NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6 Dia Tidak Seiseng Itu

“Kak Mark kemana yah” Gisel menyimpan ponselnya disampingnya.

Sudah beberapa kali Ia menghubungi kakaknya namun belum juga mendapat jawaban.

“Apa jadi dokter sesibuk itu yah” Ia lalu merapikan beberapa barang dan memesan ojol untuk berangkat ke kampus.

.

“Halo Kak..!” Sapa salah satu anggota BEM yang ada di ruangan tersebut.

“Hmm” Haikal hanya menganggukkan kepalanya menjawab sapaan.

“Lu kaya orang bisu aja ha hem ha hem doang” tegur Riza yang melihat kelakuan temannya yang tidak pernah berubah.

Haikal hanya tersenyum dengan sebelah bibirnya terangkat mendengar umpatan temanya itu.

Entah kenapa Ia susah marah jika Riza yang mengusiknya, mungkin karena badan Riza yang lebih mungil diantara mereka hingga Ia tidak akan tega memarahinya.

“Za, kemarin Lu ngapain pulang cepat?” Tanya Haikal dengan muka penasaran.

“Kemarin nyokap mau dijemput dari tempat arisan” jawabnya santai

“Lu beneran udah sehat kan?” Haikal masih kurang yakin dengan jawaban Riza

“Lu bener-bener yah, Gue emang gampang sakit tapi bukan penyakitan” kesal Riza yang mendengar pertanyaan Haikal seolah Ia memiliki penyakit parah

“Yah kan Gue kuatir doang” jawabnya dengan senyum jahil.

Haikal kadang jahil, namun tidak banyak yang tahu kecuali orang terdekatnya.

.

“Karin kemana sih, masa biarin Gue kesini sendiri” kesal Gisel yang harus menyerahkan proposal yang dibuatnya pada Juan sendirian.

Gisel perlahan masuk kedalam ruangan BEM, dan yah didalam hanya ada Riza, Haikal dan beberapa anak yang lainnya yang juga sibuk dengan pekerjaannya.

“Hai….” Sapa Riza

“Hai Kak, Gue mau bawain proposal kegiatan, tapi Kak Juan nya nggak ada yah?” Tanyanya dengan sedikit canggung.

“Katanya sih udah dekat, Lu tungguin aja. Atau kalau ada kelas ntar kelar kelas aja baru kesini lagi” jawab Riza dengan solusi terbaiknya.

“Nggak kok Kak, Gue kelasnya sejam lagi” jawabnya dengan senyum ramahnya.

Gisel sadar bahwa selama Ia berbicara dengan Riza tatapan dingin Haikal tertuju padanya.

“Lu bisa nggak sih bisa aja liatin anak orang, ntar kalau dia takut gimana?” tegur Riza yang juga memperhatikan tatapan Haikal.

“Gue biasa aja” jawabnya datar lalu Kembali pada buku yang ada di tangannya.

Gisel juga dudu disalah satu kursi dan mengeluarkan satu buku dari dalam tasnya untuk mengusir ke gugupnya berada dihadapan Haikal.

.

“Karin…!” teriak Nia yang melihat Karin sedang berjalan menuju ke gedung tempatnya berada.

Karin yang mendengar ada seseorang memanggilnya segera berjalan menuju kearah Nia.

“Lu ngapain disini?” tanya Karin yang melihat Nia, Wina dan juga salah satu temannya.

“Ini ruang seni, Gue ikut organisasi Seni” jawabnya dengan antusias.

“Jadi teman-teman Lu Gar?” tanya Candra pada Jigar yang ada ditengah-tengah mereka.

Karin sebelumnya bersama dengan Candra hendak keruang BEM, karena ingin menyusul Gisel.

“Loh kalian saling kenal?” tanya Nia yang pada Jigar dan Candra

“Iya, ini teman Gue yang punya suara bagus, yang Gue cerita kemarin” jawab Jigar

“Wah seru nih kayanya kalau kita berteman” seru Wina yang menyadari kebetulan yang luara biasa.

“Ya udah gimana ntar balik kampus kita nongkrong di cafe depan?” tawar Nia.

“Gimana Can Lu mau nggak?” tanya karin

“Gue sih ayo aja” jawabnya santai sembari melirik Jigar.

Ia tahu betul bagaimana introvertnya seorang Jigar dan sekarang malah mempunyai teman yang tampak lebih ribut.

“Ya udah kita nyusul Gisel dulu yah, bentar Gue chat kalau udah kelas kelas” ucap karin

Karin dan Candra bergegas pergi setelah mendapat anggukan ketiga temannya itu,

Sedangkan Candra sempat menepuk bahu Jigar sebelum meninggalkannya.

.

Seperti kesepakatan mereka sebelumnya kini enam orang tersebut sudah berada disalah satu cafe terdekat dengan kampus.

“Lu kenapa sih Gi pantengin hp mulu?” tanya Karin yang melihat Gisel sedari tadi fokus pada ponselnya.

“Nggak papa kok, Gue lagi nungguin balasan dari Fina, takutnya dia belum makan” jawabnya asal namun dibalas anggukan oleh yang lainnya.

“oh Lu teman dekatnya Jigar kan?” tanya Nia pada candra

“Iya” balasnya singkat.

“Jigar emang pemalu yah?” tanyanya lagi.

Karin melirik Jigar yang kini menatap Nia bingung.

“Kok Lu malah nanya Candra, kan Jigar nya ada depan Lu” jawab Gisel yang juga ikut kebingungan dengan pertanyaan Nia.

“Dia Cuma bilang biasa aja, kaya nggak ada jawaban lain” sambung Wina melirik Jigar.

“Eh kalian jangan ngatain teman Gue yah, kayanya dia tertekan deh ada diantara kalian berdua” Candra tahu betul bagaimana sikap temanya.

“Nggak yah, malah kita yang bantuin dia buat percaya diri” jawab Nia yang tidak terima tuduhan Candra.

“Dia ini masih bayi jadi kalian jangan kasar-kasar” jawab Candra

Jawaban Candra tersebut membuat keempat gadis yang ada di sana membuka mulutnya karena terkejut.

Seperti ucapan Candra, Jigar memang masih membutuhkan pengawasan, masih banyak hal yang tidak Ia ketahui, apalagi Ia mempunyai kakak yang selalu memanjakannya.

“Lu ngomong jangan sembarangan dong, masa anak segede ini dibilangin bayi sih” protes Nia yang tidak terima.

“Tanya aja sendiri kalau nggak percaya, bahkan dia tidak bisa memasak mie instan” Candra mengedikan bahunya membayangkan betapa susahnya hidup sebagai Jigar.

Nia dan Wina menatap Jigar yang duduk disamping mereka, sedangkan Gisel dan Karin kini mulai menggelengkan kepala melihat Jigar yang seolah tidak protes dengan apa yang diucapkan oleh candra.

Jigar pasrah karena benar adanya seperti itu, karena kakaknya yang selalu memanjakannya sehingga Ia hampir tidak mengetahui banyak pekerjaan.

“Udah nggak papa, Lu pasti susah kan hidup dalam ketidak tahuan” ucap Gisel yang prihatin.

Karin, Nia dan Wina menganggukkan kepalanya seolah memberikan kekuatan pada Jigar.

Jigar mengangkat kedua tangannya seolah ingin menjelaskan bahwa sebenarnya Ia tidak sesusah itu.

“Aiihh, Kalian berlebihan, dia seperti itu karena kakaknya terlalu menyayanginya” ucap candra agar tidak membuat ke empat perempuan itu mengasihani Jigar.

.

.

“Kok kak Mark belum balas pesan sih, Gisel mulai menggerutu melihat ponselnya yang belum juga mendapat balasan dari Mark.

Gisel kini sendiri berada di cafe karena Ia tidak ingin merepotkan temannya yang lain dan mengatakan bahwa kakaknya akan menjemputnya. Namun sampai saat kini Mark belum juga membalas pesannya.

Gisel pun keluar meninggalkan cafe dan menuju halte untuk menunggu angkutan umum yang bisa ditumpanginya kembali ke apartemen.

Gisel tidak akan pulang ke rumah jika tidak bersama dengan Mark, karena akhir-akhir ini kedua orang tuanya selalu ribut entah apa yang membuat mereka selalu bertengkar bahkan kadang tidak peduli dengan keberadaan Gisel.

Gisel menatap jalanan dengan tatapan kosong “Gisel tidak menyadari sebuah mobil hitam yang berhenti didepannya.

“Jangan melamun, itu mempermudah penculik, untuk menculik mu” ucap seorang pria yang duduk disamping Gisel

“Eh Kak Haikal, sejak kapan kakak ada disini?” tanya Gisel yang terkejut dengan kehadiran Haikal

“Sejak dua orang penculik disudut sana berencana menculik mu” ucap Haikal disamping telinga Gisel.

Gisel yang mendapat bisikan seperti itu refleks membalikkan wajahnya menghadap ke Haikal.

Dan siapa sangka kini wajah keduanya berhadapan dengan jarak yang cukup dekat bahkan keduanya saling merasakan nafas satu sama lain. Hingga Gisel tersadar dan kembali memalingkan wajahnya.

Haikal yang melihat wajah Gisel memerah hanya tersenyum tipis dan tentu Gisel tidak melihatnya karena Ia sudah mengalihkan pandangannya kearah lain.

“Ayo pulang bareng kalau nggak mau diculik” ucap Haikal lalu segera berjalan menuju mobilnya yang terparkir didepan Gisel

Gisel memperhatikan sekitarnya. Kini memang sudah menjelang malam sehingga tempat tersebut sudah sangat sepi.

“Tadi Kak Haikal benar liat ada yang mau culik Gue atau Cuma iseng yah” Gumam Gisel dalam hatinya dengan wajah berpikirnya.

“Gue nggak se iseng itu” ucap Haikal santai seolah mendengar apa yang dikatakan Gisel dalam hatinya.

“Gila ini orang kok bisa tau apa yang Gue pikirin” Ucap kembali Gisel dalam hati dengan senyum sungkan pada Haikal.

.

Haikal memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran apartemen. Namun Ia tidak langsung turun karena Gisel kini masih menatap area parkiran tanpa berniat untuk turun.

“Lu betah banget yah di mobil Gue?” tanya Haikal membuyarkan lamunan Gisel.

“Eh Kakak kok tahu apartemen Gue?” tanyanya dengan bingung.

“Kebetulan ini apartemen milik Gue, jadi Gue tahu semua orang yang tinggal disini” ucapnya lalu keluar dari mobil.

Gisel juga segera keluar dari mobil dengan wajah terkejutnya.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!