Nathan rela bekerja apapun untuk bertahan hidup,hingga akhirnya dia bekerja di sebuah toko bangunan milik koh jun seorang keturunan tionghoa.
Siapa sangka anak koh jun yang bernama Alicia malah jatuh hati pada Nathan yang notaben - nya buruhnya. Apakah koh jun setuju dengan hubungan mereka? Dan bagaimana usaha Nathan selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fixs u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"Akk buka dong mulutnya?" kata Alex ketika mengajak makan siang Alicia di sebuah Resto.
"Nah gitu dong." lanjutnya,membuat Alicia merona.
"Udah kak,malu. Aku bisa makan sendiri." kata Alicia.
"Kenapa harus malu? Mereka juga paham kok kalau kita pasangan muda. Lihat di sudut pojok sana itu?" jelas Alex menunjuk arah yang sedang lumayan rame itu. Alicia ikut memandang arah yang ditunjuk Alex,benar saja tampak pasangan muda tengah saling menyuap. Acara makan siang itupun selesai,dan Alex mengantar Alicia pulang kembali ke toko.
"Thanks ya kak,atas traktiran nya." kata Alicia setelah turun dari mobil.
"Tak perlu,apa sih yang enggak buat orang tersayang." kata Alex tersenyum lalu mulai menjalankan mobilnya.
"Tapi kak,aku..." kata Alicia terputus,karena mobil Alex keburu melaju,biar bagaimanapun dia sudah punya kekasih. Akhirnya Alicia masuk ke toko,perasaanya antara terkejut senang dan juga bimbang. Malam harinya Alicia kembali telfonan dengan Alex.
"Apa Cici sedang sibuk ya? sampai pesanku tak dibalas padahal online terus dari tadi?" kata Nathan ketika mengecek kontak Alicia.
"Kenapa bro,kayaknya dari tadi loe bolak balik cek hp mlulu?" tanya Juan yang malam itu menjenguk sahabatnya ,mereka sedang ngobrol di teras depan rumah Nathan dengan cuaca mulai gerimis.
"Ah enggak apa -apa Ju." jawab Nathan sambil menyeruput kopi nya. Tak lama tampak seorang pria turun dari ojek online di depan rumah bu Ida. Lalu tak lama terdengar suara makian dan mengusir pria itu yang ternyata Dimas.
"Bu tolong biarkan saya menemui Dinda,saya ingin bicara sebentar dengannya bu?" pinta Dimas sambil bersimpuh di teras bu Ida.
"Tidak perlu kau temui anakku lagi,pergi kamu!" usir bu Ida sambil mendorong Dimas ke pinggir jalan lalu mengunci gerbang. Sementara Nathan dan Juan hanya bisa saling pandang,
"Siapa tuh bro? Kasian gue liatnya." tanya Juan.
"Dimas,bapak dari anak yang ada di perut Dinda!"
"Oh yang udah bikin bunting anak ibu yang ngusir tadi? Tapi kasian juga kali bro,gak kamu panggil untuk gabung kesini aja dia?"
"Biarin dia disana,aku mau lihat seberapa kuat tekadnya. Sebentar lagi juga mau hujan deras kayaknya!" jawab Nathan dan benar saja,
Gluduk gluduk,
Glerrrr. Suara gemuruh disertai hujan mulai turun lebat,Dimas yang masih bersimpuh di depan pagar rumah bu Ida kini makin basah kuyup. Sementara Nathan dan Juan masih memantau dari teras.
"Kaya sinetron aja ya Than?" kata Juan sambil menghembuskan asap ro*** dari mulutnya.
"Bukan sinetron Ju,ini real kisah nyata." jawab Nathan.
"kalau dibikin film gitu judulnya apa kira - kira yang pas ya Than?" tanya Juan pada sahabatnya yang hanya diam saja itu.
"Perjuangan Dimas untuk Dinda?"
"Ahh kurang pas, gimana kalau Menanti Maaf Darimu."
"kayaknya kurang pas juga deh, Ahh bagaimana kalau dikasih judul Akibat Pengaman Bocor? Hahaaaa." kata Juan yang dari tadi bermonolog bicara sendiri itu kini tertawa terbahak diikuti Nathan yang sampai geleng kepala melihat Juan tingkah yang absurd itu. Kedua sahabat itu masih mengobrol sambil memantau Dimas yang masih teguh dengan pendiriannya,ditengah hujan lebat yang sudah turun 2 jam lama nya. Tubuh Dimas sudah menggigil dari tadi,kepalanya juga sudah terasa pusing. Lalu,
Bugh.
Tubuh Dimas pun terkulai pingsan di pinggir jalan.
"Dimas!" Ayo bantu gue Ju!" kata Nathan berlari menerobos hujan,dia tak peduli dengan perban yang menempel di pipinya. Mereka berdua akhirnya menggotong tubuh Dimas yang basah kuyup itu ke rumah Nathan. Lalu meletakan di sofa,tubuh Dimas terasa sangat dingin hingga wajahnya tampak pucat dengan bibir agak biru.
"Loe keringin rambutnya pakai handuk Ju gue akan ambilkan baju ganti." kata Nathan melempar handuk lalu masuk kamarnya mengambil sarung dan kaos. Nathan pun segera menelfon Nara,
"Jadi tak apa ya Ra? tapi tubuhnya dingin dan wajahnya pucat loh." jelas Nathan setelah panggilannya terhubung dengan Nara.
"Tak apa,yang penting bajunya cepat diganti yang kering kalau bisa kaki dan tangannya dikompres dengan air hangat di masukkan dalam botol. Nanti ketika sudah sadar dikasih minuman hangat bisa teh, bisa juga jahe." jelas Nara panjang lebar. Di barengi dengan sebuah pesan masuk dari Alicia.
"Bagaimana dengan lukamu?" tanya Nara dari seberang telfon.
" Tadi basah terkena air hujan." jawab Nathan singkat.
"APAA?"
Tutt...tut tut, panggilan itu pun terputus. 10 menit kemudian Nara datang di tengah guyuran hujan lebat bersama kedua orang tuanya.
" Seharusnya anda tak perlu repot begini pak,bu?" tanya Nathan yang perbannya sedang diganti Nara,sedangkan pak Armand memeriksa kondisi Dimas. Kedua dokter ayah dan anak itu begitu cekatan.
"Nanti jika sudah sadar kasih obat ini satu - satu ya?" kata pak Armand pada Juan yang dijawab dengan anggukan kepala. Sementara mereka melanjutkan mengobrol hingga larut malam sekalian menunggu hujan reda.
"Silahkan diminum Pah,Mah,Juan." kata Nara yang meletakan nampan berisi 5 gelas teh hangat. Pak Armand pun menoleh ke arah bu Delima minta penjelasan dengan sikap putrinya yang terlihat sudah biasa di rumah pemuda itu.
Pagi harinya,
Kini Nathan sedang berada di rumah bu Ida,membujuk ibu dan anak itu untuk bisa menerima Dimas.
"Tapi dia lelaki brengs** Than,aku sudah terlanjur sakit hati!" jawab Dinda yang terlihat mulai emosi kembali.
"Setiap orang pasti pernah berbuat salah Din,tak ada yang sempurna. Pikirkanlah nasib anak di kandunganmu,kamu boleh membencinya tapi biar bagaimana pun dia tetaplah ayah dari anak mu. Maafkan saya bu,jika terlalu ikut campur." kata Nathan sambil mengganguk ke arah bu ida,membuat wanita paruh baya itu berfikir keras. Diapun tak mau jika cucunya kelak tak punya ayah,
"Aku terserah Dinda saja nak,dia yang menjalani."
"Benar apa yang dikatakan Nathan, Dinda. Semakin kita benci seseorang maka semakin tak tenang hidup kita." kata bu ida. Nathan pun segera memanggil Dimas,setelah akhirnya Dinda setuju dengan beberapa syarat. Akhirnya pagi itu Dimas diminta bu Ida untuk menikahi Dinda secara agama di depan pemuka agama,siang nanti selepas waktu dhuhur. Dimas pun meneteskan air mata dan dengan tubuh lemah dia jatuh bersimpuh di kaki bu ida,calon ibu mertuanya.
Agak siang Nathan sedang berada di Mall bersama Juan untuk mencarikan mahar seperangkat alat sholat untuk Dimas.
"Yang mana Ju?" tanya Nathan ketika memilih beberapa model yang sudah dikemas rapi.
"Mana gue tahu Than,gue juga belum nikah gak paham soal ginian."
"Menurut mbak yang mana yang bagus?" lanjut Juan melempar pertanyaan ke mbak penjual seperangkat alat sholat itu.
"Yang ini bagus mas." katanya menunjuk salah satunya. Nathan pun setuju lalu membayarnya.
"Yuk cabut!" kata Nathan setelah barang itu dimasukan dalam sebuah tas plastik besar. Mereka pun melangkah keluar dari toko itu,tak sengaja Nathan melihat seorang wanita yang begitu dikenalnya sedang masuk ke dalam sebuah tempat makan bersama seorang pria yang mengandeng tangannya.
"Loe mau kemana,katanya mau balik!" kata Juan yang melihat Nathan malah menjauh dari pintu keluar. Nathan pun ikut masuk lalu mencari tempat duduk agak jauh dari kedua orang itu.
Keduanya sudah mulai makan,lalu si pria menyuapi pasanganya. Kemudian,
Cup,
banyak pelajaran yg d dpt dr cerita ini
bukan utk tumbal tp sajen 😄😄