NovelToon NovelToon
Terjerat Pernikahan Dengan Pria Kejam

Terjerat Pernikahan Dengan Pria Kejam

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Romansa Modern / Masokisme / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pembalasan dendam / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nadziroh

Demi menghindari bui, Haira memilih menikah dengan Mirza Asil Glora, pria yang sangat kejam.

Haira pikir itu jalan yang bisa memulihkan keadaan. Namun ia salah, bahkan menjadi istri dan tinggal di rumah Mirza bak neraka dan lebih menyakitkan daripada penjara yang ditakuti.

Haira harus menerima siksaan yang bertubi-tubi. Tak hanya fisik, jiwanya ikut terguncang dengan perlakuan Mirza.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernikahan

Hanya hitungan jam, kini Haira sudah sah menjadi istri Mirza. Tak banyak orang yang datang ke acara itu. Sangat tertutup untuk kalangan orang kaya. Hanya beberapa tamu yang sengaja diundang untuk menyaksikan pernikahannya. Pernikahan atas dasar sebuah balas dendam karena kematian calon istri Mirza.

Haira mematung di sudut ruangan. Menatap Mirza yang terlihat bercanda dengan seorang pria yang tak ia kenal. Matanya mengelilingi beberapa pelayan yang melintas di depannya. Menyuguhkan hidangan layaknya di pesta pernikahan. Tidak ada yang menyapa, kehadirannya seakan tak berarti di mata mereka. 

"Sebentar, nanti aku kembali," ucap Mirza pada Aslan. Ia menghampiri Haira lalu menarik tangan gadis itu dengan paksa. 

Arini yang melihat itu hanya bisa tertawa, meskipun kini Haira adalah istri Mirza, tak menyurutkan niatnya untuk merebut sang kakak kembali. 

"Tuan, lepaskan saya!" Haira sempoyongan, mengikuti langkah lebar Mirza yang mencengkram pergelangan tangannya. Namun, tenaganya yang lebih kecil tak mampu melawan tenaga Mirza. 

Gaun mewahnya itu terus terinjak high heels yang dipakai hingga sesekali Haira terhuyung menabrak tubuh sang suami. 

Setibanya di kamar 

Mirza mendorong tubuh Haira hingga gadis itu jatuh di lantai. Ia ikut masuk dan mengambil dua buku dari saku jas nya. Merobek surat nikah yang beberapa menit ditanda tangani lalu melemparkan ke arah Haira. 

"Sekarang kamu tidak bisa lepas dariku." 

Hahaha

Tertawa keras, menggema hingga membuat Haira takut. Mirza bagaikan monster di matanya. Sampai kapan ia akan bertahan menghadapi manusia setengah siluman seperti suaminya. 

Mirza kembali mendekat. Lalu berjongkok mencekik leher Haira hingga sang empu meringis kesakitan. 

"Lepaskan saya, Tuan," ucap Haira dengan suara serak. 

Mirza menatap mata Haira. Rahang kokohnya semakin mengeras. "Lepas, kamu bilang, bahkan ini belum seberapa dibandingkan dengan kematian Lunara. Sekarang nikmati, aku akan membuatmu mati perlahan."

Cairan bening menetes membasahi pipi Haira. Dadanya terasa sesak, kedua tangannya gemetar saat ia kesulitan bernapas. Tangan Mirza seperti malaikat maut yang siap mencabut nyawanya. 

Merasa puas, Mirza melepaskan tangannya lalu berdiri memunggungi Haira. 

Gadis itu menghela napas panjang. Ia pikir akan meregang nyawa saat itu juga, tapi nyatanya Tuhan berkata lain, Haira masih diberi kesempatan untuk hidup, meskipun dunianya semakin kelabu. 

"Ini belum seberapa, bersiap lah untuk menikmati hukumanmu." Mengucapkan dengan tegas. Memberi peringatan pada Haira supaya tahu apa yang akan dihadapi nanti. 

Sekarang Haira paham, jika kedatangannya ke rumah Mirza bukan mendapatkan jalan keluar akan masalahnya, tetapi menyerahkan nyawa. 

Ponsel yang ada di saku celana Mirza berdering. Sang pemilik segera merogoh dan menatap layarnya. 

"Halo, Kak," sapa Mirza pada orang yang ada di balik benda pipihnya. 

"Maaf, Za. Aku dan Kak Nita belum bisa pulang. Kakak ikut berduka cita atas meninggalnya Lunara. Kamu yang sabar, tabahkan hati kamu. Semoga Tuhan memberikan jodoh yang lebih baik lagi." 

"Nggak papa, Kak," jawab Mirza lirih. Ia masih belum bisa melupakan Lunara yang kini berada di dunia yang berbeda. 

Haira hanya bisa mendengarkan obrolan suaminya tanpa ingin pindah dari duduknya. Menunggu Mirza keluar dari kamar itu. 

Setelah selesai berbincang, Mirza pergi tanpa menoleh ke arah Haira. 

"Kalau aku tahu akan seperti ini, aku akan memilih dipenjara seumur hidup. Tapi sekarang aku tidak ada pilihan. Aku akan mati di tangan Tuan Mirza." 

Haira bangkit, ia menyeret kakinya menuju ke arah meja rias. Menatap bayangannya dari pantulan cermin, betapa malang nasibnya saat ini. Menjadi seorang istri, namun hanya tempat pelampiasan amarah suami. 

Gaun pengantin yang berwarna putih itu menjadi simbol jika dirinya tak lagi sendiri, ia bukan gadis yang bisa bebas di luaran sana, namun seorang istri dari pria yang membencinya. 

Hanya doa dari nenek yang bisa membuatku bisa bertahan, jangan pernah berhenti menguatkan aku, Nek. Suatu saat pasti aku bisa pulang, dan kita akan hidup bersama lagi. 

Terkadang masih berpikir ingin pulang, namun saat Mirza menyiksanya, Haira pun pasrah akan nasibnya. 

Setelah mengganti pakaiannya, Haira membaringkan tubuhnya mengurai lelah.

Baru beberapa menit terlelap, tubuh Haira merasa terguncang. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya pelan.

"Kamu siapa?" tanya Haira dengan suara khas bangun tidur. Menatap sosok yang berdiri di tepi ranjang. 

"Panggil saya Naina, sekarang Nona dipanggil Tuan Mirza di ruang makan," ucap Naina ketus lalu pergi.

Setelah punggung Naina menghilang bersamaan pintu yang tertutup rapat, Haira bergegas turun dari ranjang. Menguncir rambutnya dengan asal, tak lupa mencuci muka sebelum berhadapan dengan Mirza. 

Seperti perintah Naina, Haira langsung ke ruang makan menemui Mirza yang nampak duduk termenung. 

"Maaf, Tuan memanggil saya?" Tangan Haira saling terpaut. 

Tidak ada tanggapan, tangan Mirza yang ada di atas meja mengepal sempurna. Entah kenapa, dadanya terasa meletup-letup jika dirinya berada di dekat Haira. Bayangan Lunara melintas membuat Mirza kembali murka. 

"Kamu bukan Nyonya di sini, jadi tidak ada waktu untuk tidur. Apa kamu tidak paham dengan peraturan kemarin?"

"Saya tahu, Tuan. Tapi kepala saya pusing dan butuh istirahat, nanti kalau sudah sembuh pasti saya akan menjalankan semua perintah, Tuan." 

Haira mengucap dengan berani. 

"Maaf Nona, jika anda kurang paham. Mohon dibaca lagi." Erkan menyodorkan kertas itu lagi di depan Haira. 

"Saya paham, tidak boleh membantah atau menolak, harus menuruti semua perintah Tuan Mirza," ucap Haira tanpa membacanya lagi. 

"Sekarang waktunya Tuan Mirza makan siang, tolong Anda memasak untuknya."

Haira mengangguk lalu berjalan menuju dapur. Meskipun penghuni rumah itu sangat banyak, tetap saja ia merasa sendiri dan asing. 

Baru beberapa langkah, tragedi keji sudah menimpanya, Haira jatuh tersungkur saat kakinya menyandung sesuatu. 

Lututnya yang tidak tertutup rok terluka dan mengeluarkan cairan merah karena terbentur lantai. 

Bi Enis hanya bisa diam. Ia tak berani membantu Haira yang nampak kesakitan. 

"Sakit?" tanya wanita yang berdiri di depan Haira. Melipat kedua tangannya dan tersenyum lebar. Siapa lagi kalau bukan Arini, si biang kerok.

Mirza hanya menatap sekilas tanpa ingin ikut campur. 

Aku tidak boleh lemah. Perempuan seperti ini harus dilawan. Hanya Tuan Mirza yang berhak menghukumku, bukan orang lain.

Haira berdiri lalu mengulurkan tangannya. Mendaratkan tamparan keras di pipi Arini yang membuat sang empu menjerit. 

Terpaksa Mirza beranjak dari duduknya menghampiri Arini dan Haira. 

"Ada apa ini?" tanya Mirza, tatapannya mengarah pada Haira. 

Arini berhamburan memeluk sang kakak sambil menangis. Mengelus pipinya yang terasa perih. 

"Dia menamparku, Kak," adu Arini menunjuk dada Haira. 

"Tapi dia yang bersalah, Tuan. Dia yang membuat saya terjatuh dan terluka." 

Haira menunjuk lututnya yang memar. 

Mirza tak peduli itu, baginya saat ini, sebaik apapun, Haira tidak akan ada artinya. 

"Sekarang kamu minta maaf pada Arini, atau hukuman kamu lebih berat." 

"Tapi ini semua salah dia, Tuan."

Entah, rasa takut itu tiba-tiba saja lenyap. Haira membela dirinya yang merasa benar.

Mirza hanya bisa mengeratkan giginya. Kali ini tangannya terasa berat untuk memukul Haira yang berani melawannya.

1
Ayi Kurniawati
Luar biasa
Ayi Kurniawati
Lumayan
Afrina Wati
Luar biasa
Alifah Azzahra💙💙
Palingan juga sebentar lagi kamu akan bucin
Anonymous
ok
Mbun Abi
bagus ga berbelit belit👍👍👍
Shepty Ani
deg deg kan takut si lunara nekattrs bininya liat bisa berabe
Shepty Ani
kamu baikin lunara ya ibarat duri dlm daging mirza
Shepty Ani
mampus lu ngapain lagian dibawa pulang goblok juga udh gt pulang bareng lagi tolol juga si mirza
Shepty Ani
duh nyari penyakit si mirza
Shepty Ani
duh gawat haira klo sampe dia balikan sama lunara mending kamu sama anakmu pergi lagi yg jauh jangan pernah kembali ya biarin dia balikan ama mantannya
Shepty Ani
dicas dlu ampe full sebelom kerja biar batt nya nggak lowbatt wkwkwk
Shepty Ani
arini beneran udh jd baik apa ada udang dibalik batu nih
Shepty Ani
jangan" lunara hamil sama halil
Shepty Ani
nada bukan adek kandung haira kan jd nggak usah belagak" ngambek lu gw pulangin keasal lu yak erosi deh
Shepty Ani
cih si nada suka ama mirza kasih aja si nada ke rentenir biar dibawa
Shepty Ani
welcome back tuan muda kemal hihi
Shepty Ani
tuh kan ayla pasti dibalik kecelakaan lunara cwe licik ini mah udh kecium ampe sini baunya wkwk pasti entah dia ngomong apa kelunara trs sengaja bundir menabrakkan diri dijln atau sengaja didorong entahlah yg pasti haira cuma korban yakin pasti
Shepty Ani
aku yakin kecelakaan lunara ada sangkut pautnya sama antara ayla sama arini pasti ada kesengajaan mgkin didorong atau apalah yakin sih pasti ada yg sengaja haira pasti cuma korban kambing hitam yg kebetulan lewat dia yg nabrak
Lisa Gusti
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!