kembali itu artinya semua makanan yang di makan pagi ini adalah masakan Rini. Untung saja tadi Edi membantu Rini.
Para ipar mulai bermalas-malasan
makan dimasakin piring dicuciin rumah dibersihin. Mana mau mereka membantu Rini.
" Akhirnya ibu bisa menikmati masakan mu lagi Rin. " ucap ibu.
Rini tersenyum kepada sang ibu mertua dan mengangguk kecil.
" Edi juga senang sekali Bu, akhirnya kita bisa makan bersama lagi di meja makan ini" ucap Edi sambil memandang ibu dan ketiga adik nya secara bergantian.
Lia, Linda, dan Nur memberikan senyuman yang palsu kepada Edi.
Makan makan selesai Edi pergi narik penumpang sedang Lia, Linda, Nur Menderes karet.
Tinggal ibu dan juga Rini di rumah.
" Kamu jangan sampai capek, jika ada sesuatu panggil ibu." ucap ibu kepada Rini.
"oh iya Rin, ini ibu ada sedikit uang beli lah baju dan perlengkapan bayi dengan uang ini" ibu memberikan beberapa lembar uang kepada Rini.
Rini memeluk sang ibu mertua dan menangis karena terharu.
"Sudah jangan menangis, ibu tau pendapatan suami mu tidak seberapa makanya ibu berikan uang ini untuk tambahan." sambung ibu.
"Terimakasih bu... semalam ini Rini pikir ibu tidak peduli dengan mas Edi, ternyata Rini salah bu. " ucap Rini terus memeluk ibu mertua nya itu.
"Huss ngomong apa kamu ini, Edi itu anak lelaki ibu satu-satunya mana mungkin ibu tidak peduli padanya" !!! jawab ibu mertua
Hari ini ibu mertua dan Rini terlihat begitu akur, ibu mertua juga tidak membiarkan Rini mengerjakan pekerjaan rumah sendirian ibu siap siaga untuk membantu Rini.