Rahasia Rumah Suamiku

Ketika acara tahlilan sedang berlangsung di pesantren nya Habib Amir, Purnama terus menatap Rian yang sedang membaca yasin juga. Maharani sudah mengadukan pria itu kepada adi ular nya ini, Sehingga Purnama sudah bergidik jijik membayangkan bagai mana percintaan nya dua pria yang sedang ah ah dengan keadaan pedang sama sama tegang.

"Apa ular nya tidak patuk patukan ya?" Gumam Purnama.

"Entah lah, Aku sebenar nya ingin ngintip saat mereka sedang ah ah. Tapi Rian udah keburu putus to sama Dedek gemes nya." Sahut Maharani.

"Nama pacar nya Dedek gemes?" Tanya Purnama melirik Kakak nya.

Dia sengaja memilih duduk bagian belakang karena tidak bisa membaca yasin karena sedang haid, Kesempatan untuk memperhatikan Rian yang tampak seperti pria pada umum nya. Arya yang juga mendengar cerita Maharani pun sampai muntah muntah, Apa lagi Rani bilang kalau Aldo sampai mengeluarkan feses bercampur darah yang bau nya tidak main main.

"Baju ku terkena saat itu, Pusing sekali aku memikul tugas dari mu ini." Keluh Maharani.

"Kan kalau kerja sama Ayang tidak bakal terasa lelah nya." Sindir Purnama.

"Mana ada! Kami beda tugas, Jati landak menemani Pak Sopian atau juga kadang memantau Rian dan Aldo di kerjaan nya." Maharani berwajah masam.

"Besok kalau sudah tuntas akan ku beri kau bulan madu kepulau bali, Pergi lah dengan kekasih landak mu itu." Ucap Purnama.

Maharani menggeram karena merasa di ejek oleh adik nya, Tak perlu jalan kemana mana bila sudah bersama kekasih tercinta. Dia pun bergegas pergi untuk memadu kasih dulu dengan pacar landak nya, Nanti kalau acara sudah selesai, Dia tak bisa lagi mau pacaran.

Biar lah sekarang Purnama saja yang mengurus Rian, Karena Purnama ingin bicara dengan pria itu begitu acara selesai, Nessa pun setuju saja bila Purnama memang mau menolong suami nya untuk terlepas dari jerat Aldo, Bila nanti Rian memang sudah lepas dari pelet nya Aldo, Nessa bertekad akan mengobati nya.

Rasa nya tidak adil pula bila membiarkan Rian mati dengan penyakit itu, Bukan kemauan Rian dia menjadi gay begini, Tapi karena pengaruh pelet nya Aldo lah yang merusak jiwa pria ini, Purnama tak yakin bahwa Rian akan ingat semua hal yang sudah ia lalui bila nanti sudah lepas dari pelet nya siluman kadal itu.

"Ada orang sakti yang menutup pandangan Maharani dan Nilam selama di sana, Bukan hanya pandangan mereka saja. Bila kita kesana pun tak akan bisa melihat arwah yang mengganggu Nessa." Fatma datang sambil berkata pelan.

"Dugaan ku itu adalah orang nya Aldo, Dan ku rasa yang minta tolong itu adalah istri Rian yang pertama." Purnama yakin seratus persen.

"Jari yang Nessa tunjukan tadi itu milik wanita yang sangat cantik, Dia terkurung dalam tujuh tempat. Salah satu nya sudah hancur, Bila ingin melepaskan arwah nya, Maka kungkungan itu harus di hancurkan semua." Fatma melihat pandangan dengan mata biru nya.

"Ih pintar nya istri ku." Arya memeluk Fatma.

"Sadar diri kau, Kampret! Orang lagi ada acara pun kau masih saja lengket sama dia." Kesal Purnama.

"Udah selesai kok, Kan tadi aku yang memimpin doa." Arya berkata sambil memeluk istri nya.

Purnama mengangkat bibir nya sebelah karena kesal dengan kelakuan pengantin baru ini, Tak sadar tempat atau pun banyak orang yang melihat. Malahan sekarang Arya yang terlihat sangat bucin, Padahal sebelum nya Fatma yang begitu ugal ugalan mencintai Arya.

Melihat pasangan baru ini yang begitu lengket, Nessa hanya menatap nya sendu karena dia tak bisa begitu, Suami nya malah memilih terong dan tidak mau pada apem nya.

"Sudah kau berikan sayur daun kelor itu?" Tanya Purnama ketika Nessa mendekat.

"Sudah, Tapi dia hanya makan sedikit karena tak suka sayur." Jawab Nessa.

"Tak masalah, Yang penting dia makan." Sahut Purnama.

Nessa semakin merapat duduk bersama Purnama dan Fatma, Dia ingin suami nya segera terbebas dari jerat pelet nya Aldo. Purnama mengangguk dan segera berdiri menuju bagian belakang rumah, Nessa pun ikut bangun mengajak suami nya.

"Mau kemana, Dik?" Rian bertanya pelan dengan mata merah karena terus menangis.

"Itu Purnama mau menunjuk kan sesuatu, Kamu di panggil." Nessa menggandeng suami nya.

Rian menurut saja dengan ajakan istri nya, Lagi pula dia tidak ingin debat. Lebih baik menurut saja dengan ajakan istri nya, Dia menatap sekeliling yang tampak adem.

Maharani dan Nilam yang tadi nya mau pacaran, Akhir nya urung karena lebih penasaran dengan apa yang akan Purnama lakukan, Apa lagi melihat gaya Purnama yang sudah seperti preman kampung saja.

"Tidak usah malu dan tidak usah mengelak, Aku tahu bahwa kau gay dan kau juga dalam pengaruh pelet lawan main mu." Purnama berkata langsung.

Rian menatap Nessa dengan pandangan sedikit tak terima karena aib nya di umbar, Namun Nessa berusaha cuek saja karena dia bercerita demi kebaikan nya Rain agat bisa tobat dari dunia pelangi.

"Tidak usah marah pada istri mu, Aku di sini untuk membebaskan mu dari pelet siluman ikan cupang itu." Purnama menatap mata Rian.

Seolah tersihir dengan tatapan nya Purnama yang sangat mematikan, Rian tunduk saja dengan apa yang Purnama katakan. Purnama mendekati Rian dan memeriksa di bagian dada nya, Terpaksa pula menyentuh pria yang bukan suami nya.

Purnama mengambil sisik nya dari tubuh sendiri yang berwarna emas, Di tempelkan pada lidah Rian yang dia tarik. Nessa agak ngeri melihat Purnama yang sedang serius, Dalam hati dia ada bersyukur karena punya saudara yang mau peduli pada nya.

Sisik emas itu perlahan menjadi hitam dan mencair, Saat itu juga Rian muntah dengan jumlah yang sangat banyak. Purnama memukul tengkuk nya dengan sapu yang sudah usang, Segala kotoran yang Aldo berikan keluar semua nya.

"Huek, Huek."

"Siapa nama mu?"

"Rian pratama."

"Siapa nama istri mu?" Purnama bertanya lagi.

"Camelia." Rian ingatan nya terhenti ketika dia belum terkena pengaruh pelet nya Aldo.

Sosok Nessa sama sekali tidak di ingatan nya, Dalam hidup Rian hanya ada Camelia saja. Tak ada nama Nessa atau pun tentang kematian Ibu nya yang sangat tragis, Rian hanya ingat sampai dia di tarik oleh Aldo ketika akan masuk kekantor.

"Siapa kalian?" Rian bertanya bingung dan menatap keadaan sekitar.

"Berusaha lah mengingat nya, Pelet ini belum hilang sepenuh nya karena sudah menjadi darah daging mu! Pasti masih ada sepenggal ingatan dalam otak mu." Tegas Purnama.

Rian menatap Nessa seperti orang bingung karena dia memang belum ingat, Otak nya terasa sangat acak acakan karena banyak kenangan yang sudah terjadi selama dam pengaruh pelet.