NovelToon NovelToon
Tawanan Miliarder Posesif

Tawanan Miliarder Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Menantu Pria/matrilokal / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: ayu andita

follow aku di IG : ayu_andita28

Hutang 10 Milyar yang dimiliki orang tua Serenity Lily membuat gadis itu menjadi korban dari seorang CEO kejam. Dia menjadi tawanan sang CEO yang tampak marah dan dendam pada orang tua Lily.

Akankah Lily mampu terlepas dalam penjara yang dibuat oleh sang CEO atau justru terjerat dalam pesonanya. Sementara pria itu hanya menjadikan Lily sebagai tawanan!

Akankah Lily akan menemukan bahagianya atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Pernyataan Bram

Setelah beberapa waktu menghabiskan pagi di taman, Lily memutuskan untuk mengajak Bram berjalan-jalan ke kebun belakang, yang penuh dengan berbagai tanaman dan bunga-bunga eksotis. Mereka berjalan pelan menyusuri jalur setapak, menikmati keindahan kebun yang tertata rapi.

"Ini kebun yang indah, Lily," kata Bram dengan kagum. "Kamu merawat semua ini sendiri?"

Lily tersenyum bangga. "Ya, sebagian besar. Aku suka berkebun, itu cara yang bagus untuk menghabiskan waktu dan menenangkan pikiran."

Bram mengangguk, terkesan. "Aku bisa melihat itu. Kebun ini benar-benar mencerminkan kepribadianmu yang lembut dan penuh perhatian."

Lily tersenyum sambil menyentuh bunga mawar yang sedang mekar. "Terima kasih, Bram. Berkebun selalu membuatku merasa lebih dekat dengan alam."

Mereka melanjutkan berjalan, dan Bram terus memperhatikan setiap gerakan Lily dengan tatapan yang lebih intens. "Kamu tahu, Lily, sejak kita bertemu lagi, aku tidak bisa berhenti berpikir betapa beruntungnya Xander memiliki istri sepertimu."

Lily merasa sedikit tidak nyaman dengan komentar Bram, tapi dia tetap tersenyum. "Terima kasih, Bram. Xander dan aku saling melengkapi satu sama lain."

Bram mendekat sedikit, suaranya menjadi lebih lembut. "Aku hanya berharap suatu hari bisa menemukan seseorang sepertimu, Lily."

Lily merasakan perubahan suasana dan mencoba mengalihkan pembicaraan. "Kamu pasti akan menemukan seseorang yang tepat, Bram. Semua orang berhak mendapatkan kebahagiaan."

Namun, Bram terus mendekat, matanya tidak lepas dari Lily. "Lily, aku harus jujur. Sejak aku datang ke sini, aku merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan lama. Aku... aku merasa tertarik padamu."

Lily terkejut dan mundur selangkah, mencoba menjaga jarak. "Bram, kamu tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu. Aku istri Xander, dan aku mencintainya."

Bram tampak bingung dan sedikit kecewa, tapi dia berusaha tersenyum.

"Maaf, Lily. Aku tidak bisa menahan perasaan ini. Aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman."

Lily menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Bram, aku menghargai kejujuranmu, tapi kita harus tetap menghormati hubungan yang aku miliki dengan Xander. Aku harap kamu mengerti."

Bram mengangguk perlahan, tampak menyesal. "Aku mengerti, Lily. Maafkan aku. Aku hanya berharap kita bisa tetap berteman."

Lily tersenyum tipis, berusaha mengakhiri ketegangan. "Tentu, kita tetap berteman, Bram. Mari kita kembali ke rumah. Mungkin kita bisa membuat minuman segar dan melanjutkan obrolan kita di dalam."

Mereka berjalan kembali ke rumah dengan suasana yang sedikit canggung. Bram berusaha mengendalikan perasaannya, sementara Lily berusaha menjaga suasana tetap ramah.

Setibanya di rumah, Lily menuju dapur untuk menyiapkan minuman, sementara Bram duduk di ruang tamu, mencoba menenangkan pikirannya.

Ketika Lily kembali dengan dua gelas jus jeruk segar, Bram menyambutnya dengan senyum hangat. "Terima kasih, Lily. Aku benar-benar menghargai pengertianmu."

Lily duduk di seberang Bram, menyerahkan gelas jusnya. "Sama-sama, Bram. Mari kita lupakan kejadian tadi dan menikmati waktu bersama sebagai teman."

Mereka mulai berbicara lagi, kali ini dengan topik yang lebih ringan dan santai. Ketegangan perlahan-lahan mereda, dan mereka kembali tertawa bersama, mencoba mengembalikan suasana yang nyaman. Meskipun ada momen canggung, mereka berhasil melalui pagi itu dengan baik, menjaga persahabatan mereka tetap utuh.

Menjelang siang, setelah menghabiskan beberapa jam berbincang dan menikmati minuman segar, Bram akhirnya memutuskan untuk pamit pulang. Xander sudah kembali dari kantor dan mereka bertiga duduk di ruang tamu, berbincang santai.

Bram berdiri, meraih jaketnya yang tergantung di sandaran kursi. "Terima kasih banyak atas keramahan kalian, Xander, Lily. Aku benar-benar menikmati waktuku di sini."

Xander berdiri dan menjabat tangan Bram dengan hangat. "Sama-sama, Bram. Senang bisa bertemu lagi setelah sekian lama. Jangan sungkan untuk datang lagi kapan pun kamu mau."

Lily tersenyum, berdiri di samping Xander. "Benar, Bram. Kamu selalu diterima di sini. Hati-hati di jalan, ya."

Bram mengangguk, matanya bertemu dengan Lily sejenak. "Terima kasih, Lily. Aku akan hati-hati."

Mereka bertiga berjalan ke pintu depan, dan Xander membuka pintu untuk Bram.

"Semoga perjalananmu lancar, Bram. Jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di rumah."

Bram tersenyum dan melambaikan tangan. "Pasti, Xander. Sampai jumpa lagi."

Setelah Bram pergi, Xander menutup pintu dan menoleh ke arah Lily. "Bram tampak senang bisa bertemu kita lagi. Senang rasanya bisa menghabiskan waktu dengan teman lama."

Lily tersenyum, meskipun sedikit lega bahwa Bram sudah pergi. "Ya, memang menyenangkan. Semoga dia baik-baik saja dalam perjalanannya."

Mereka berdua kembali ke ruang tamu, melanjutkan hari mereka dengan suasana yang lebih tenang. Meskipun ada ketegangan sebelumnya, Lily berusaha untuk tidak memikirkannya lagi dan fokus pada kebahagiaannya bersama Xander. Hari itu berakhir dengan damai, dan mereka bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama, memperkuat ikatan cinta mereka.

Setelah Bram pergi, Xander dan Lily kembali ke ruang tamu. Xander duduk di sofa dan menghidupkan TV, sementara Lily merapikan gelas-gelas bekas minuman mereka. Pikiran Lily masih terganggu oleh kejadian tadi pagi, tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakannya kepada Xander.

"Lily, kamu baik-baik saja?" tanya Xander sambil mengalihkan pandangannya dari layar TV.

"Kamu terlihat sedikit cemas."

Lily tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Aku baik-baik saja, Xander. Mungkin sedikit lelah saja setelah pagi yang panjang."

Xander mengangguk, merasa puas dengan jawaban Lily.

"Oke, kalau begitu. Kamu ingin istirahat sebentar? Aku bisa bantu bersihkan dapur."

Lily menggeleng, masih dengan senyum di wajahnya. "Tidak perlu, aku bisa handle ini. Kamu nikmati saja acara TV-mu."

Lily melanjutkan pekerjaannya di dapur, pikirannya berkecamuk tentang apa yang terjadi dengan Bram. Dia merasa tidak nyaman, tapi juga tidak ingin merusak suasana hati Xander dengan cerita itu. Lagipula, Bram sudah pergi dan tidak ada alasan untuk membuat suaminya khawatir.

Ketika dapur sudah bersih, Lily kembali ke ruang tamu dan duduk di samping Xander. Mereka berbicara ringan tentang rencana akhir pekan dan acara TV yang sedang mereka tonton. Xander tampak bahagia dan santai, dan Lily berusaha untuk menjaga suasana itu.

Namun, di dalam hatinya, Lily masih merasa sedikit terbebani. Dia tahu harus menjaga jarak jika Bram kembali berkunjung kelak, dan dia bertekad untuk menjaga hubungan baik mereka tanpa mengkhianati kepercayaan Xander.

Hari itu berakhir dengan tenang. Xander dan Lily menghabiskan malam mereka dengan makan malam sederhana dan berbincang ringan sebelum tidur. Lily merasa lebih lega setelah menghabiskan waktu berkualitas dengan suaminya, berharap kejadian pagi tadi tidak akan terulang lagi.

Di ranjang, sebelum mereka tidur, Xander memeluk Lily dengan lembut. "Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama hari ini. Terima kasih sudah selalu ada untukku."

Lily membalas pelukan Xander, merasa lebih tenang. "Aku juga senang, sayang. Selamat malam."

Dengan perasaan yang campur aduk, Lily akhirnya tertidur, berharap hari esok membawa kebahagiaan dan ketenangan yang lebih bagi mereka berdua.

1
mbok Darmi
xander oon egois knp ngga mati aja sekalian saat kecelakaan bikin emosi
mbok Darmi
xander udah amnesia bikin kesel aja itu malah bikin masalah baru saat alina ada di mansion, lebih baik lily pergi saja biar kan xander hidup dgn alina yg ada kamu malah stress aku jamin xander akan lebih memperhatikan alina krn yg diingat hanya masa lalunya
Bivendra
lbh baik qm pergi ly jika dy mmg untukmu dy akan kembali dgn caranya sndri sdh ckup bertahan dlm kesulitan
kdg qt hrus pergi agar mengerti rasa kehilangan
Bivendra
aq kasihan bgt sm lily sllu menderita
merry jen
apa xanderr berubhh dingin gr gr Alina mnggllknn xanderr
Miss Apple 🍎
seru lanjut kak
Miss Apple 🍎
lanjut
Yanti Gunawan
gmn si ya sampe detik ini msh ga nyambung ktnya gak boleh jatuh cinta dn ada perjanjian trs knp tetiba ada kata mencintai oy
mbok Darmi
ternyata bram pecundang
Bivendra
enak aja ud sama2 bobo terus malah ninggalin gt aja
otak lu dmn bram
mbok Darmi
semoga alina hamil anak bram biar seru mau tdk mau alana hrs nikah sama bram demi anak yg dikandung nya
Miss Apple 🍎
nikah aja Bram dan Alina
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
jangan tengok masa lalu
Bivendra
aq rada bingung sm xander n lily sllu
jwbn aq sayang cinta xander
kita akan melewati ini smw
tp lht lah
mading² sndri
Miss Apple 🍎: sama masih terbayang masa lalu keknya
total 1 replies
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
kasihan Lilu
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lamjut
Miss Apple 🍎
lanjutlah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!