Han Xuan seorang Kultivator tak tertandingi yang menguasai Alam Mistik dengan bakat serta kekuatan yang mengguncang Surga.
Pembabtisan Surga untuk menuju keilahian membuatnya gagal dan mati. Setelah dua ribu tahun akhirnya dia bereinkarnasi kembali ketubuh seorang Bocah yang bernama Han Sen dengan akar spiritual yang tersegel.
Surga memberikannya kesempatan kedua untuk mencapai puncak. Iblis, Monster ataupun Dewa yang menghalanginya akan dia singkirkan.
Ini adalah kisah perjalanan Han Sen yang sekali lagi akan mencapai puncak kehidupan.
Kalau suka jangan lupa like, vote dan komen !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas upss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Seni Pertarungan 2
Fan Min melesat kearah Han Sen dan meninju dadanya dengan keras. Ledakan Petir membuat daya hancurnya lebih kuat dan Han Sen menabrak pohon dengan memuntahkan darah.
"Bajingan licik.... kau membunuh Saudaraku dengan menggunakan trik kotor, aku akan membunuhmu dengan cara yang paling kejam !" Teriak Fan Min dengan niat membunuh yang meledak-ledak penuh kemarahan.
Han Sen berdiri dan menatap Fan Min dengan dingin, "Licik kau bilang... lalu apa yang kalian sebut dengan pertarungan dua lawan satu itu adil, dalam segi Kultivasi aku tidak sebanding dengan kalian dan aku sama sekali tidak mengeluh seperti pecundang. Dalam pertarungan hidup dan mati tidak ada yang namanya licik, mereka harus kejam dan menggunakan segala cara untuk menang atau kau akan mati dengan cara yang menyedihkan."
"Bagus... jika kau memiliki trik kotor lagi maka keluarkan sekarang, jika tidak aku akan membunuhmu dan mengambil kepalamu sebagai persembahan untuk Saudaraku." Kata Fan Min dengan marah.
Sekarang Fan Cang sudah mati dan jika dia tidak kembali membawa Kepala Han Sen maka ini juga akan menjadi akhir yang buruk baginya. Menang atau kalah dia akan menderita rasa malu karena ditekan oleh Bocah yang berada di Alam Golden Core, namun setidaknya dia akan mengambil nyawa Han Sen dan menghindari rencana liciknya.
"Kebodohanmu memang sudah tidak tertolong dan sampai sekarangpun kau tidak tahu niat asliku. Menurutmu apa yang paling menentukan dalam pertempuran ?" Kata Han Sen sambil menatap Fan Min dengan tajam.
"Tentu saja kekuatan absolut." Kata Fan Min dengan kekuatan jiwanya yang menyembur.
"Salah.... kebanyakan orang akan berpikir kalau memiliki kekuatan yang kuat adalah segalanya, itulah mengapa orang-orang bodoh seperti kalian sangat mudah untuk mati. Hal yang paling menentukan adalah kendali dimana orang itu dapat mengatur jalanya pertarungan sesuai dengan apa yang dia inginkan."
Han Sen melanjutkan, "Musik akan bisa dinikmati dengan baik jika semua instrumen dan nada yang dimainkan dilakukan dengan benar. Bahkan singa sekalipun akan mati jika terkena jebakan dari Pemburu. Kau memang lebih kuat dari Saudaramu itu, tapi kau tidak memiliki ketengan pikiran untuk membaca pola serangan lawanmu sepertinya. Karena itulah dia orang yang harus aku bunuh terlebih dahulu !"
"Memangnya kenapa... pada akhirnya kau juga akan mati ditanganku." Kata Fan Min dengan bangga.
"Karena itulah aku menyebutmu bodoh... sejak aku memutuskan untuk membunuh Saudaramu, itu berarti aku memiliki keyakinan penuh untuk melawanmu. Aku tidak akan menggunakan trik licik apapun untuk membunuh orang bodoh sepertimu, sekarang coba tangkis seranganku jika kau memiliki kemampuan !" Han Sen mengangkat Pedangnya dan niat membunuh yang kuat meledak-ledak.
Fan Min melihat mata Han Sen dan mengutuknya didalam hatinya. Mata yang Han Sen miliki seolah dirinya merupakan sosok mutlak yang penuh kesombongan dan Fan Min sangat tidak merasa senang dengan melihat sikap arogan seperti seolah Han Sen memandang dunia sama sekali tidak berarti apa-apa.
Aura Han Sen meledak dengan gila bersamaan dengan Niat Pedang. Han Sen tidak berniat untuk menahan dirinya sama sekali dan akan mengakhiri semuanya dalam satu gerakan terbaiknya.
Tubuh Fan Min tiba-tiba bergetar ketakutan dan dia seolah masuk kedalam ilusi, sekarang apa yang didepannya merupakan ombak besar yang sangat tinggi dan akan melahapnya.
Ombak yang dilihat Fan Min merupakan ilusi yang dibuat oleh Niat Pedang Han Sen yang memanfaatkan rasa takut lawannya. Teknik Pedang yang tak berbentuk dan menghancurkan niat Pedang lawannya.
*Slash.*
Han Sen bergerak sangat cepat dan sama sekali tidak bisa ditebak arahnya. Qi Pedang yang sangat mengerikan memotong tubuh Fan Min menjadi dua bagian, darah berceceran ditanah dan Pedang Han Sen terlihat masih bersih.
"Untuk orang bodoh sepertimu mati dibawah Niat Pedangku adalah sebuah kehormatan, Niat Pedang yang aku kembangkan sudah mengambil nyawa orang-orang yang mengaku diri mereka sosok absolut. Namun pada akhirnya semuanya mati dibawah kekuatanku." Han Sen menghela nafas dan Fan Min mati dalam satu kali gerakan.
Ekspresi Han Sen terlihat sangat pucat dan dia merasakan kelelahan. Bahkan setelah dia menyerap Jiwa Beladiri dan vitalitas kedua orang ini, hanya seperempat dari staminanya yang pulih.
Menggunakan Niat Pedang masih terlalu berlebihan untuk dirinya. Walaupun dia memiliki pengetahuan namun tidak dalam kemampuan yang sekarang, Alam Golden Core tidak memiliki Sumber Qi sebanyak Alam Nascent Soul.
Untuk itu dia harus bertambah lebih kuat agar semua pengetahuannya dapat dia gunakan dengan benar. Han Sen memiliki metode dan Teknik Seni Beladiri yang banyak, untuk bisa menggunakannya maka dia harus menjadi lebih kuat.
Sama halnya dalam mengejar kekuatan dalam berkultivasi butuh perjuangan dan peruntungan, yg mana dalam perjalanannya ada bumbu penyedap rasa seperti petualangan cinta, kisah asmara, tragedi cinta dlsj. karena disetiap petualangan baru dimunculkan figuran cantik manis nan jenius namun bagiku atau juga pembaca lainnya itu cuma menjadi hiasan sampul justru menonjolkan rutinitas hubungan harmonis suami istri yg lama² terasa monoton dan membisankan.......!/CoolGuy//Doubt//Tongue/