Mutiara Hitam

"Apa maksud Om Gio menculik aku seperti ini?" Tanya Ara datar, tak ada ekspresi takut diwajahnya. Sepanjang jalan tadi ia yang ketakutan seketika bersikap tenang ketika laki-laki yang membekapnya membuka penutup wajah dan ternyata dia adalah om Gio. Dan kini mereka berdua berada di taman kota yang sedang ramai pengunjung.

"Menculik?" Om Gio terkekeh mendengarnya. "Memangnya ada seorang penculik membawa tawanannya ke Taman seperti ini?" Dia justru balik bertanya.

"Lalu apa maunya Om Gio sebenarnya?"

"Hanya menyelematkan kamu," jawab om Gio sembari melempar pandangan pada lampu-lampu taman yang membuat taman tersebut menjadi lebih indah.

"Om. Jangan bercanda ya. Aku tidak sedang dalam keadaan yang membutuhkan penyelematan."

"Siapa bilang? Kalau tadi Om tidak segera membawa kamu pergi. Lihat saja besok, foto syur kamu akan terpajang paling depan di majalah dewasa."

Kedua mata Ara membulat pendengaran pernyataan pria paruh baya di sampingnya. "Apa? Foto syur majalah dewasa? Maksud Om Apa?" Tanyanya beruntun dengan ekspresi terkejut sekaligus kebingungan.

"Kamu tahu, Ara?" Om Gio menoleh menatap Ara sebentar lalu kembali melempar pandangan pada lampu-lampu taman. "Walaupun Om terlihat diam, tapi ada banyak sekali rahasia yang Om ketahui. Termasuk pernikahan kontrak antara kamu dan Rey."

Dan kali ini Ara benar-benar dibuat terkejut. Yang ia tahu hanya Sherly dan David serta Sela yang mengetahui pernikahan kontraknya dengan Rey. Om Gio, bagaimana dia bisa tahu?

"Gak usah tegang begitu," ucap Om Gio yang melihat Ara dari ekor matanya, nampak tegang. "Om justru senang yang menikah dengan Rey itu kamu, bukan Sherly. Yah walaupun karena kesepakatan, tapi setidaknya Rey sudah menyelamatkan dirinya sendiri tanpa tahu apa-apa." Lanjutnya.

Ara semakin dibuat kebingungan dengan apa yang baru saja diucapkan oleh om Gio. "Om, aku sama sekali gak ngerti dengan semua yang Om katakan. Tadi Om bilang menyelematkan aku, dan sekarang Rey. Dia menyelematkan dirinya sendiri, maksudnya apa?"

"Sherly, dia itu model di agensinya Arsen. Dan mereka berdua sama-sama memiliki tujuan yang tidak berbeda jauh. Arsen dan Mamanya menginginkan perusahaan peninggalan Papanya Rey, dan Sherly, dia hanya wanita yang gila uang. Dia tidak benar-benar mencintai Rey. Dan Arsen mengancam akan merusak citranya di dunia modeling jika sampai menikah dengan Rey, karena Arsen tidak mau Rey bisa memenuhi persyaratan dan menjadi pemilik perusahaan itu. Tapi Sherly yang tidak mau Rey sampai tidak memiliki apapun, memberi saran pada Rey agar mencari wanita untuk dinikahi secara kontrak. Dan Arsen yang mengetahui itu, dia marah dan tentunya kembali mengancam Sherly agar memisahkan kamu dan Rey sebelum mama Winda benar-benar mengalihkan perusahaan pada Rey." Tutur om Gio lalu menghela nafas panjang.

Dan sekali lagi, Ara dibuat terkejut mendengar fakta itu. Ia yang membenci Rey seketika merasa iba pada suaminya itu. Melihat besarnya cinta Rey pada Sherly serta semua perhatian dan kasih sayangnya ternyata tak berbalas seperti yang Rey lakukan. Belum lagi tante dan saudara sepupu Rey ternyata tidak sebaik yang ia kira. Rey yang malang, batin Ara. Tapi itu semua tentu bukan urusannya. Meski iba, tetap saja ia tidak akan memaafkan perbuatan Rey padanya.

"Bagaimana Om bisa mengetahui semua itu?" Tanya Ara kemudian.

"Om mencari tahu itu semua dengan memata-matai Arsen dan Sherly. Om mencari tahu apapun yang bersangkutan dengan Rey dan mamanya. Seperti janji Om pada mendiang papanya Rey." Sekali lagi om Gio menghela nafas panjang sambil memejamkan mata. Teringat dengan janjinya dengan mendiang papanya Rey. Ia berjanji untuk menjaga Rey, mama Winda serta perusahaan agar tidak jatuh ke tangan yang salah.

Papanya Rey sendiri sebenarnya tahu tentang niat tante Melda dan Arsen yang ingin merebut perusahaan. Karena itulah saat jatuh sakit, papanya Rey langsung meminta pengacaranya untuk mengubah nama kepemilikan perusahaan dan seluruh asetnya atas nama mama winda dan meminta adik iparnya untuk berjanji agar menjaga keluarga dan semua peninggalannya.

Dan kata terakhir yang diucapkan papanya Rey sebelum menghembuskan nafas terakhirnya adalah kata maaf, yang om Gio tahu itu adalah permintaan maaf karena sudah membuatnya terpenjara dalam pernikahan hampa selama bertahun-tahun. Meski membenci kakak iparnya itu, tapi om Gio tetap memenuhi janjinya tersebut semampu yang ia bisa, karena pergerakannya terbatas lantaran istrinya yang terus mengawasinya. Setiap ingin keluar mencari informasi pun terlebih dahulu ia harus memberi obat tidur pada istrinya. Seperti malam ini, tante Melda sedang tertidur pulas setelah meminum jus yang telah om Gio beri obat tidur sebelum mengikuti Rey dan Ara menuju restoran.

Beberapa saat om Gio dan Ara sama-sama terdiam, mereka larut dalam pikiran masing-masing. Om Gio tersenyum kecut mengingat apa yang ia lakukan selama ini untuk keluarga Rey, sedang keluarganya sendiri entah bagaimana keadaannya sekarang. Bertahun-tahun tidak lagi pernah bertemu karena sebuah ancaman yang membuatnya lumpuh. Dan setelah papanya Rey tiada, ia tetap tidak pernah kembali karena sudah merasa tidak memiliki muka lagi untuk kembali.

Dan Ara, pikirannya kini tertuju pada Rey, tapi hanya sekedar merasa kasihan saja, tidak lebih. Baginya Rey hanya suami kontrak dan selamanya akan tetap seperti itu. Yang perlu ia pikirkan sekarang, membuat kabar kehamilan palsu atau mencari uang dalam waktu singkat singkat untuk mengembalikan uang Rey agar segera terbebas dari pernikahan kontraknya.

"Om," panggil Ara setelah beberapa saat terdiam. Om Gio pun menoleh menatapnya.

"Om belum menjawab pertanyaan ku tadi. Maksud Om menyelematkan aku, foto syur, majalah dewasa, aku sama sekali tidak mengerti."

Om Gio menundukkan sedikit kepalanya sambil tersenyum getir, "Arsen dan Sherly merencanakan untuk menculik kamu. Arsen ingin menjadikan kamu sebagai model majalah dewasa." Om Gio benar-benar tidak menyangka, anak yang ia besarkan selama ini, memiliki watak seperti itu.

Kedua tangan Ara seketika mengepal erat mendengarnya. Hampir saja dirinya terjerumus lebih dalam. Setelah apa yang dilakukan Rey terhadapnya ia telah merasa menjadi wanita kotor, terlebih jika rencana Arsen dan Sherly sampai berhasil. Beruntungnya ada om Gio yang menyelamatkannya.

"Aku tidak tahu harus membalas kebaikan Om seperti apa. Tidak tahu apa jadinya aku jika Om tidak datang menyelamatkan aku."

Om Gio terkekeh pelan mendengarnya, "Kenapa kamu sekhawatir itu, bukannya kamu itu... Em maaf Ara, Om juga menyelidiki tentang kamu. Tapi tidak banyak, hanya sebatas apa pekerjaanmu dan alasanmu menerima tawaran pernikahan kontrak dari Rey. Tapi Om salut, kamu berkorban demi Ibu kamu, walaupun caramu sangat disayangkan. Kenapa harus bekerja di club malam?"

Ara langsung tertunduk, bibirnya menyunggingkan senyum masam. "Mau bagaimana lagi Om, kota ini keras. Aku yang hanya lulusan SD kesulitan mencari pekerjaan. Ibu tahu apa pekerjaanku, dan beliau percaya aku bisa menjaga diri."

"Tapi Ibumu setiap hari pasti dihantui rasa ketakutan, meskipun Kamu benar-benar bisa menjaga diri." Sekali lagi om Gio benar-benar merasa salut pada Ara. Meski bekerja di club tapi Ara tetap bisa menjaga kehormatannya. Om Gio tahu itu dari beberapa pelayan club, termasuk Sela. Waktu itu om Gio berpura-pura ingin membooking Ara, tapi Sela mengatakan sesuatu yang cukup membuatnya terkejut. Bahwa Ara tidak pernah melayani pelanggan lebih dari hanya sekedar menemani minum.

"Kapan-kapan, ajak Om bertemu Ibu kamu. Om ingin bertemu wanita hebat yang sudah melahirkan dan membesarkan kamu."

Ara hanya mengangguk pelan sembari tersenyum tipis. Ia juga merindukan ibunya. "Tapi Om nanti harus mengakui bahwa Om adalah pemilik rumah makan tempat aku bekerja."

"Jadi Ibu kamu tidak tahu tentang pernikahan Kontrak kamu ini?"

"Iya Om. Aku tidak mau membuat Ibu sedih dan kondisinya kembali drop, Ibu baru saja habis operasi kanker." Kedua mata Ara berkaca-kaca mengingat ibunya.

Om Gio tampak menghela nafas panjang, merasa prihatin dengan kehidupan Ara. "Em, ini sudah lumayan larut. Jadi bagaimana sekarang, kamu mau ikut Om pulang atau Om antar ke restoran tadi?"

"Aku ikut Om saja, sepertinya Rey dan Sherly juga sudah pulang." Kata Ara. 'Dan mereka berdua pasti sedang bersama di apartemen Sherly sekarang.' Lanjutnya dalam hati.

"Baiklah, Ayo."

Ara pun beranjak mengikuti langkah om Gio menuju mobil. Bertepatan dengan itu ponsel Ara berdering, ia melihat layar ternyata Sela yang menelponnya.

"Ara, Ibu kamu...