NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Notif dari Papa

Hari ini, Anton pulang setelah hampir satu bulan lamanya melakukan perjalanan dinas ke luar kota.

Seperti biasa, suasana rumah akan kembali mencekam kala Anton sudah kembali ke rumah. Kavi akan kembali menjadi anak yang pendiam dan enggan untuk bicara terlalu banyak apabila Anton sedang berada di dekatnya.

Sebenarnya, jauh di lubuk hati Anton, ia pun rindu akan keceriaan Kavi yang sudah sangat lama tidak ia lihat. Saking rindunya, diam-diam Anton sudah menyiapkan beberapa bingkisan berupa gitar dan playstation baru untuk putranya itu. Namun karena dikuasai oleh rasa gengsi, akhirnya Anton memilih untuk menunda pemberian hadiah itu untuk sang anak.

Cuaca mendung membuat Anton sedikit khawatir apabila Kavi pergi ke sekolah menggunakan motornya. Namun lagi-lagi karena rasa gengsi, Anton menjadi enggan untuk menawarkan tumpangan untuk Kavi.

"Kalo hujan, lebih baik gak usah masuk sekolah aja, Kav. Takutnya kamu demam lagi kalo maksain diri," usul Rami.

"Kemarin Kavi udah bolos sekolah, masa sekarang harus bolos lagi, Ma? Kavi udah ketinggalan ambil nilai PJOK, dan hari ini Kavi harus ambil nilai susulan," jelas Kavi.

Di tengah obrolan antara Kavi dan Rami, Anton hanya diam berpura-pura untuk menikmati sarapannya. Padahal ia ingin sekali ikut andil dalam percakapan itu, karena Anton ingin tahu apa penyebab putranya itu bolos sekolah kemarin.

Apa hubungan kita berdua tidak bisa kembali seperti dulu lagi? Maafkan Papa ya, Kav ... tidak seharusnya Papa menyalahkan kamu sepenuhnya atas semua yang sudah terjadi, batin Anton.

***

Saat Kavi sudah berangkat ke sekolahnya, Anton memilih untuk tetap di rumah bersama Rami, istrinya.

Seharusnya, pagi ini Anton pergi ke kantornya untuk memberikan laporan tentang hasil dinas luar kota selama satu bulan lalu. Namun tiba-tiba saja Rami mengeluh tidak enak badan hingga mengalami muntah-muntah membuat Anton mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantor dan memilih untuk mengantar sang istri ke rumah sakit.

"Istri saya sakit apa ya, Dok?" tanya Anton pada sang dokter setelah dokter itu selesai melakukan pemeriksaan pada Rami.

"Apa bulan lalu istri anda sudah menstruasi?" tanya sang dokter pada Anton.

Anton pun langsung melirik Rami dan menatapnya penuh tanya, "Eh, iya ... kayaknya bulan lalu saya belum menstruasi deh," jawab Rami sedikit ragu.

"Lho, kamu telat haid, Ma?"

"Iya, Mama baru ingat, bulan lalu Mama belum menstruasi."

Sang dokter pun tersenyum penuh arti, "Selamat ya, Pak ... sepertinya istri anda sedang hamil."

"A-APA?!" pekik Rami yang terkejut bukan main. Wanita itu sama sekali tidak pernah menyangka akan kembali mengandung di usia rentan seperti ini.

"D-dokter yakin?" tanya Anton memastikan.

"Apa kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut?"

"Enggak usah, Dok. Kita berdua pamit pulang aja," ucap Rami sembari menarik tangan Anton pergi meninggalkan ruangan itu.

"Ma, kita kan belum—"

"Mama gak mau tahu soal itu, Pa! Ayo pulang sekarang!" potong Rami.

Anton pun tidak bisa berbuat banyak selain menuruti permintaan istrinya itu. Jujur, Anton sangat senang jika istrinya kembali hamil. Tapi ia cukup heran akan sikap istrinya yang seolah tidak menyukai kabar baik tersebut.

***

Di tempat yang berbeda, Kavi dengan tingkah usilnya tengah mengganggu konsentrasi Savinna yang saat itu sedang melakukan pemanasan sebelum memulai materi olahraga.

Tak sedikit dari teman-teman kelas Savinna bersorak menggoda keduanya membuat Savinna semakin salah tingkah.

Ya, berita tentang hubungan keduanya sudah tersebar luas di media sosial hingga sampai ke telinga para murid bahkan diketahui oleh kalangan guru-guru millenial yang ada di SMK Catorce.

"Katanya sih gak suka, tapi tiba-tiba jadian," sindir Erfan pada Savinna.

"Siapa yang gak suka?" tanya Kavi.

"Itu, Savin—"

"Apaan sih, Fan?! Diam deh!" potong Savinna.

Erfan malah tertawa melihat kepanikan Savinna. Sementara itu, Kavi berhenti melakukan pemanasannya lalu pergi menghampiri Bram dan meminta izin untuk melakukan pengambilan nilai susulan.

Ih? Kok main pergi gitu aja sih? Apa dia marah sama gue? batin Savinna.

Setelah selesai melakukan pemanasan, para murid kelas 10 AP Dua langsung diarahkan menuju pinggir lapangan untuk melakukan absensi.

"Savinna mana?" tanya Bram selaku guru olahraga sembari mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Savinna.

Savinna pun mengangkat tangannya, "Hadir, Pak!" Savinna sedikit heran karena namanya dipanggil paling awal padahal nomor absennya adalah 26.

"Tolong awasi pacarmu ini," perintah Bram pada Savinna.

"Maksudnya gimana, Pak?" tanya Kavi seolah mewakili kebingungan Savinna saat itu.

"Saya mau kamu ambil nilai lari marathon di luar sekolah, dan saya tugaskan Savinna untuk mengawasi kamu. Karena kalau tidak diawasi, kamu bisa saja bolos sekolah lagi," jelas Bram panjang lebar.

"Saya janji kok, Pak. Saya gak akan bolos sekolah lagi. Kalo Savinna ikut saya, nanti dia ketinggalan materi, Pak."

"Kok kamu jadi ngatur saya sih? Hari ini materi yang akan saya sampaikan di kelas Savinna adalah materi tentang sepakbola. Materinya sudah sempat saya sampaikan di pertemuan kita sabtu lalu. Jadi saya pastikan Savinna tidak akan ketinggalan materi. Dan untuk Savinna akan saya beri nilai tambahan jika kamu mau mengawasi Kavi selama pengambilan nilai."

Dengan senang hati, Pak... batin Savinna gembira.

"Yaudah, terserah Pak Bram aja deh," pasrah Kavi yang memilih untuk menyerah daripada melanjutkan perdebatannya bersama Bram.

***

Sepanjang pengambilan nilai, Kavi hanya diam dan fokus pada tujuannya.

"Kan disuruhnya lari marathon, Kak. Bukan jogging."

"Iya, tau kok."

"Terus kenapa larinya santai?" tanya Savinna heran.

"Kalo Kak Fazriel larinya cepat, Savinna bisa imbangi gak?" tanya Kavi yang terkesan menantang Savinna.

Benar juga. Gue kan larinya lambat.

Kavi menghentikan langkahnya di pertengahan setelah ia tak kuat menahan banyaknya pertanyaan yang muncul di kepalanya, Savinna pun ikut menghentikan langkahnya lalu menatap Kavi seolah bertanya, "Kenapa berhenti disini?"

"Savinna nerima cintanya Kak Fazriel cuma karena kasihan kan?" pertanyaan Kavi membuat Savinna terkejut sekaligus bingung.

"Kenapa Kak Fazriel ngomong gitu?"

"Tadi Erfan bilang, kamu gak suka sama Kak Fazriel."

Rupanya, Kavi menjadi overthingking karena perkataan Erfan tadi.

Jadi ini alasan Kak Fazriel langsung pergi gitu aja ninggalin gue sama Erfan tadi? batin Savinna.

"Erfan itu bohong, aku suka kok sama Kak Fazriel ... kan aku duluan yang bilang kalo aku suka sama Kak Fazriel, masa iya aku nerima cintanya Kak Fazriel cuma karena aku kasihan?"

"Tapi—"

"Gak usah overthingking gitu, Kak. Aku tuh sukaaa banget sama Kak Fazriel, sumpah!"

Kavi pun tersipu malu setelah mendengar itu, "Cuma suka aja?" tanya Kavi disertai dengan senyuman tipis.

"Sayang juga, cinta apalagi," jawab Savinna mantap.

Senyuman Kavi pun semakin merekah setelah itu, "Kalo begitu, kita sama dong?"

"Beda!"

Ekspresi Kavi pun berubah kecewa,

"Kenapa beda?"

"Soalnya rasa suka, sayang dan cinta aku lebih besar."

"Ih, sok tau kamu," protes Kavi tidak terima. "Lebih besar perasaannya Kak Fazriel ke kamu lah."

"Enggak, lebih besar perasaan aku ke Kak Fazriel pokoknya," ucap Savinna tak mau kalah.

Kavi pun menghela napas pasrah, "Yaudah, Kak Fazriel ngalah deh," lagi-lagi Kavi memilih untuk mengakhiri perdebatannya.

Setelah mendengar pernyataan itu, tentu saja Savinna langsung tersenyum penuh kemenangan.

"Ngalah bukan berarti kalah ya," ucap Kavi memperingatkan Savinna.

"Gak bisa gitu dong, kalo Kak Fazriel ngalah berarti Kak Fazriel mengaku kalah."

"Gak gitu konsepnya, Sav," protes Kavi.

Savinna pun tertawa geli melihat tingkah Kavi yang menurutnya sangat menggemaskan itu, "Udah-udah, kalo kita debat terus, nanti waktu pengambilan nilainya keburu habis lho."

Kavi pun langsung melirik jam tangannya, "Oh iya, waktunya sisa 10 menit lagi," ucapnya sambil menatap Savinna kembali. "Udah siap lari lagi?" tanya Kavi.

Savinna pun langsung mengangguk cepat sambil meraih tangan Kavi, "Ayo kita lari lagi!" serunya antusias.

"Ayo, siapa takut!" seru Kavi tak kalah antusiasnya.

***

Kavi kembali ke kelasnya setelah ia selesai melakukan pengambilan nilai dan mengganti seragam olahraganya.

Sudut bibir Kavi tak henti-hentinya tertarik hingga membentuk sebuah senyuman tipis bahkan saat ia sudah duduk di sebelah Alvero.

"Lo kenapa sih? Balik-balik kayak orang stress gitu," tanya Alvero heran.

"Habis berduaan sama Ayang."

Alvero memutar bola matanya malas, "Oalah, pantesan lagaknya jadi kayak orang stress."

"Sirik banget jomblo," ledek Kavi.

"Baru pacaran dua hari aja udah tengil lo, anjrit!" geram Alvero tak terima dirinya disebut sebagai jomblo.

Kavi pun tertawa puas melihat respons dari Alvero. Namun tawanya segera menghilang saat mengingat kalau ia lupa menyimpan ponselnya dimana.

"Eh iya, handphone di kumpulin gak sih?"

"Enggak tuh."

"Terus handphone gue dimana, anjir?! Tolong di miss call dong,"

"Kayak handphonenya gak di silent aja," sindir Alvero membuat Kavi langsung menepuk keningnya cukup keras.

Duh, kalo handphone gue hilang, gimana gue bisa hubungi Savinna?

Melihat ekspresi sahabatnya itu terlihat semakin panik, Alvero pun mencoba untuk menenangkannya, "Coba dicari dulu pelan-pelan, periksa juga di tas lo, mana tau belum sempat lo keluarin dari sana."

Kavi pun langsung memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah ranselnya dan gotcha!

Ternyata ponselnya benar-benar masih tersimpan rapi di dalam ransel hitamnya.

"Dasar pikun!"

"Ya elah, namanya juga manusia!"

"Ngeles mulu lo kayak bajaj ... pikun mah pikun aja."

Kali ini, Kavi tak lagi membalas olokan dari Alvero karena ia sibuk memandangi layar ponselnya yang tengah menyala.

1 Panggilan tak terjawab dari Papa.

Ada apa ya Papa miss call gue? batin Kavi bertanya-tanya.

Setelah tiga tahun lamanya Kavi dan Anton tak pernah saling bertegur sapa, kecuali saat sedang mendesak atau dalam acara formal seperti hari raya lebaran, hari ini Kavi kembali mendapati sebuah notif dari Papanya itu.

Jantungnya seketika berdebar cepat. Debarannya bahkan melebihi saat Kavi mendapat notifikasi masuk dari Savinna. Mungkin itu semua efek dari betapa jarangnya Kavi mendapat notifikasi dari sang Papa.

Telepon balik atau gak usah ya?

Cukup lama Kavi terdiam dan menimbang-nimbang, hingga Alvero kembali menyadarkannya dari lamunan, "Mau sampai kapan bengong terus kayak gitu, buruan kerjain tugasnya, Kaviandra!"

"Eh, i-iya ... emangnya ada tugas apa sih?" tanya Kavi sembari menyimpan ponselnya di saku seragamnya.

"Suruh kerjain yang ada di LKS, halaman 10 sampai 15, dikumpul sebelum istirahat,"

"Eh, buset?!" pekik Kavi tak menyangka akan tugas yang diberikan oleh gurunya.

Pantas saja seisi kelas terpantau tenang, padahal saat itu posisinya sedang tidak ada guru yang memasuki kelas untuk mengisi jam pelajaran. Ternyata mulut kelas itu sudah disumpal oleh banyak sekali tugas yang harus di kumpulkan dalam waktu dekat.

***

"Woi, siapa lagi yang belum ngumpulin tugas?!" teriak Kelvin dari depan papan tulis.

"Gue, Cok!" teriak Kavi dari kursinya sendiri.

"Berapa nomor lagi?" tanya Kelvin pada Kavi.

"Tiga halaman lagi, Bangs*t!" jawab Kavi disertai dengan umpatan kasar. Saat itu, Kavi sangat panik, tangan kirinya bahkan sampai gemetar saat sedang menulis. Sebenarnya, Kavi panik bukan karena ia takut dimarahi guru yang bersangkutan karena tugasnya belum selesai. Kavi hanya panik jika waktu istirahatnya habis dan tidak bisa ia gunakan untuk menemui Savinna di kantin.

"Gila, dari tadi kemana aja lo? Udah ah, kumpulin sendiri aja nanti, bye!" pamit Kelvin dengan membawa tumpukan buku milik teman-teman sekelasnya untuk dibawa menunju ruang guru.

Ck, gimana kalo gue gak bisa istirahat sama Savinna? Apa gue tinggalin aja ya tugasnya? Tapi gak lucu banget dong kalo nilai gue jadi kosong setelah gue pacaran sama Savinna? batin Kavi kebingungan.

"Semangat ya ngerjain tugasnya, hari ini Savinna biar istirahat bareng gue aja," goda Nauval yang memang sejak tadi sudah membaca kepanikan Kavi.

"ANJI*G! AWAS AJA LO YA GANGGUIN CEWEK GUE! GUE PATAHIN LEHER LO!" ancam Kavi mengiringi kepergian Nauval.

Kavi tentu saja menjadi semakin panik setelah digoda oleh Nauval seperti tadi. Dan sudah menjadi kebiasaan bagi laki-laki kidal itu, akan mengeluarkan kata-kata toxic di keadaan yang genting seperti sekarang ini.

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!