NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Hanya lima detik, Tara membiarkan bibirnya bersentuhan dengan bibir Freya yang ranum dan lembut. Nafas gadis itu seketika saja tercekat. Ribuan kupu-kupu kembali menari di dalam perutnya. Bahkan jantungnya yang berdebar hebat semakin berpacu begitu cepat.

Kedua pipinya tak kalah bersemu saat nafas Tara yang hangat mengenai wajahnya. Tara bukan hanya mencuri hati Freya, tetapi lelaki beraroma maskulin itu juga telah mengambil first kiss miliknya.

"Gue pulang ya Frey." ucapnya sambil tersenyum. Tidak ada kecanggungan yang terlihat dari gerak-gerik Tara. Seolah yang barusan terjadi adalah suatu hal yang wajar baginya.

Tanpa menunggu respon dari gadis di sampingnya, lekas Tara keluar dari kamar gadis itu. Anehnya rasa lelahnya menghilang begitu saja setelah mencoba hal yang membuatnya penasaran sejak tadi.

Sebelum meninggalkan rumah yang memiliki kesan sederhana namun terasa nyaman itu, terlebih dulu Tara menghabiskan teh yang telah di suguhkan oleh bunda Freya. Tak enak rasanya jika ia menyisakan sedikit saja teh buatan sang tuan rumah. Terkesan tak menghargai dan takut merasa mubazir.

Tara pun pamit, lalu segera menarik diri. Malam yang semakin pekat membuat lelaki itu bergegas menyalakan mesin mobilnya. Kemudian melaju memecah jalanan ibu kota yang masih di penuhi banyak kendaraan.

***

Pagi-pagi sekali Tara sudah rapi dengan outfit casualnya. Ia melenggang santai melewati meja makan di mana ada Andre sedang menikmati sarapan seorang diri.

"Mau kemana lo?" pertanyaan ketus Andre malah di anggap angin berlalu oleh Tara. Ia terus melangkah, hingga Andre yang kesal hanya bisa menatap punggungnya. "Berasa ngomong sama tembok gue!"

Selagi kedua orang tuanya berada di luar kota, Tara pun memanfaatkan kesempatan itu untuk bertemu dengan Freya. Tak peduli jika kehadirannya nanti malah akan menganggu gadis itu. Rasa khawatirnya terhadap Freya lah yang mendesaknya untuk segera datang ke rumah gadis yang ia sukai tersebut.

Motor sport hitam milik Tara sudah melaju bebas di jalanan ibu kota yang belum banyak kendaraan berlalu lalang. Selain karna memang masih pukul 7 pagi, bus yang biasa mengantarkan anak sekolah sedang tidak beroperasi.

Beberapa menit tak terasa bagi Tara hingga kini kendaraan roda dua yang ia naiki telah tiba di depan rumah Freya. Segera ia menggeser pagar besi yang tak terkunci itu. Tanpa sungkan ia mulai memasuki area perkarangan rumah walau belum meminta izin dari pemiliknya. Seolah Tara sudah menjadi bagian dari keluarga yang tinggal di rumah itu.

"Tante..." sapanya dengan ramah. Bunda Freya yang tengah sibuk melaundry pakaian milik para pelanggan seketika menoleh. "Eh, nak Tara. Loh kamu ngapain ke sini? Hmm... maksud tante kamu pagi-pagi kok udah sampe sini?" tanya wanita itu heran, apalagi melihat penampilan Tara yang sangat rapi.

"Saya mau liat keadaan Freya, tante. Freya nya udah bangun kan tan?" memang remaja yang sedang di mabuk asmara itu suka lupa waktu dan tempat.

"Hm, kayaknya sih belum. Sebentar biar tante liat dulu. Kamu tunggu di ruang tamu ya."

Namun Tara yang tau betul akan kondisi kaki Freya menolak untuk hanya sekedar menunggu. Ia meminta izin kepada bunda Freya agar di perbolehkan menemui gadis itu di balkon. Setidaknya Freya tak perlu menuruni anak tangga, pikir Tara.

Wanita yang mengenakan daster coklat itu diam sejenak. Lalu ia pun mengizinkan. Karna tangga yang merupakan akses menuju ke lantai 2 rumahnya hanya bisa di lalui satu orang saja, bunda Freya pun mempersilahkan Tara berjalan terlebih dulu.

Sudah beberapa kali berkunjung ke rumah Freya membuat diri Tara tak merasakan canggung sama sekali. Dengan santainya ia melangkah ke arah balkon sembari menunggu Freya keluar dari kamarnya.

"Loh, kamu udah bangun Frey?" Tari menghentikan langkahnya tepat setelah membuka pintu kamar anak gadisnya. Ia pikir Freya masih terlelap, terlebih anaknya itu baru saja pulang mendaki dan pastinya membutuhkan waktu istirahat yang lebih lama.

Freya yang tengah merapikan kasurnya hanya mengangguk.

"Udah-udah biar bunda aja yang beresin. Kamu temui Tara aja sana." ujar Tari.

"Tara ke sini bun?!" Freya tersentak, namun sang bunda hanya mengangguk santai. "Ngapain dia pagi-pagi dateng ke sini? nggak punya kegiatan lain apa tuh orang!"

"Udah buruan, kasian itu si Tara udah nunggu dari tadi." desak Tari sembari menarik tangan Freya keluar kamar.

Karna salah satu kakinya masih terpasang perban elastis, dengan sedikit kesulitan Freya melangkah menghampiri Tara.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Freya yang kini berdiri tepat di belakang Tara.

Tara langsung menoleh dan menatap Freya. Rambut yang di gelung ke belakang dengan poni yang sedikit berantakan, membuat Tara justru tak bergeming dari gadis di depannya. Ditambah lagi Freya masih mengenakan piyama selutut bermotif kelinci, menambah kesan menggemaskan dari gadis itu.

"Tara!" sentak Freya.

"Lo cantik banget Frey." ucap Tara spontan.

 "Apa lo bilang?" Freya tak terlalu jelas mendengar ucapan Tara yang setengah berbisik itu.

"Lo cantik banget, kata gue." ulang Tara, kali ini dengan suara yang jauh lebih keras.

Bukannya merasa berbunga-bunga apalagi tersipu malu, Freya justru berdecih seraya memutar bolanya malas. Ia sebenarnya enggan untuk bertemu dengan Tara, terlebih dirinya masih tak terima akan perbuatan Tara semalam. Mengecup bibirnya lalu pulang begitu saja. Menurut Freya, Tara seolah tak bertanggung jawab.

"Lo nggak ada kegiatan lain apa gimana sih?!" sekak Freya dengan ketus, dari cara bicara gadis itu menunjukkan jika dirinya tak menyukai keberadaan Tara.

"Ada kok. Jam 10 nanti gue mau latihan basket sama anak-anak. Tapi karna gue khawatir sama lo, jadi gue sempetin waktu gue sebentar buat liat keadaan lo." jawab Tara santai dan tak merasa terganggu dengan tatapan dingin dari Freya.

"Gue udah nggak papa. Mendingan lo pulang sekarang ."

Lagi, Tara tak peduli dengan sikap acuh yang ia dapatkan. "Sini duduk, gue tau kaki lo masih sakit." ujarnya sambil menarik lengan Freya ke arah kursi yang tertata di balkon.

Walau kesal, Freya menurut begitu saja. Duduk di samping Tara sepertinya bukan pilihan yang buruk.

"Lo kenapa sih Frey? pagi-pagi gini udah badmood?" tanya Tara yang ternyata peka.

"Siapa juga yang badmood!" jawab Freya ketus.

Tara pun tertawa kecil. Sudah jelas mood gadis itu yang sedang tak baik, namun ia malah berdalih.

Tara kemudian menoleh ke arah gadis di sebelahnya. Lalu mengambil ponsel dari saku celana jeansnya kemudian mengarahkan benda pipih itu menghadap Freya.

Satu foto berhasil ia dapatkan tepat ketika sinar mentari pagi menyorot wajah gadis itu. Kedua pipi gadis itu pun tampak kemerahan terkena sinar hangat dari sang surya.

Freya yang tersadar seketika menoleh. "Lo moto gue?!" tanyanya sambil beranjak dari kursi.

"Ck... kepedean banget lo." sahut Tara, lalu memilih fokus menatap layar ponselnya. Bukan ingin menuduh Tara, namun gelagat lelaki itu benar-benar membuat Freya merasa curiga. Apalagi Tara beberapa kali tersenyum menatap benda di tangannya itu.

"Mana sini gue liat." Freya pun langsung merebut ponsel itu dari pemiliknya. Matanya seketika membulat sempurna saat melihat potret dirinya yang hanya mengenakan piyama tidur itu ada di ponsel Tara.

"Lo mau ngapain Frey?" Tara turut bangkit dari duduknya dan menghampiri Freya.

Freya tak menjawab. Berselang beberapa menit ia mengembalikan benda itu kepada Tara. "Nih, udah gue hapus foto gue. Enak aja lo sembarang ngambil foto orang. Mana gue masih pake piyama lagi." celetuknya kesal.

Segera Tara mengambil ponsel miliknya dari tangan Freya. Ia tak marah dan malah mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu"Lo itu pake apa aja tetep cantik kok Frey." ucapnya.

"Tara..." lirih Freya.

"Kenapa? Lo nervous sedekat ini sama gue?" tanya lelaki itu dengan suara yang amat lembut.

Freya mengangguk pelan, sementara netranya saling beradu dengan netra Tara.

Tara pun mengulur senyum lebar sebelum akhirnya mengecup bibir Freya kembali. Sekali ini lebih singkat dan hanya berlalu dua detik saja.

"Frey... Freya...." suara bunda Freya terdengar menggema dari arah anak tangga. Perlahan suaranya semakin mendekat. Segera Tara menjauh dan menjaga jarak dari Freya. Takut jika bunda Freya akan berprasangka yang tidak baik kepadanya.

"Ayo sarapan dulu. Sekalian Tara nya di ajak." teriak Tari dari jarak beberapa meter. Ia sengaja tak menghampiri hingga ke balkon. Ia tak ingin membuat Freya dan Tara merasa tak nyaman dengan kehadirannya.

Wanita itu lalu kembali menuju ke dapur. Menyiapkan beberapa hidangan agar anak gadisnya dan juga tamunya bisa menikmati sarapan.

Seperginya bunda Freya, Tara pun melangkah mendekat ke arah Freya lagi. "Ayo Frey." ajaknya sambil memegang tangan gadis itu.

"Ke mana?" tanya Freya sembari berusaha menetralkan detak jantungnya yang sempat berdebar hebat.

"Ke pelaminan." jawab Tara singkat namun berhasil membuat Freya membelalakan matanya. "Ya ke bawah lah, kan nyokap lo udah nyuruh kita sarapan." sambung lelaki itu segera menarik lengan Freya.

"Bentar Tar..." cegah Freya.

"Kenapa lagi Frey?"

"Gue butuh penjelasan!"

"Iya nanti gue jelasin. Gue mau sarapan dulu, laper banget gue." Tara kembali menarik lengan Freya walau gadis itu sama sekali tak mau bergeming dari tempatnya.

"Astaga, gue lupa." seketika Tara melepas lengan Freya dan langsung menggendong gadis itu.

"Tara... turunin gue! Kalo nyokap gue liat gimana?" Freya terlihat panik.

"Kan nyokap lo udah liat. Lo lupa kalo semalem gue yang nganterin lo pulang?"

Freya terdiam, mengingat bahwa semalam pun Tara memang melakukan hal yang sama kepadanya.

Saat Tara hendak menuruni anak tangga, kembali Freya mencegahnya.

"Kenapa lagi sih Frey?"

"Tara...gue bisa jalan sendiri. Kaki gue itu cuma cedera bukan lumpuh."

"Yakin lo bisa jalan?" Tara memastikan walau ia sendiri pun tak yakin.

Freya mengangguk. Dengan berat hati Tara pun harus menurunkan Freya. Namun ia tak kehabisan akal. Lengannya yang sedikit kekar tiba-tiba saja sudah merangkul pinggang gadis itu.

"Lo mau ngapain Tar?" sentak Freya.

"Mau bantuin lo lah. Emangnya lo bisa turun sendirian? Enggak kan?! Yaudah jadi biarin gue ngebantu lo." papar lelaki itu semakin mengeratkan rangkulannya.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!