NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pembantu

Terpaksa Menikahi Pembantu

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Pengantin Pengganti / Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Madava dipaksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. Awalnya Madava menolak, tapi sang ibu berkeras memaksa. Madava akhirnya terpaksa menikahi pembantunya sendiri sebagai mempelai pengganti.

Lalu bagaimanakah pernikahan keduanya? Akankah berjalan lancar sebagaimana mestinya atau harus berakhir karena tak adanya cinta diantara mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayu 2

"Jauhi, Rafa!"

Ayu tersentak saat wanita paruh baya yang tiba-tiba memintanya bertemu mengatakan itu. Jujur, Ayu tidak mengenali siapa wanita itu sebenarnya.

Tadi saat Ayu keluar dari gerbang sekolah bersama teman-temannya, tiba-tiba ada sesama siswa di sana mengatakan ada yang mencarinya. Ia menunggu di dalam mobil. Kebetulan kelas Rafa belum pulang jadi Ayu hendak menunggu di warung yang ada di samping sekolah. Namun karena ada yang mencarinya, Ayu pun mencoba menghampiri orang yang menunggunya di dalam mobil itu. Ayu mengerutkan kening saat melihat seorang wanita paruh baya di dalam mobil. Ia mempersilahkan Ayu masuk sambil menatapnya tajam.

"Maaf, Anda siapa ya?" tanya Ayu sopan.

"Saya maka Rafa. Rafa sudah menyampaikan keinginannya menikah dengan kamu. Dan terus terang saya tidak setuju. Jadi saya harap kau tinggalkan Rafa dan segera pergi jauh darinya." Wanita yang mengaku ibu Rafa itu menatap tajam Ayu sambil memindai penampilannya. Rapi, tapi seragam itu sudah kelihatan lusuh dan kekuningan. Tas yang lusuh, sepatu yang bolong, jujur saja, Ayu seakan merasa ditelanjangi. Tatapan itu jelas merupakan tatapan mengejek.

"Kau harusnya sadar diri. Sudah miskin. Tidak memiliki masa depan. Apa yang bisa dibanggakan dari perempuan seperti dirimu? Saya juga sudah mendengar kalau kau seorang yatim piatu. Hah, benar-benar ... "

"Saya tegaskan sekali lagi, tinggalkan Rafa. Saya beri kesempatan sampai kelulusan tiba. Setelah itu, saya harap kau benar-benar menghilang. Kau mengerti!" bentak wanita paruh baya itu membuat Ayu tersentak dengan tubuh panas dingin.

Ayu terpaksa mengangguk. Ia tidak memiliki kekuatan untuk melawan.

"Keluar!" usirnya kasar.

Ayu pun bergegas turun dari dalam mobil itu. Belum sempat pintu mobil ditutup, suara wanita paruh baya itu kembali terdengar.

"Darto, setelah ini cuci mobil ini sampai bersih! Saya tidak ingin aura miskin perempuan itu tertinggal di dalam mobil ini."

"Baik, Bu."

Tangan Ayu terkepal. Beberapa menit kemudian, mobil itupun melesat meninggalkan Ayu yang sudah gemetaran. Matanya memerah. Jantungnya bergemuruh. Sakit hati? Tentu saja. Siapa yang tidak sakit hati dihina sedemikian rupa oleh orang lain. Terlebih ia juga diminta menjauhi Rafa. Ingin rasanya menolak, tapi Ayu tak mau membuat masalah kian pelik. Akhirnya, Ayu memilih mengalah.

Semenjak hari itu, Ayu terus menghindari Rafa. Begitu pula di saat hari kelulusannya, ia terus menghindari Rafa membuat laki-laki itu kesal sekaligus kecewa.

"Kau kenapa, Yu? Kenapa kau sepertinya selalu menghindari aku? Apa aku ada buat salah?" gumam Rafa.

Ingin ia menelpon atau mengirim SMS pada Ayu, tapi Ayu tidak memiliki handphone.

"Ayu!" panggil Rafa ngos-ngosan sebab ia berlarian mengejar langkah Ayu yang baru keluar dari ruang guru setelah mengambil ijazahnya.

Bukannya berhenti, Ayu justru mempercepat langkahnya. Rafa berusaha mempercepat langkahnya hingga akhirnya Rafa berhasil menghadang langkah Ayu.

"Aku ingin bicara," ucap Rafa sambil memegang pergelangan tangan Ayu.

"Lepas!" desis Ayu.

"Nggak. Aku mau bicara. Sekarang!"

"Lepas kataku!" desis Ayu lagi sambil berpegangan pada pilar.

Rafa membalikkan badannya. "Kenapa? Kenapa kau berubah? Kenapa kau terus menghindariku? Apa aku ada salah padamu?" tanya Rafa dengan tatapan mengiba.

Ayu pun kasihan melihat Rafa seperti ini. Ia tidak tega. Tapi untuk bersama, semua takkan mungkin terjadi. Ia dan Rafa jelas berbeda. Terlebih orang tuanya menentang terang-terangan hubungan mereka.

"Kau tidak memiliki salah apapun. Akulah yang salah. Kita berbeda. Kau orang berada, sementara aku yatim piatu yang tidak memiliki apa-apa. Aku mohon, jangan temui aku lagi. Jauhi aku. Permisi!"

Ayu menghempaskan tangan Rafa hingga terlepas. Lalu dengan secepat mungkin, ia berlari menjauh.

...***...

Pantang menyerah, Rafa jadi sering datang ke rumah Ayu untuk menemuinya. Tapi Ayu terus menghindar. Tika dan Mila juga sudah melarangnya untuk keluar.

"Ayu-nya nggak mau keluar tuh, Raf."

"Kamu tau kenapa Ayu nggak mau nemuin aku?"

"Duh, gimana ya, Raf, sebenarnya ini rahasia."

"Apa? Ada apa? Tolong katakan padaku, ada apa!"

"Emmm ... Sepertinya, Ayu memiliki pacar lain yang lebih emmm ... kaya. Maaf."

"Apa? Kau tidak sedang berbohong 'kan?"

"Untuk apa aku berbohong? Heh, asal kau tahu ya, tidak semua yang Ayu katakan itu jujur. Dia itu pembohong ulung. Dia saja sering keluar malam dan pulang lagi. Perempuan macam apa itu," ucap Tika penuh kedustaan. Melihat raut wajah Rafa yang seakan tidak percaya membuat Tika kembali memprovokasinya. "Kalau nggak percaya, tanya aja sama mama." Tiba-tiba Mila keluar. Tika pun segera mengajukan pertanyaan yang sama dan Mila membenarkan kalau Ayu sering kelayapan malam dan pulang dini hari dengan diantar seorang laki-laki. Rafa jelas saja terkejut. Ia tidak pernah menyangka Ayu akan berbuat seperti itu.

Tika pikir, rencananya berhasil. Nyatanya Rafa masih sering datang untuk menemui Ayu. Ia belum bisa sepenuhnya mempercayai kata-kata Tika dan ibunya. Apalagi Ayu sering menceritakan perlakuan mereka pada Ayu.

Tika yang kesal pun membujuk ibunya untuk mengusir Ayu. Hingga suatu hari, Mila pun benar-benar mengusir Ayu.

"Aku sudah cukup menampung mu selama ini. Jadi silahkan keluar dari sini. Dan jangan pernah kembali. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal."

"Bibi nggak bisa mengusir aku semau Bibi. Bibi lupa, rumah ini peninggalan ayahku. Aku yang paling berhak atas rumah ini, bukan Bibi." Memang Ayu sangat ingin keluar dari rumah itu, tapi ia tetap harus menuntut keadilan. Apalagi Mila memintanya agar tidak pernah kembali lagi. Tentu saja ia tidak rela. Rumah itu merupakan peninggalan orang tuanya yang tersisa. Sementara uang dan perhiasan peninggalan sang ibu pun sudah diambil semuanya oleh Mila. Ia tidak rela kalau rumah itupun diambil.

"Apa kau bilang? Peninggalan ayahmu? Apa kau lupa, ayahmu itu adalah kakakku. Jadi tentu aku pun berhak atas rumah ini. Lagipula, memangnya kau makan selama ini, uang dari mana? Baju yang kau pakai, dari mana?"

"Dan yang perlu bibi ingat, uang yang ayahku tinggalkan tidak sedikit. Begitu pula perhiasan ibu, semua sudah bibi ambil. Baju? Bibi jangan pura-pura amnesia, bahkan sejak kecil bibi selalu memberikan baju bekas Tika padaku. Memangnya kapan bibi membelikan ku baju? Bahkan makan pun aku harus membayarnya dengan bekerja di rumah ini. Coba bibi bayangkan, berapa uang yang harus bibi keluarkan kalau harus mempekerjakan pembantu? Tapi bibi tidak pernah mengeluarkan sepeserpun untukku."

"Oh, kau sudah berani mendebat sekarang?" Mila merasa begitu kesal karena kata-kata Ayu sebenarnya benar. Tapi Mila tetap saja tidak terima. "Tika ... " pekik Mila kesal.

"Ada apa, Ma?" Tika pun mendekat.

"Bereskan semua barang-barang gadis sialan ini dan buang keluar!"

"Siap, Ma." Tika menjawab dengan seringai bahagia.

Mata Ayu melotot tajam. "Tika, jangan macam-macam kau!"

Ayu hendak mengejar Tika yang masuk ke kamarnya, tapi Mila dengan cepat menarik rambut panjang Ayu dari belakang membuat Ayu kesakitan. Ayu menjerit-jerit memohon agar segera dilepaskan. Bukannya dilepaskan, Mila justru mendorong Ayu kasar hingga kepalanya membentur tembok. Lalu dengan kasar, Mila menampar pipi kiri dan kanan Ayu membuat gadis itu menangis tersedu.

"Sudah selesai!" teriak Tika. Mila tersenyum. Kemudian ia menyeret tubuh Ayu dan menyodorkannya kasar ke paving blok di depan rumah. Ayu meringis kesakitan, tapi Mila tidak peduli.

"Pergi kau dari rumah ini! Pergi!"

Ayu menggeleng cepat. Di saat bersamaan sebuah mobil masuk ke pekarangan rumah. Itu adalah mobil suami Mila.

"Ada apa ini? Ayu, apa yang terjadi?"

"Sudah. Papa nggak usah ikut campur. Dia keponakanku. Aku berhak melakukan apa saja padanya."

"Tapi Ma, kasihan Ayu. Dia tidak memiliki siapa-siapa lagi di sini. Apalagi ini sudah malam."

"Mama bilang Papa nggak usah ikut campur. Ayo, masuk!" sentak Mila membuat sang suami menghela nafas pasrah. Mila berjalan lebih dulu diikuti Tika. Ayah Tika, Wardoyo pun membantu Ayu berdiri.

"Ayu, maafkan paman yang nggak bisa bantu kamu. Kamu tau sendiri 'kan gimana sifat bibi kamu itu!"

Ayu hanya bisa mengangguk lesu dengan air mata berderai.

Lalu Wardoyo mengeluarkan uang yang ada di saku celananya dan ia letakkan di genggaman Ayu.

"Papa, masuk!" teriak Mila dari dalam.

"Bawa ini. Maaf, Paman harus segera masuk."

Wardoyo pun segera masuk ke dalam rumah meninggalkan Ayu yang penampilannya sudah sangat berantakan. Ayu menatap miris baju-bajunya yang dilempar asal. Ada sebuah kantong plastik besar dan tas sekolahnya di sana. Ayu tersenyum miris. Untung saja ijazahnya ada di dalam tas. Tiba-tiba hujan turun. Ayu pun dengan cepat memungut pakaiannya dan memasukkannya ke dalam kantong. Setelahnya, ia pun berlarian pergi dari sana. Ayu tidak tahu harus pergi ke mana, yang ia tahu, ia harus segera mencari tempat berteduh sesegera mungkin.

...***...

...Happy reading 🥰 🥰 🥰 ...

1
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
mantap Rafa. kata2 mu tu sprti seorang casanova
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
rasain kau tika. itulah hasil yg kau tanam selama ni. tinggal mila sja yg blm
guntur 1609
dasar orang gila. muka tembok
guntur 1609
mampus kau dava. kalau kau percaya sm gisela ular. padahal ayu sedang hamil sekarang. kau akan menyesal jika aoercaya gisel
Emil Husin juhri
Kecewa
Emil Husin juhri
Buruk
guntur 1609
telat
guntur 1609
sama ja semuanya... satu jurusan. daar dava. mentang2 sdh kena
guntur 1609
ayu sdh terotak. gak jadi tersalurkan. makanya uring2 an
guntur 1609
pasti ragi cocok darah sm sum2 belakangnya sm dava
guntur 1609
kau pun salah yu. seharusnya kau juga peka dengan kejadian ini
guntur 1609
hahah laporan kau dava
guntur 1609
jangan bilang laki2 yg sm via tu asrul
guntur 1609
jangan blngbdava pernah melecehkan mamanya rafi tapi gak sadar.
guntur 1609
hmngkn ayu ramah sm mu di waktu pagi. agar kau semangat bekerjanya
guntur 1609
pa rafi bukan anak kandungnya ayu ya
guntur 1609
hahahha kena kau kan dava
guntur 1609
hahahhah krna mental madava
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!