"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Bella di culik?
Di sebuah gedung bertingkat, kental nuansa perpaduan mewah dan estetik ditengah perkotaan, Sky Company.
di ruangan manager. Kedua orang tengah saling bercumbu. Wanita di pelukan sang pria duduk di meja kerja. Suasana panas itu harus terganggu oleh dering telpon di atas meja.
"Shit!" umpat sang pria kesal.
Sang wanita mengecup sensual perpotongan leher sang pria. Sebagian kancing kemeja putih pria itu sudah terbuka ulahnya.
"Angkat saja, sayang. Mana tahu penting."
"Tapi, kepalaku bisa pusing jika tidak dilanjutkan, baby," balas si pria lembut.
Cup!
"Nanti aku janji. kita lanjutkan lagi.
"Baiklah," ujar si pria setelah mendapat kecupan mesra di bibirnya.
Sang pria mendekatkan ganggang telpon di telinganya. Namun matanya, masih menyorot genit pada mangsanya yang belum ia garap itu. Body bak gitar spanyol dengan buah melon luar biasa menantang namun perut sang wanita terlihat sedikit menonjol.
"Adam, keruangan papa sekarang."
Deg!
"I ... Iya Pa."
Adam gelagapan sambil memoles rambutnya berulang kali lalu memperbaiki dasinya yang menyerong.
Ekspresi Adam berubah panik seketika. Apa ada orang yang memergoki Desi masuk ke ruangannya dan tak kunjung keluar?
"Siapa sayang?"
"Papa menyuruhku ke ruangannya. Baby, baiknya kamu kembali ke meja kerjamu sekarang juga."
"kamu ngusir aku?" bibir Desi cemberut.
Sedang hamil muda membuatnya mudah dibawa baper. Adam segera duduk di samping Desi lalu memasukan wanita itu dalam pelukannya.
"Tidak sayang. Tapi, takutnya ada yang curiga kenapa kamu tidak berada di mejamu? Mengerti kan maksudku?"
Adam berusaha selembut mungkin memberikan pengertian pada Desi. Sangat terbalik, jika Bella lawan bicaranya.
"Aku mengerti, tapi, kau juga harus mengerti. Aku sedang hamil anakmu dan hari ini aku capek untuk bekerja. Tolong sayang, kamu bereskan laporan ku nanti ya? Aku ingin tidur siang disini," balas Desi, bola matanya di buat mengedip selucu mungkin.
Secara tidak langsung, Desi menyuruh Adam mengambil alih pekerjaannya.
"Baiklah. Asal, kau bahagia dan jaga anakku baik-baik."
Adam tiba di ruangan Liam. Papanya itu tengah berkutat dengan laptop. Melihat Adam, Liam menghentikan pekerjaannya.
"Kenapa papa memanggilku?"
Liam menyandarkan punggung di kursi. Menatap penuh Adam membuat putra keduanya tersebut gelisah. Takutnya, ada yang melapor pada Liam tentang dirinya yang bermain gelap dengan karyawan papanya itu.
"Begini Adam, malam nanti, salah satu kolega bisnis papa mengadakan acara memperingati ulang tahun perusahaannya. Papa tidak bisa datang, karena papa dan mama sore nanti berencana akan terbang ke Rusia. Nenekmu masuk rumah sakit. Jadi, papa putuskan kau dan Bella akan menghadiri nya."
'"Ngajak udik itu? yang benar aja!' batin Adam.
"Pa, bagaimana kalau aku mengajak salah satu karyawan papa saja."
Menurut Adam, Bella bukan pilihan cocok berada di tengah orang pintar. Malah, itu akan membuat Adam menjadi bahan cemoohan banyak orang.
Liam menggeleng. "Kau sudah beristri, Nak. Bawa istrimu. Papa rasa Bella bisa mengimbangi kamu disana."
Berat hati, Adam menyetujui kata Liam
"Mengimbangi apa? Membuatku malu, iya," gerutu Adam keluar dari ruangan papanya.
Jam empat sore. Adam baru pulang kantor mencari Bella di dapur. Biasanya wanita itu berkutat dengan berbagai bahan masakan. Namun nyatanya, Bella tidak berada disana.
"Bella!" teriak Adam menaiki anak tangga membawa tas kerjanya seraya melepas dasi.
Leo baru keluar dari kamarnya, menatap penuh permusuhan Adam.
"Apa kau tidak pernah diajari sopan santun oleh ibumu?" ucap Leo begitu muak dengan tingkah Adam.
Selalu berteriak, jika mencari Bella.
Adam memutar kenop pintu berhenti. Ia berbalik menatap Leo.
"Apa masalah lo? Gue cari istri gue, bukan cari istri lo.Harusnya lo sadar diri, sudahlah lumpuh. Sok jadi Ceo, mana masuk sesuka hati lagi. Udah benar hidup lo?"
"Setidaknya saya tidak doyan main perempuan seperti kamu," balas Leo tak kalah sengit.
Adik kakak ini memang tidak pernah akur. Selalu kata-kata pedas yang keluar dari mulut keduanya jika bertegur sapa.
"Ya karena perempuan gak mau sama lo, gak bisa kasi nikmat sih," ejek Adam.
Sudut bibir Leo melengkung sinis, setelah Adam masuk ke dalam kamarnya.
"Istrimu saja menangis di bawah kendali ku," ujar Leo terkekeh.
"Bella!" Adam kembali berteriak. Namun, dalam kamar Bella juga tak ada.
"Dimana udik itu?! Awas aja, lo Bella!"
Adam mondar-mandir mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Tanpa basa-basi, Adam langsung menerobos masuk karena pintu memang tidak terkunci. Wajah Adam semakin merah padam. Bella tertidur di dalam bathtub masih memakai baju lengkap namun lipatan matanya terlihat membengkak.
Adam memercikkan air di wajah Bella.
"Bangun lo!"
Bella merasa terusik setelahnya Bella seperti orang yang ketakutan bahkan ia menangis histeris.
"Tolong! Tolong jangan lagi! Aku mohon!"
"Bella, ini gue!" sentak Adam keheranan.
"Tolong pergi! Tolong!" Bella semakin berteriak nyaring.
"Apa sih! Ini gue Adam. Jangan drama Lo! Bangun! Ngapain juga lo itu tidur disini."
"Mas Adam?"
Bella baru tersadar mendengar suara bentakan Adam. Yang memang sudah terpatri di ingatannya.
"Cepat ganti baju. Ada yang mau gue omongin. Gue tunggu di kamar."
Setelah kepergian Adam. Bella semakin menangis. Ia meringkuk memeluk lututnya. psikis Bella mulai terguncang. Leo melakukannya lagi. Laki-laki itu mengingkari janji pada Bella.
"Mas Adam," panggil Bella dengan kepala menyembul. Perasaan Bella mulai tenang setelah puas menangis.
"Apa?" ketus Adam di sofa.
Dia tengah asik-asik berbalas chat dengan Desi. Panggilan Bella tentu saja menganggu kesenangannya.
"Tolong mas, ambilkan bajuku di lemari," pinta Bella ketar-ketir.
"Ambil sendiri. Punya tangan kan lo?" Adam lanjut menatap ponselnya.
Bella kebingungan. Karena terlalu kecewa dengan Leo, Bella lupa membawa bajunya. Mana maha karya Leo semakin banyak di dadanya.
"Mas, kali ini saja. Ambilkan," mohon Bella.
"Ck! Menyusahkan banget sih lo!"
Adam berdiri setelah meletakkan ponselnya di atas meja. Ia menarik baju, celana dalam beserta celana panjang Bella asal-asalan di lemari.
Melihat itu Bella tidak marah, tapi bersyukur Adam mau dimintai tolong meski terkesan tidak ikhlas.
"Ini! Apa sih yang mau di sembunyikan. Gue udah sering liat tubuh triplek lo. Jangan geer!"
"Terimakasih mas," balas Bella lembut.
"Udah! Ganti! Gue gak ada waktu dengar omongan gak faedah lo itu!"
"Iya," ujar Bella.
Bukan tidak sakit hati, tapi begitulah Adam.
Bella dan Adam duduk bersebrangan. Suami Bella itu duduk di sofa singel. Sebab itu Bella duduk sendiri.
"Apa yang mau mas bicarakan?"
Adam menatap penampilan pucat Bella , mendesis sambil mengusap kasar wajahnya.
Bella memang kurang suka memakai makeup. Dia lebih suka tampil apa adanya. Hanya memakai losion, cream siang malam dan bedak bayi tipis-tipis ditambah sentuhan lip tint sedikit.
"Lo bisa gak tampil cantik? Kenapa pucat kayak patung gini sih?!"
Bella meremas kedua tangannya. "Aku kan emang kayak gini mas. Pucat karena aku rasanya kurang enak badan," jujur Bella.
"Alah! Lo tuh emang jelek. Ck, mana papa suruh gue bawa lo ke acara ultah koleganya lagi. Malu-maluin gue aja yang ada."
Mendengar itu Bella menegakkan kepalanya.
"Jadi mas mau ajak aku ke acara itu?"
Selama jadi istri Adam, laki-laki itu memang tidak pernah mengajak Bella ke acara formal. Adam selalu beralasan Bella yang tidak mau di ajak pada rekan bisnis papanya.
Adam menggeleng cepat sembari berdiri.
"Gak jadi gue ajak lo. Sama sekali gak cocok. Udahlah lo di rumah aja. Gue pergi dengan yang lain aja."
Perih hati Bella mendengar omongan frontal Adam. Bella memang tidak pernah perawatan salon, pedicure dan apalah itu. Jika ditanya Liam, Adam selalu beralasan bahwa dia yang akan mengantar Bella sendiri ke salon. Padahal hingga kini tidak pernah terjadi.
"Tapi, kata mas bukannya papa--"
"Papa sama mama gak akan ada di rumah. Mereka mau ke Rusia malam ini. Sebelum itu, lo jangan keluar kamar agar mereka kira gue bawa lo, ngerti?"
Bella mengangguk pedih.
Adam mengecup kening Bella. "Gue pergi dulu."
"Mas gak mandi?"
Adam menatap datar Bella."Rumah gue dua. Suka-suka gue mau mandi dimana.
Bella tahu arti kata itu. Perempuan lain. Bella sadar diri. Siapa dia di rumah ini.
"Hati-hati mas."
Satu jam sudah Bella mengurung dirinya dalam kamar. Bella yang haus kehabisan air putih dalam gelasnya memilih untuk keluar kamar. Bella melihat kiri-kanan sebelum menyembulkan tubuhnya.
"Aman."
Bella menutup pintu kamarnya pelan. Tanpa ia tahu seseorang berada di belakangnya lalu membekapkan kain menutup hidung Bella membuat Bella memberontak namun perlahan tenaganya melemah.
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️