NovelToon NovelToon
Lezatnya Dunia Ini

Lezatnya Dunia Ini

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Spiritual / Keluarga / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Diceritakan seorang pemulung bernama Jengkok bersama istrinya bernama Slumbat, dan anak mereka yang masih kecil bernama Gobed. Keluarga itu sudah bertahun-tahun hidup miskin dan menderita, mereka ingin hidup bahagia dengan memiliki uang banyak dan menjadi orang kaya serta seolah-olah dunia ini ingin mereka miliki, dengan apapun caranya yang penting bisa mereka wujudkan.
Yuk simak ceritanya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlindungan Ketat

Setelah kejadian menegangkan malam itu, Jengkok dan Slumbat merasa sangat lelah dan terkejut. Mereka duduk di sekitar ranjang Gobed, memastikan bahwa anak mereka telah pulih dari kejadian aneh tersebut. Suasana di kamar menjadi lebih tenang setelah pocongan menghilang dan suasana kembali normal.

Slumbat, dengan mata yang masih basah karena air mata, memandang Jengkok. “Jengkok, bagaimana kalau kita tidur bersama di kamar Gobed malam ini? Setidaknya kita bisa merasa lebih aman dan dekat satu sama lain.”

Jengkok mengangguk setuju. “Ya, aku setuju. Kita perlu menjaga Gobed dan memastikan dia merasa aman. Mari kita siapkan kamar ini agar lebih nyaman.”

Mereka berdua memutuskan untuk menata kamar agar bisa tidur bersama. Jengkok menggulung matras tambahan yang ada di ruang tamu dan membawanya ke kamar Gobed. Slumbat mengatur bantal-bantal dan selimut yang ada, menciptakan tempat tidur yang nyaman di lantai dekat ranjang Gobed.

Gobed, yang masih agak bingung dengan apa yang terjadi, mulai merasa lebih tenang melihat orangtuanya bersamanya. “Mama, Papa, kenapa kita tidur di sini?”

Slumbat duduk di samping ranjang Gobed dan mengelus rambutnya dengan lembut. “Kami hanya ingin memastikan kamu merasa aman, Nak. Kami semua akan tidur di sini malam ini agar kita bisa menjaga satu sama lain.”

Jengkok duduk di lantai dekat matras yang sudah disiapkan. “Benar, Gobed. Kami hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Kita akan tidur bersama malam ini supaya kita merasa lebih nyaman.”

Setelah semuanya siap, Jengkok dan Slumbat bergabung di matras di samping ranjang Gobed. Suasana kamar yang gelap dan tenang sedikit banyak membantu meredakan ketegangan yang mereka rasakan. Mereka membungkus diri dengan selimut tebal dan mencoba untuk merasa nyaman di tempat tidur yang sederhana.

Gobed, meskipun masih merasa sedikit ketakutan, merasa lebih tenang melihat kedua orang tuanya di dekatnya. “Papa, Mama, aku takut terjadi sesuatu lagi.”

Slumbat memeluk Gobed dengan lembut. “Jangan khawatir, Nak. Kita semua ada di sini bersama. Kita akan menjaga kamu dan memastikan tidak ada yang akan mengganggu kita.”

Jengkok, mencoba menenangkan suasana dengan nada ringan, “Mungkin kita bisa bercerita sebelum tidur. Cerita lucu atau cerita petualangan yang seru.”

Gobed, yang sudah mulai merasa sedikit lebih nyaman, tersenyum. “Aku suka cerita petualangan. Boleh cerita tentang pahlawan dan naga?”

Slumbat tersenyum dan mulai bercerita dengan lembut, “Baiklah. Ada sebuah cerita tentang seorang pahlawan pemberani yang tinggal di sebuah desa kecil. Pahlawan ini memiliki tugas untuk melawan naga jahat yang mengganggu desa…”

Saat Slumbat mulai bercerita, Jengkok juga ikut serta dengan menambahkan elemen humor dalam cerita. “Dan si pahlawan, suatu hari, menghadapi naga yang sangat besar. Tapi naga itu ternyata sangat pemalu dan hanya butuh teman untuk bermain petak umpet!”

Gobed tertawa ringan, merasa sedikit lebih baik. “Jadi, naga itu bukan jahat?”

Jengkok mengangguk sambil tersenyum, “Iya, dia hanya butuh teman. Pahlawan kita akhirnya menjadi teman baik dengan naga dan bersama-sama mereka membantu desa menjadi tempat yang lebih bahagia.”

Slumbat melanjutkan cerita dengan penuh semangat, “Dan si pahlawan dan naga akhirnya menjadi tim yang hebat. Mereka menyelesaikan banyak petualangan seru dan membantu banyak orang.”

Mendengarkan cerita yang menyenangkan dan berada di dekat orangtuanya membuat Gobed merasa lebih tenang. “Aku suka cerita ini. Terima kasih, Mama, Papa.”

Jengkok memeluk Gobed dengan lembut. “Kami juga suka mendengarnya, Nak. Selama kita bersama, tidak ada yang perlu ditakutkan.”

Dengan suara pelan dan hangat, mereka melanjutkan bercerita dan mengobrol ringan, berusaha melupakan ketegangan yang baru saja mereka alami. Meski mereka lelah dan masih sedikit cemas, kebersamaan mereka malam itu memberikan rasa aman dan kenyamanan yang sangat dibutuhkan.

Akhirnya, setelah beberapa waktu, suasana di kamar menjadi semakin tenang. Suara napas mereka yang perlahan mengiringi malam yang sepi. Gobed, Jengkok, dan Slumbat perlahan-lahan tertidur dengan perasaan lebih tenang. Kamar yang semula penuh ketegangan kini terasa lebih nyaman, berkat kehangatan dan dukungan satu sama lain.

Malam itu menjadi malam yang sangat berarti bagi keluarga Jengkok. Mereka belajar betapa pentingnya kebersamaan dan dukungan dalam menghadapi ketakutan dan kesulitan. Meskipun malam itu dimulai dengan horor dan ketegangan, mereka akhirnya menemukan kedamaian dalam kebersamaan mereka.

Saat matahari pagi mulai terbit, Jengkok dan Slumbat bangun dengan perasaan segar dan siap menghadapi hari baru. Mereka memandang Gobed yang tidur nyenyak di antara mereka, dan merasa bersyukur karena bisa menjaga dan melindungi keluarga mereka. Malam yang penuh ketegangan akhirnya berakhir dengan kehangatan dan kekuatan dari cinta dan dukungan satu sama lain.

Pagi itu, matahari mulai memancarkan sinarnya di desa kecil tempat keluarga Jengkok tinggal. Gobed, meskipun masih merasa sedikit lelah dari malam yang penuh ketegangan, bersemangat pergi ke sekolah. Dengan wajah yang lebih ceria setelah tidur bersama orangtuanya, Gobed menyapa kedua orang tuanya sebelum berangkat.

“Papa, Mama, aku pergi dulu ya. Semoga hari ini menyenangkan!” kata Gobed, dengan semangat baru.

Jengkok dan Slumbat tersenyum, “Hati-hati di sekolah, Nak. Kami akan mencari barang bekas dan mungkin mampir ke warung.”

Setelah Gobed berangkat, Jengkok dan Slumbat memulai hari mereka dengan rutinitas mencari barang bekas di sekitar desa. Mereka berjalan menyusuri jalanan, mencari barang-barang yang bisa mereka jual. Namun, mereka cepat merasa lapar karena belum sempat sarapan.

“Rasa lapar ini membuatku ingin makan apa saja,” kata Jengkok sambil menepuk perutnya.

Slumbat tertawa, “Ya, aku juga. Mari kita mampir ke warung mendoan itu. Katanya, mendoan mereka enak sekali.”

Mereka segera menuju warung mendoan yang sederhana namun ramai. Warung ini dikenal dengan mendoan renyahnya yang digoreng dengan sempurna. Ketika mereka tiba, mereka disambut oleh aroma harum dari minyak goreng dan tepung bumbu yang menggugah selera.

Bakul mendoan, seorang pria paruh baya yang ramah bernama Pak Marno, menyambut mereka dengan senyum lebar. “Selamat pagi! Mau pesan apa?”

Jengkok dan Slumbat duduk di meja dekat jendela. “Pak Marno, kami mau dua porsi mendoan dan satu teh manis,” kata Jengkok.

Pak Marno segera mempersiapkan pesanan mereka sambil bercerita, “Oh, pagi ini cuaca cerah. Bagaimana hari kalian?”

Slumbat mengambil kesempatan untuk berbagi cerita tentang kejadian malam sebelumnya. “Sebenarnya, kami ingin cerita tentang malam yang menegangkan yang kami alami. Tadi malam, rumah kami diganggu oleh pocongan.”

Pak Marno berhenti sejenak, lalu mengerutkan dahi dengan serius. “Pocongan? Wah, itu cerita yang menakutkan. Bagaimana ceritanya?”

Jengkok mengangguk, “Iya, kami juga tidak menyangka. Tadi malam, pocongan muncul dan mengganggu kami. Gobed bahkan sempat kerasukan.”

Pak Marno, sambil menyiapkan mendoan, terlihat tertarik dengan cerita tersebut. “Bagaimana itu bisa terjadi? Dan apa yang kalian lakukan?”

Slumbat menceritakan peristiwa secara detail, “Jadi, pocongan itu muncul di dapur, lalu muncul lagi di kamar Gobed. Kami dan beberapa tetangga sempat panik, tapi akhirnya kami berhasil mengusirnya dengan bantuan Pak Joko.”

Pak Marno mengernyitkan kening, lalu tertawa kecil. “Wah, saya jadi teringat cerita lama. Katanya, pocongan suka membuat masalah dan seringkali sebenarnya hanya ingin perhatian.”

Jengkok dan Slumbat tertawa. “Benar juga. Itu membuat kami jadi lebih waspada. Tapi yang membuat kami terkejut, ternyata pocongan itu sempat muncul lagi malam itu, dan bahkan mengganggu Gobed.”

Pak Marno menaruh mendoan di meja mereka dan memberikan teh manis. “Nah, coba rasakan ini. Kalau mendoan ini bisa membuat suasana hati lebih baik, mungkin akan menghibur kalian.”

Mereka mulai makan mendoan, dan Slumbat tidak bisa menahan tawa. “Pak Marno, mendoan ini benar-benar enak! Rasanya sepertinya lebih menggugah selera daripada pengalaman malam itu!”

Jengkok setuju, “Iya, rasanya sangat renyah dan lezat. Mungkin kita bisa membuat cerita tentang mendoan yang mengusir pocongan. Siapa tahu, itu bisa jadi cerita yang lebih menghibur!”

Pak Marno tertawa, “Bagaimana kalau saya yang membuatkan cerita untuk kalian? Misalnya, mendoan ajaib yang bisa membuat pocongan jadi malas dan akhirnya pergi.”

Mereka bertiga tertawa bersama. Suasana di warung menjadi lebih ceria, dan rasa lapar mereka terobati dengan makanan yang lezat. Mereka melanjutkan obrolan sambil menikmati setiap gigitan mendoan yang renyah dan gurih.

“Pak Marno,” kata Slumbat sambil melanjutkan makan, “Kami merasa lebih baik setelah bercerita dan makan mendoan ini. Terima kasih atas hiburannya.”

Pak Marno tersenyum dan mengangguk, “Sama-sama. Selama kalian merasa lebih baik, saya senang bisa membantu. Semoga hari kalian berjalan lancar dan tidak ada lagi kejadian menakutkan.”

Jengkok dan Slumbat menyelesaikan makan mereka dan merasa jauh lebih baik. Dengan perut kenyang dan suasana hati yang lebih ceria, mereka melanjutkan hari mereka dengan semangat baru. Mereka merasa bersyukur atas dukungan dan kebersamaan yang mereka miliki, baik dari satu sama lain maupun dari orang-orang di sekitar mereka.

Sebelum meninggalkan warung, Jengkok dan Slumbat mengucapkan terima kasih kepada Pak Marno dan berjanji akan kembali lagi. Dengan suasana hati yang lebih ringan dan senyum di wajah mereka, mereka melanjutkan pencarian barang bekas, siap menghadapi hari dengan lebih optimis dan penuh semangat.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
dapat inspirasi di mana nama unik begitu wkwk
Zhu Yun💫: Gak suhu kakak, cuma mencoba menuangkan imajinasi aja 😁

follback y kakak
DJ. Esa Sandi S.: eh iya ya ... 11 mantap lah ..

087737663621 (Esa) please ping me yah .. aku mau berguru lebih lanjut padamu suhu /Pray/
total 16 replies
anggita
like👍+☝hadiah iklan. moga novel ini sukses.
DJ. Esa Sandi S.: makasih Anggita,, moga kamu juga sukses ya/Smile/
total 1 replies
anggita
Jengkok, Slumbat, Gobed...🤔
DJ. Esa Sandi S.: hehehe iya, tau gak artinya?
total 1 replies
Princes Family
semangat kak..
DJ. Esa Sandi S.: makasih ya dek , sukses kembali untukmu ya /Drool/
total 1 replies
Maito
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
DJ. Esa Sandi S.: terimakasih suportnya ya 🤗. semoga kamu sukses selalu ya
total 1 replies
Gemma
Terjebak dalam cerita.
DJ. Esa Sandi S.: hehehe . thanks
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!