Gadis Barbar Mengejar Cinta

"Pernikahan kita dibatalkan, aku tidak bisa menikah dengan wanita yang sudah tidak suci lagi"

Ucap Amar sembari menatap tajam pada Alena.

"Alhamdulillah..."

Balas Alena dengan wajah berbinarnya.

"Hey! Apa maksud kamu itu Alena? harusnya kamu sedih karna aku membatalkan pernikahan kita! Bukan malah senang seperti itu!"

Amar tak terima melihat ekspresi bahagia yang di tunjukan Alena atas keputusannya.

"Tenang dulu nak Amar, jangan mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Kita bisa bicarakan semua ini dengan baik sebelum mengambil keputusan, Alena dan Abraham itu sepupu tidak mungkin mereka melakukan hal yang dilarang agama"

Ryan mencoba meyakinkan Amar.

"Baiklah kalau memang begitu, saya akan memberi Alena satu kesempatan lagi"

Ucap Amar akhirnya, pria itu luluh juga setelah mendengar perkataan Ryan. Di dalam hatinya juga ada rasa tidak rela jika harus kehilangan calon istri secantik Alena.

"Gak! Gak! Pernikahan ini tetap di batalkan. Karna gue gak suka sama lo!"

Hardik Alena sembari menunjuk ke arah pria berjanggut tipis itu.

"Ya pernikahan ini memang akan di batalkan, saya juga tidak sudi punya menantu tak punya adab seperti anak ini. Ayo kita pulang nak"

Kali ini ustadz Zaky ikut bicara, ia menarik tangan Amar untuk keluar dari kontrakan sempit itu.

Namun Amar merasa enggan untuk menuruti perintah ayahnya kali ini.

"Tapi Abbi, aku sangat mencintai Alena"

Tepis Amar sembari menoleh ke arah gadis barbar itu, namun Alena malah menjulurkan lidahnya ke arah Amar sebagai bentuk ledekan.

"Tidak! Abbi bisa mencarikan kamu calon istri yang jauh lebih baik dari wanita itu." Kemarahan ustadz Zaky semakin menjadi setelah melihat wajah tengil Alena.

"Abbi akan mencarikanmu seorang gadis yang tak hanya cantik parasnya, tapi punya sopan santun dan tatakrama juga" Tegas Zaky.

"Aku tidak mau wanita lain Abbi, aku hanya mau menikah dengan Alena" Rengek Amar.

Namun ustadz Zaky tak menggubris keinginan putranya itu, ustadz Zaky menarik lengan Amar dengan paksa, lalu mereka berlalu begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu pada Ryan dan yang lainnya.

"Tunggu ustadz Zaky, maafkan tindakan putri saya. Dia masih muda dan belum dewasa, saya akan mengajarinya untuk menjadi istri yang baik. Tapi tolong beri kami kesempatan"

Ryan mencoba menahan pria bersorban putih itu agar tidak pergi.

"Tidak ustadz Ryan, mungkin anak-anak kita memang tidak berjodoh. Permisi"

Tepis ustadz Zaky sambil terus berlalu. Bahkan rengekan Amar yang tak ingin pernikahannya dan Alena di batalkan tak ia dengarkan juga.

***

"Apa mau kamu sebenarnya Alena?"

Rutuk Ryan sembari mengusap wajahnya dengan kasar, sedangkan Maryam terus memeluk anak kesayangannya sedari tadi.

"Syukurlah kamu baik-baik saja nak. Ummi takut terjadi sesuatu terhadapmu"

Ucap Maryam sembari menangkup wajah cantik Alena dengan kedua telapak tangannya yang halus.

"Maafkan aku ummi, aku janji tidak akan meninggalkan ummi lagi"

Ucap Alena sembari memeluk tubuh ibu sambungnya itu dengan erat. Hanya Maryam saja yang kini masih bisa Alena percaya.

"Sayang, kenapa kamu pergi dari rumah tanpa pamit dulu sama mama. Mama sangat mengkhawatirkan kamu nak, ayo kita pulang"

Ucap Rinjani sembari mengelus puncak kepala anak gadisnya.

"Tidak mah, aku mau pulang dengan ummi saja. Ternyata mama sama saja dengan abbi, tidak bisa memahami perasaanku"

Alena menepis tangan Rinjani seraya mengeratkan pelukannya pada Maryam.

"Alena jangan bersikap kasar seperti itu pada mamamu nak"

Beritahu Maryam pada anak gadis kesayangannya.

"Maafkan Alena ya mbak"

Ucap Maryam pada Rinjani, karna sungguh ia merasa tidak enak hati atas tingkah Alena.

"Gak papa mbak Maryam"

Ucap Rinjani diiringi dengan senyuman namun di dalam hatinya terasa pilu.

"Ayo kita pulang ummi, aku sudah kangen sama si Verrel. Apa ummi memberinya makan dengan baik?" Tanya Alena antusias.

Berhari-hari Alena tidak bertemu dengan kambing peliharaannya, ada rasa rindu juga di hati Alena pada hewan berbulu putih itu.

"Tentu saja ummi memberinya makan setiap hari sayang, Verrel bilang dia juga sangat merindukan kamu nak"

Ucap Maryam pula sembari membenarkan kerudung sang putri yang sedikit betantakan karna pelukannya.

Ada rasa tak rela di hati Rinjani saat melihat putri kandungnya itu lebih dekat dengan wanita lain daripada dirinya, namun ia tutupi dengan senyuman terbaiknya.

#Terima kasih sudah membaca karya ini, jangan lupa dukungannya dengan cara, like, komen, vote dan hadiahnya. Selamat membaca. Terima kasih^^#