NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kencan & Tunangan

Leo menurunkan Bianca di atas ranjang setelah memasuki kamarnya. Perempuan itu tidak sanggup berbicara dan hanya menatap frustasi. “Kau ingin aku tidur di sini malam ini?” Pertanyaan Leo mendapatkan delikan tajam dari Bianca.

Perempuan itu menarik nafas panjang dan menjerit, “kau gila dan keluar dari kamarku!”

….

Sore hari tiba begitu saja di mana Bianca tidak bisa menghindari kencan yang telah Leo tunggu-tunggu. Leo bukan hanya merencanakan makan malam romantis entah di mana, dia juga memberi satu set pakaian lengkap dengan heel, tas dan perhiasan.

Bianca sakit kepala, bagian menyebalkannya dia harus menurut karena Leo menolak tinggal diam dan membiarkan dirinya ingkar.

Bianca menggenakan dress sepanjang lutut bewarna baby pink, lengan model sabrina. Dia menatap dirinya melalui cermin dan mengutuk diri sendiri, “kau benar-benar bodoh, Bian.”

Bianca mengikat tinggi rambutnya. Wajahnya dipoles sedikit makaup dan warna lipstik merah muda memberi kesan fresh.

Setelah puas mengoceh di dalam hati, Bianca menghela nafas dan keluar dari kamar. Dia turun menyusuri tangga, menatap Leo yang telah menunggu di ruang tamu, menggenakan setelah kemeja biru garis-garis dan celana panjang bewarna hitam. Rambutnya tersisir rapi ke belakang dan dia tersenyum manis ketika Bianca mendekat. Harum parfum Leo memenuhi seisi rumah.

Leo menegur, “seharusnya kau tersenyum. Sudah kukatakan kau tidak boleh ingkar hanya karena kau adalah perempuan.”

Bianca hanya bisa menghela nafas. Mau tak mau menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Meski terlihat tidak ikhlas, Leo menerimanya dengan baik.

Leo mengulurkan lengan, Bianca meraihnya segera karena tidak mau membuang waktu apalagi menciptakan drama. “Aku memesan meja di sebuah resto. Aku jamin kau akan suka.”

Resto di atap sebuah hotel bintang 4. Gedungnya yang tinggi membuat langit terlihat dekat. Lampu remang dan alunan live musik yang dinyanyikan lembut menciptakan suasana tenang dan romantis. Angin menerpa kulit dengan lembut, begitu segar tercium dan menyenangkan.

Bianca tidak sadar bahwa dia baru saja tersenyum setelah satu hembusan nafas lega. Kemudian, senyumannya lenyap dikarenakan mengingat Leo masih menatapnya. Bianca berdehem dan berpura-pura berfokus pada makanannya berupa steak yang tersisa setengah.

Bianca tidak akan mengatakannya tapi tempat ini sangat berbeda dari tempat makan yang selalu dirinya kunjungi. Suasananya jauh berbeda, begitupula dengan manusia-manusia yang berbicara dengan suara berbisik dan bukannya melengking. ‘Sudah berapa lama aku tidak berkencan dengan Gavin?’ Pertanyaan yang melintasi benak itu membuat Bianca tersenyum kecut.

Gavin selalu mengajak orang lain pada kencan mereka. Kalau tidak, dia akan terlihat tidak bersemangat. Karena itu Bianca sangat ingin kencan berdua hanya dengan Gavin dan menikmati waktu terdua. Siapa sangka hal itu tidak terjadi dan lebih buruk, Bianca berkencan dengan pria lain. Sangat menyakitkan untuk mengakui bahwa rasanya tidak buruk, bahkan terkesan menyenangkan.

“Kau ingin memainkan suatu permainan denganku?” Suara Leo membuyarkan lamuan Bianca, membuatnya mempertemukan kontak mata.

“Apa itu?”

“Seperti mari kita saling melemparkan satu pertanyaan per giliran. Kita tidak harus menjawab menggunakan suara melainkan meminum minuman kita. Minum artinya iya dan tidak minum artinya tidak.”

Bianca berpikir sejenak. Dia tidak tertarik tapi baiklah, memainkan sedikit permainan tidak akan menyakiti siapa pun, tidakkah begitu? “Kalau begitu, biar aku yang mulai,” kata Bianca dan Leo mengganguk menyetujui. “Kau benar-benar pemilik cafe yang aku kira milik keluargaku?”

Leo meraih gelas anggurnya dan menyisipnya sedikit. Dia membuat Bianca menatap penuh kritik. “Tidak kusangka kau licik.”

Leo hanya bisa tersenyum menanggapi hinaan itu. “Kini, giliranku,” katanya. “Kau menikmati kencan kita?”

Bianca tidak meraih gelasnya karena jawabannya adalah tidak. Bianca suka suasana dan tempat yang Leo pilih, tapi membenci kenyataan dia kemari dengannya.

Cukup mengecewakan padahal Leo telah memilih dengan hati-hati dan penuh harap bahwa Bianca akan senang.

“Giliranmu.”

“Kau yang memberitahu Gavin kalau aku bersembunyi di rumahmu dua bulan lalu.”

Leo tidak meninum anggurnya, membuat Bianca menatap penuh tanya. “Bukan kau yang mengatakannya?”

“Aku tidak tertarik pada nama pria lain di permainan kita, jadi bisakah kita lewatkan semua pertanyaan yang berhubungan dengannya? Kita sedang berkencan.”

Bianca merasa dipojokan. Dia tidak mau menbuat Leo tidak senang dan kemudian menuntut ganti rugi kencan yang lain. Jadi, dia menyisip anggurnya.

Leo tersenyum puas. “Terima kasih,” ucapnya. “Sekarang giliranmu.”

“Kau …” Bianca dijeda oleh keraguan. Dia butuh beberapa saat sampai kemudian suaranya keluar, “kau benar-benar menyukaiku?”

Kali ini Leo meneguk habis anggurnya. Dia letak gelas kaca itu dan tersenyum manis. Sepertinya sikap itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Bianca. “kenapa?” Perempuan itu terus bertanya. “Maksudku, kenapa kau bisa menyukaiku? Aku tidak pernah melakukan apa pun untuk menarik perhatianmu.”

Leo tidak menjawab tapi mengingatkan, “sekarang giliranku bertanya.” Dia terkekeh sebelum melanjutkan, “setelah menghabiskan beberapa hari denganku, adakah kau merasa senang meski hanya sedikit?”

Bianca tidak langsung menjawab tapi menimbang pertanyaan Leo. Lelaki itu terlihat sangat mengharapkan jawaban baik tapi adakah? Bianca mencoba mengingat semua yang telah terjadi dan jawabannya adalah … mungkin?

Bianca kecewa setiap kali Leo memperlakukannya lebih baik dari Gavin tapi jauh di dalam lubuk hatinya, Bianca merasa senang, berpikir bahwa dicintai adalah perasaan yang sangat menyenangkan.

Bianca berdehem. Tangannya berniat keluar dari bawah meja tapi kemunculan seseorang di belakang Leo menyita perhatian.

“Gavin,” sebut Bianca, ekpresi wajahnya terkejut.

“Gavin?” Leo spontan menoleh dan ikut dikejutkan oleh keberadaan Gavin, bersama beberapa teman kerjanya, duduk di meja persegi panjang tidak jauh di belakang mereka. Leo tiba-tiba kehabisan kata-kata, tidak menyangka bagaimana bisa lelaki itu muncul di tempat yang telah dirinya pilih dengan hati-hati. Bukan bermaksud sombong tapi Gavin tidak pernah menginjakkan kaki di resto yang tergolong mahal seperti ini.

Bukan hanya Gavin. Seorang perempuan berjalan mendekati meja itu dan menepuk pelan pundak Gavin sebelum duduk di sebelahnya. Perempuan cantik dengan warna rambut coklat muda itu terlihat tak asing di mata Leo.

“Viola,” gumamnya tak sadar. Siapa menyangka sang pemilik nama seolah menyadari panggilannya. Dia mengernyitkan dahi dan bangkit untuk menghampiri.

“Leo Evano,” panggilnya setelah berdiri di samping meja. Perempuan itu menatap Leo dan Bianca dengan tatapan tajam khasnya sebelum berbicara, “aku penasaran mengapa kau sangat susah dihubungi dan ternyata ini yang kau lakukan?” Dia menatap Bianca dengan pandangan kritik. “Omong-omong aku Viona Escarla, bukan Viola.”

Leo tidak peduli, yang jelas adalah dia tidak punya niat bertemu perempuan cantik itu. Alasannya? Dia tidak menyenangkan dan angkuh.

Viona melipat kedua tangan di depan dada, nada bicaranya sangat sarkastik. “Berniat untuk menjelaskan siapa perempuan ini dan apa yang sedang kalian lakukan di sini, Tunangan?”

“Tunangan?” Bianca berhasil disentak oleh satu kata itu. Demi apa pun Bianca tidak pernah mendengar soal Leo telah bertunangan. Dirinya sudah terlampau terkejut dipermainkan oleh Leo dan kini seorang perempuan datang dan mengaku sebagai tunangannya? Bianca hampir tidak bisa mempercayai bahwa sekarang dirinya terlihat seperti perempuan yang mencoba menghancurkan hubungan orang lain.

“Kau punya tunangan, Leo?” Pertanyaan itu meleset keluar dari mulut Bianca tanpa sadar.

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!