NovelToon NovelToon
Benih Kakak Iparku

Benih Kakak Iparku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Anak Genius / Konflik etika / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:85.7k
Nilai: 4.5
Nama Author: Baby Ara

"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.

"kak, jangan seperti ini."

"Bantu aku, Bella."

"Maksudnya bantu apa?"

"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.

Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.

Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.

Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Bella di culik?

Di sebuah gedung bertingkah kental nuansa perpaduan mewah dan estetik ditengah perkotaan, Sky Corp.

Tepatnya, diruang manager. Kedua orang yang tengah bercumbu dengan sang wanita duduk di meja kerja sang laki-laki. Suasana panas itu harus terganggu, oleh dering telpon di atas meja.

"Siapa sih! Ganggu aja!" umpat sang pria kesal.

Sang wanita mengecup sensual perpotongan leher sang pria. Sebagian kancing kemeja putih pria itu sudah terbuka ulahnya.

"Angkat saja sayang. Mana tahu penting," ujar sang wanita mendayu.

"Tapi, kepalaku bisa pusing jika tidak dilanjutkan baby," balas sang pria lembut.

Cup!

"Nanti, aku janji," balas sang wanita setelah mencium sekilas bibir yang selalu menjamah tubuhnya itu. Note, tentunya tidak gratis.

"Baiklah."

Sang pria mendekatkan ganggang telpon di telinganya. Namun matanya, masih menyorot genit pada mangsanya yang belum ia garap itu. Body bak gitar spanyol dengan buah melon luar biasa menantang namun perut sang wanita terlihat sedikit menonjol.

"Adam, keruangan papa sekarang."

Deg!

"I ... Iya pa," jawab Adam gelagapan sambil memoles rambut berulang kali lalu memperbaiki dasinya yang menyerong.

Ekspresi Adam berubah panik seketika. Apa ada orang yang memergoki Desi masuk ke ruangannya dan tak kunjung keluar?

"Siapa sayang?"

"Papa menyuruhku ke ruangannya. Baby, baiknya kamu kembali ke meja kerjamu sekarang juga."

"kamu ngusir aku?" bibir Desi menjorok ke bawah.

Sedang hamil muda membuatnya mudah dibawa baper. Adam segera ikut duduk di samping Desi lalu memasukan wanita itu dalam pelukannya.

"Tidak sayang. Tapi, takutnya ada yang curiga kenapa kamu gak ada di mejamu? Mengerti kan maksudku?" Adam berusaha selembut mungkin memberikan pengertian pada Desi.

Sangat terbalik, jika Bella lawan bicaranya.

"Aku mengerti, tapi, kau juga harus mengerti. Aku sedang hamil anakmu dan hari ini aku capek untuk bekerja. Tolong sayang, kamu bereskan laporan ku nanti ya? Aku ingin tidur siang disini," balas Desi, bola matanya di buat mengedip selucu mungkin.

Secara tidak langsung, Desi menyuruh Adam mengambil alih pekerjaannya.

"Baiklah. Asal, kau bahagia dan jaga anakku baik-baik."

Adam tiba di ruangan Liam. Papanya itu tengah berkutat dengan laptop. Melihat Adam, Liam menghentikan pekerjaannya.

"Kenapa papa memanggilku?"

Liam menyandarkan punggung di kursi. Menatap penuh Adam membuat laki-laki itu gelisah. Takut, perselingkuhannya bersama salah satu karyawan papanya terbongkar.

"Begini Adam, malam nanti, salah satu kolega bisnis papa mengadakan acara memperingati ulang tahun perusahaannya. Papa tidak bisa datang, karena papa dan mama sore nanti berencana akan terbang ke Rusia. Nenekmu masuk rumah sakit. Jadi, papa putuskan kau dan Bella menghadiri nya."

'"Ngajak udik itu? yang benar aja!' batin Adam.

"Pa, bagaimana kalau aku dan sekretaris papa saja yang pergi. Bella tidak terbiasa terkena udara malam pa," alasan Adam.

Sengaja agar tidak membawa Bella. Menurut Adam, Bella bukan pilihan cocok berada di tengah orang pintar. Malah, itu akan membuat Adam menjadi bahan cemoohan banyak orang.

Liam menggeleng. "Kau sudah beristri, Nak. Bawa istrimu. Papa rasa Bella bisa mengimbangi kamu disana."

Berat hati, Adam menyetujui kata Liam

"Mengimbangi apa? Membuatku malu, iya," gerutu Adam keluar dari ruangan Liam.

Jam empat sore. Adam baru pulang kantor mencari Bella di dapur. Biasanya wanita itu berkutat dengan berbagai bahan masakan. Namun nyatanya, Bella tidak berada disana.

"Bella!" teriak Adam menaiki anak tangga membawa tas kerjanya seraya melepas dasi.

Leo baru keluar dari kamarnya, menatap permusuhan pada Adam.

"Apa kau tidak pernah diajari sopan santun oleh ibumu?" ucap Leo muak dengan tingkah Adam. Selalu berteriak, jika mencari Bella.

Adam memutar kenop pintu tidak jadi. Berbalik kembali menatap Leo.

"Apa masalah lo? Gue cari istri gue, bukan cari istri lo. dimana salahnya? Harusnya lo sadar diri, sudahlah lumpuh. Sok jadi Ceo, mana masuk sesuka hati lagi. Udah benar hidup lo?"

"Setidaknya saya tidak doyan main perempuan seperti kamu," balas Leo tak kalah tajam.

Adam terkekeh. "Ya karena perempuan gak mau sama lo, gak bisa kasi nikmat sih."

Setelah Adam masuk ke kamarnya. Lengkung bibir Leo terbit.

"Tidak tahu saja bahwa Bella menangis di bawah kendali ku," gumam Leo terkekeh.

"Bella!" Adam kembali berteriak. Namun, dikamar Bella juga tak ia temukan.

"Dimana udik itu?! Awas aja, lo Bella!"

Adam mondar-mandir mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Tanpa basa-basi, Adam langsung menerobos masuk karena pintu memang tidak terkunci. Wajah Adam semakin merah padam. Bella tertidur di dalam bathtub masih memakai baju lengkap namun lipatan matanya terlihat membengkak.

Adam memercikkan air di wajah Bella.

"Bangun lo!"

Bella terusik setelahnya Bella seperti orang yang ketakutan bahkan Bella menangis.

"Tolong! Tolong jangan lagi! Aku mohon!"

Adam melihat itu keheranan. "Bella, ini gue!"

"Tolong pergi! Tolong!" Bella semakin berteriak.

"Lo mimpi buruk ya? Ini gue Adam. Jangan drama Bella. Bangun! Ngapain juga lo itu tidur disini."

"Mas Adam?" ucap Bella seperti orang yang baru sadar. Suara bentakan Adam seakan sudah terpatri di ingatan Bella.

"Iya, gue. Ganti baju. Ada yang mau gue omongin. Gue tunggu di kamar."

Setelah kepergian Adam. Bella semakin menangis. Ia meringkuk memeluk lututnya. psikis Bella mulai terguncang. Leo melakukannya lagi. Laki-laki itu mengingkari janji pada Bella.

"Mas Adam," panggil Bella dengan kepala menyembul. Perasaan Bella mulai tenang setelah puas menangis.

"Apa?" ketus Adam di sofa.

Dia tadi tengah asik-asik berbalas chat dengan Desi. Panggilan Bella tentu saja menganggu kesenangannya.

"Tolong mas, ambilkan bajuku di lemari," pinta Bella ketar-ketir.

"Ambil sendiri. Punya tangan kan lo?" Adam lanjut menatap ponselnya.

Bella kebingungan. Karena terlalu kecewa dengan Leo, Bella lupa membawa bajunya. Mana maha karya Leo semakin banyak di dadanya.

"Mas, kali ini saja. Ambilkan," mohon Bella.

"Ck! Menyusahkan banget sih lo!"

Adam berdiri setelah meletakkan ponselnya di atas meja. Ia menarik baju, celana dalam beserta celana Bella asal-asalan di lemari. Melihat itu Bella tidak marah, tapi bersyukur Adam mau dimintai tolong meski terkesan tidak ikhlas.

"Ini! Apa sih yang mau di sembunyikan. Gue udah sering liat tubuh triplek lo. Jangan geer!"

"Terimakasih mas," balas Bella lembut.

"Udah! Ganti! Gue gak ada waktu dengar omongan gak faedah lo itu!"

"Iya," ujar Bella. Bukan tidak sakit hati, tapi begitulah Adam.

Tujuh menit kemudian.

Bella dan Adam duduk bersebrangan. Suami Bella itu duduk di sofa singel. Sebab itu Bella duduk sendiri.

"Apa yang mau mas bicarakan?"

Adam menatap penampilan pucat Bella , mendesis sambil mengusap kasar wajahnya.

Bella memang kurang suka memakai makeup. Dia lebih suka tampil apa adanya. Hanya memakai losion, cream siang malam dan bedak bayi tipis-tipis ditambah sentuhan lip tint sedikit.

"Lo bisa gak tampil cantik? Kenapa pucat kayak patung gini sih?!"

Bella meremas kedua tangannya. "Aku kan emang kayak gini mas. Pucat karena aku rasanya kurang enak badan," jujur Bella.

"Alah! Lo tuh emang jelek. Cek, mana papa suruh gue bawa lo ke acara ultah koleganya lagi. Malu-maluin gue aja nanti."

Mendengar itu Bella menegakkan kepalanya. "Jadi mas mau ajak aku ke acara mewah itu?"

Selama jadi istri Adam, laki-laki itu memang tidak pernah mengajak Bella ke acara formal. Adam selalu beralasan Bella yang tidak mau di ajak pada rekan bisnis papanya.

Adam menggeleng cepat sambil berdiri.

"Gak jadi gue ajak lo. Sama sekali gak cocok sama lo. Udahlah lo di rumah aja. Gue pergi dengan yang lain aja."

Perih hati Bella mendengar omongan frontal Adam. Bella memang tidak pernah perawatan salon, pedicure dan apalah itu. Jika ditanya Liam, Adam selalu beralasan bahwa dia yang akan mengantar Bella sendiri ke salon. Padahal hingga kini tidak pernah terjadi.

"Tapi, kata mas bukannya papa--"

"Papa sama mama gak akan ada di rumah. Mereka mau ke Rusia malam nanti. Sebelum itu, lo jangan keluar kamar agar mereka kira gue bawa lo, ngerti?"

Bella mengangguk pedih.

Adam mengecup kening Bella. "Gue pergi dulu."

"Mas gak mandi?"

Adam menatap datar Bella. "Rumah gue dua. Suka-suka gue mau dimana mandi."

Bella tahu arti kata itu. Perempuan lain. Bella sadar diri. Siapa dia di rumah ini.

"Hati-hati mas."

Satu jam sudah Bella mengurung dirinya dalam kamar. Bella yang haus kehabisan air putih dalam gelasnya.

"Aduh, gimana ini keluar gak ya?"

"Tapi, aku tidak mungkin mampu berdiam diri sini tanpa air? Minum air kran perutku bisa sakit," Bella menggerutu sendirian.

Sepuluh menit berlalu, Bella tak tahan lagi. Ia memutuskan untuk keluar. Bella melihat kiri-kanan sebelum menyembulkan tubuhnya.

"Aman."

Bella menutup pintu kamarnya pelan terkejut dengan bekapan kain menutup hidung dan mulutnya dari tangan orang di belakangnya. Bella meronta namun perlahan, semuanya mengelap.

1
RATNA
Buruk
RATNA
Kecewa
piyo lika pelicia
1 bunga untuk ara
piyo lika pelicia
sabar ya babang Revan masih ada piyo di sini 🤭 kiw kiw
piyo lika pelicia
hhh rasakan itu 😏
piyo lika pelicia
bunga untuk mu ☺️
piyo lika pelicia
heh tau rasa kau Adam sekia 😏
piyo lika pelicia
is shibal sekia Lo Adam 😡
piyo lika pelicia
hhh kenapa harus malu Leo lagi pula obat itu akan tanggal jika kau sendiri yang duduk
piyo lika pelicia
1 bunga untuk ara kimochi 🤣
piyo lika pelicia
woh bagus Leo aku suka gaya mu 😎
piyo lika pelicia
woh birahi 😲
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
is main seret kek karung aja tu bela
piyo lika pelicia
padahal Leo sendiri berucap
sambungin aja
piyo lika pelicia
se dalam itu kah cinta yang kau miliki Leo aku terharu 😭
piyo lika pelicia
hhh jangan lepas kendali ya Leo
piyo lika pelicia
hhh dasar penakut
Cicih Sophiana
terlalu cinta cemburu nya pun terlalu seperti Leo ini😁 siapa yah yg membuat Bella tersandung..
♈Ꮶi᱅g Ꮮeơᵇʸ♋
kao engga tao je aq terlalu sayang dan cinta sama kamu
makanya jangan boat q cemburu selalu ♋/Drowsy//Drowsy/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!