It'S Me, ALETA

"Dek" Ini kesekian kalinya Akmal mengetuk pintu kamar sang adik. Namun tidak ada jawaban dari dalam sejak tadi. Ada perasaan khawatir, Akmal takut Aleta demam. Karena semalam adiknya itu terlalu banyak mengkonsumsi ice cream.

"Kenapa sayang? " Ranti yang melintas heran ketika melihat tunangan nya berdiri didepan kamar Aleta.

"Dibangunin gak jawab dari tadi, aku khawatir" Terang Akmal.

"Gimana mau nyaut, Aleta nya didepan, lagi ngecek mobil Om Teo yang mau dibawa nanti" Akmal hanya menatap tunangannya dengan tatapan cengo. Mendengar penjelasan Ranti membuat Akmal tampak terlihat bodoh.

"Loh Abang sama Kakak ngapain di depan kamar Aal? " Aleta yang hendak masuk kedalam kamarnya cukup kaget melihat sepasang kekasih itu tampak berdiri di depan kamarnya.

"Abang kamu mulai tadi ketuk pintu, mau bangunin kamu. Gak tau dia kalau kamu ada di luar" Jelas Ranti.

"Uhh so sweet sekali Abang Aal ini, Kakak kenapa belum siap-siap? Kakak make up sendiri atau gimana? " Tanya Aleta, karena nanti mereka akan menghadiri acara akad nikah Mateo yang diadakan di rumah mempelai wanita.

"Abang bawa kamera kan? " Akmal mengangguk.

"Aal lihat lensanya dong, Aal lupa bawa lensa yang baru beli"

"Pakai punya Abang aja, itu yang terbaru semua" Aleta hanya mengangguk dengan tatapan berbinar.

Akmal salah satu tipikal orang yang tidak suka barangnya disentuh apalagi dipinjam orang lain. Namun pengecualian untuk Aleta, dia bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa takut Akmal akan mengamuk padanya. Ranti saja masih harus berhati-hati dalam setiap tindakannya, berbeda dengan Aleta yang tampaknya bisa melakukan apa saja. Meskipun Ranti tahu jika Akmal tidak akan marah ketika dirinya menyentuh barang-barang yang menurutnya penting, Tapi ada ketakutan tersendiri ketika Ranti hendak menyentuh atau meminjam barang milik Akmal, karena Ranti tahu jika barang Akmal tidak dilabeli dengan harga yang murah.

"Aal mau mandi dulu, kalau ketemu mama tolong bilangkan, Aal make up sendiri gitu"

"Kakak juga make up sendiri"

"Mama gak sediain buat Kakak kah? " Biasanya Chacha akan memanggil salah satu anak buahnya jika memang ada acara besar seperti ini.

"Kakak yang minta" Jawab Ranti cepat, menjadi menantu seorang Chacha membuat Ranti harus tahu banyak hal. Meskipun dirinya tidak dituntut tapi dia hanya berusaha memantaskan diri untuk berada di lingkungan orang-orang multitalent itu.

"Lengkap semua make up Kakak? "

"Belum Kakak cek, Kakak asal comot aja pas mau berangkat"

"Kalau ada yang kurang ke kamar Al aja ya, Al mau mandi dulu" Aleta langsung masuk begitu saja, dirinya juga kebelet ingin ke kamar mandi sebenarnya, namun tertahan karena harus berbasa-basi dulu dengan Ranti.

"Kamu mau mandi atau gimana? " Tanya Ranti pada Akmal yang dengan sabar mendengarkan obrolannya dengan Aleta.

"Kamu aja yang siap-siap sana, masih mau make up kan? Aku mau ke belakang dulu. Dua sampai tiga putaran cukup untuk pagi ini" Akmal melihat jam ditangannya.

"Jangan terlalu siang, biar gak buru-buru nanti" Peringat Ranti, karena Akmal suka lupa waktu jika sudah berolahraga.

Akmal hanya mengangguk, mengecup singkat kening sang tunangan sebelum akhirnya berlalu begitu saja. Ranti sendiri juga langsung masuk kedalam kamarnya yang berada di samping kamar Aleta.

Penghuni rumah yang lain belum terbangun, tapi ketiga manusia itu sudah tampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Athaya saja masih bergelung dibawah selimutnya. Bahkan pemuda itu tidak sadar jika Aleta masuk dan menggantung seragam yang akan dikenakan nanti. Begitu pula dengan Ady, yang bahkan tidak terusik ketika Aleta menjahilinya.

Hari beranjak sedikit siang, Nilam datang dan langsung membangunkan para tuan muda dan nona muda yang ada di rumah tersebut. Nilam langsung melewati kamar Aleta dan Akmal, karena sudah pasti mereka akan bangun, kamar Ranti juga dirinya lewati. Karena Ranti sudah memberi kabar jika dirinya sedang bermake-up dan meminta tolong Nilam untuk menyediakan air untuk Akmal.

Kamar Athaya adalah yang pertama kali diketuk, berlanjut ke kamar Ady. Hingga Nilam cukup kaget saat hendak mengetuk kamar yang berisikan Alex dan Azka itu, tampaknya Alex membuka pintu saat Nilam hendak mengetuk nya.

"Aku sudah bangun, begitu juga teman ku" Bahasanya terlalu kaku untuk berbicara dengan orang tua. Namun itulah Alex dengan segala kecanggungannya.

"Baiklah, bersiap lah untuk sarapan nanti" Nilam berlaku ketika melihat Alex mengangguk. Alex meneruskan langkahnya pada tujuannya sejak tadi.

"Tante Nilam, mama dimana? " Athaya keluar dari kamarnya, mendapati Nilam yang berada di ujung ruangan.

"Dirumah uti, tadi subuh berangkat" Jawab Nilam.

"Papa juga? " Nilam hanya mengangguk. Sebenarnya itu pernyataan konyol yang Athaya tanyakan, karena jawabannya udah pasti. Dimana ada Chacha disitu pula ada Levi, papanya masih se posesif itu pada mamanya.

"Kamu mau sarapan dulu atau mandi dulu? "

"Sarapan dulu, mandinya nanti aja"

"Ya sudah, Tante mau siapin sarapan kalian dulu" Athaya hanya mengangguk dan membiarkan Nilam melewatinya.

Athaya sendiri masuk kedalam kamar Ady, tampaknya pemuda itu tengah melakukan work out dikamarnya. Athaya cukup takjub melihat Ady.

"Work out everyday" Sindir Athaya langsung melemparkan tubuhnya ke kasur milik Ady.

"Olahraga Tha, jangan males"

"Gak males gue Bang, cuma gak ada tenaga aja" Ketika sedang bersama keluarganya atau hanya berdua, Athaya akan menyematkan embel-embel abang pada nama Ady. Namun ketika bersama teman-temannya dia hanya memanggil nama saja.

"Alasan lo dari dulu gak berubah, gue jadi heran lo dapet perut sixpack itu dari mana. Kalau lo jarang olahraga"

"Ya takdir Tuhan" Athaya cukup random jika bersama dengan Ady.

"Gue geplak juga lo lama-lama Tha" Athaya hanya terkekeh, membuat Ady sedikit kesal adalah kesenangannya.

"Bang lo ikut kan nanti? "

"Ikut, gue nebeng mobil lo ya"

"Aleta gimana? " Ady tampak terdiam, seakan melupakan jika adik kecilnya itu tidak membawa mobil.

"Gampang deh, nanti gue bawa motor aja"

"Jangan lah, liat nanti aja lah" Athaya malas berpikir sekarang.

"Nanti kumpul di rumah uti kan? "

"Iya, gue mandi dulu Bang. Lupa gue kalau harus nganter mobil mahar ke rumah Om Teo" Athaya tampak terburu-buru keluar dari kamar Ady.

Ady hanya menggelengkan kepalanya pelan. Athaya pemuda yang baik, cukup kasih sayang dari mama dan papanya. Berbeda dengan kedua saudara kembarnya yang tinggal jauh. Hanya saja terkadang otaknya agak sedikit geser menurut Ady. Hingga pemuda itu tanpa sadar sering menyakiti adiknya. Ady juga bingung harus memihak pada siapa, karena keduanya sama-sama adiknya.

Ady hanya berusaha adil menjadi saudara dari mereka. Agar keduanya tidak merasa jika Ady pro salah satunya. Jika itu Aleta, akan mudah diatasi karena pada dasarnya gadis itu cuek dengan sekitar, berbeda dengan Athaya yang akan membuat drama seakan-akan dirinya korban. Memang minta di pites kembaran Aleta itu.