Incaran Para Beatles

Mood alexa langsung berubah melihat aksa berduaan dengan adik kelas di dekat tangga menuju kelas pelatihan. Mereka sempat bertatapan beberapa saat, namun alexa yang terlebih dahulu memutuskannya. Karena kesal dengan kelakuan aksa yang tak kunjung untuk bertaubat.

Aksa berkesiap saat melihat wajah kesal alexa sebelum dia memalingkan wajahnya, pandangannya terus tertuju padanya sampai ia menghilang.

" Tatapannya gitu amat sih kak " ucap Tania, calon mantan aksa yang ke sekian banyaknya.

Selalu saja setiap ia pdkt pasti pertanyaannya yang ditanyakan mantan-mantannya selalu sama, siapa alexa sebenarnya ?? Sampai detik ini dia masih mengakui alexa sebagai babunya, dia mengakui alexa sebagai pacar saat itu hanya untuk melindunginya.

" Biasa aja, btw sore ini kita jadi jalan kan ? " alih-alih dia mengganti topik agar tania tidak membahas tentang alexa lagi.

" Jadi dong kak. Hari ini kakak latihan apa ? Mau aku temenin gak ?? Masa cuman babu kakak doang yang bisa liatin kakak latihan " tania memanyungkan bibirnya.

Aksa tersenyum tipis, sembari mengacak rambut tania. Hal itu semakin membuatnya memanyungkan bibirnya.

" Yaudah hari ini aja yah, takutnya nanti fans-fans kakak cemburu dan protes "

Tania tersenyum lebar, dia langsung memeluk tubuh atletis milik aksa. Setelah berbulan-bulan mengejar cintanya, akhirnya sekarang dia bisa berbicara dan memeluknya. Aroma parfum aksa langsung menyapa indra penciuman tania, ternyata senyaman itu berada dalam pelukannya.

Alexa menyumpahi kelakuan aksa yang tidak pernah berubah, entah sampai kapan aksa akan seperti itu. Berpindah-pindah hati, dan sudah banyak gadis yang ia lukai dengan harapannya.

Langkah alexa terhenti tepat di depan kelas pelatihan, tempat para anak OSN belajar bersama. Alexa tidak tau dengan siapa dia akan belajar, pak delvan hanya memerintahkannya kesana.

Seseorang keluar dari kelas itu, ia mengernyit melihat kehadiran alexa, beberapa saat alexa sempat mengagumi sosok itu. Rahangnya tegas, alis tebal, mata sipit, dan buku mata yang lentik. Sekian lamanya dia sekolah disana, ini kali pertamanya dia melihat sosok itu.

" Nama lo alexa ?? "

" I - iyaa "

" Yaudah masuk gih, gw udah nunggu lo dari tadi. Dari mana aja emang ?? " tanyanya sembari berjalan didepan alexa.

Alexa melangkah memasuki kelas pelatihan, dia merasakan suasana yang berbeda saat berada didalam kelas tersebut. Terasa sekali hanya orang-orang pintar yang bisa bergabung bersama study club. Cowok itu menarik kursi untuknya.

" Kenalin gw langit, siswa kelas 12. Tahun lalu gw ketua study club disini "

Ternyata dialah sosok yang dimaksud clarissa. Pantas saja saat itu clarissa bilang dia akan tergila-gila saat melihat langit nantinya. Alexa terus menatap penampilan langit, cowok itu memiliki bekas luka di sikunya.

" Gw alexa. Pak delvan yang nyuruh gw belajar ama lo, mohon bimbingannya "

Ia berusaha bersikap sopan karena dia yang membutuhkan langit. Langit hanya mengangguk, terkesan cuek, ia lalu mengambil beberapa lembar kertas dan pena, dan langsung memulai pelajaran.

" Gw mau tau udah sejauh mana yang lo pelajari disekolah dulu lo "

" Jujur gw gak tau mau jawab apaan, otak gw bekuu "

Langit tertawa pelan karena jawaban alexa. Alexa sempat tersipu melihat tawa langit, gantengnya makin terlihat. Namun ketampanannya belum setampan aksa, mungkin karena pesona bad boy yang dimiliki aksa yang membedakan mereka berdua.

" Yaudah kalau gitu kita mulai dari awal aja "

" I-iya kak "

Langit membuka buku catatan miliknya, alexa sampai tercengang melihat tulisan langit yang sangat rapi. Beda sekali dengan dirinya, wajar saja langit menjadi siswa teladan dan punya banyak penghargaan karena hidupnya sangatlah tertata.

" Gw belajar berapa lama sama lo kak ? "

" Sampai gw nyatakan lo mampu "

Alexa hanya terdiam dan memanyungkan bibirnya.

" Baru juga mau mulai, udah nanyain kapan berakhirnya aja. Sekarang kerjakan semua soal iniii " ujarnya sembari memberikan kertas berisi soal latihan.

Alexa mendelik saat membaca soal tersebut, belum mengerjakannya saja dia udah pusing duluan. Dia menatap mata langit, bertanya apakah langit yakin memberikan soal seperti itu padanya. Langit hanya mengangguk dan bersandaran di kursi.

" Itu pelajaran kelas sepuluh, kan sekarang lo udah kelas sebelas "

" Tetap aja gw gak tau mau jawab apa kak, bisa gak dijelasin dulu. Integral ini gimana ?? "

" Cobaa aja dulu "

" Sumpah gw gak ngerti kak "

Alexa menggerutu melihat soal yang diberikan langit, kenapa dia harus ditugaskan belajar bersama manusia sejenius langit. Otaknya tidak sanggup mengimbangi, langit hanya menikmati keresahan gadis itu. Gemas melihat alexa frustasi dengan soal yang dia berikan, langit lalu mencondongkan wajahnya ke depan, berhasil membuat alexa terkesiap.

" Lo gemesin banget sih "

Alexa memundurkan tubuhnya, dia tidak sanggup ditatap secara dekat seperti itu. Beberapa detik kemudian langit menarik kembali tubuhnya, dia lalu mengambil kertas soal dari tangan alexa.

" Kalau gitu kita mulai dari materi dasar aja. Setelah itu gw bakal ngasih lo soal, kalau lo gak bisa jawab lo bakalan dapat hukuman dari gw "

" Gak bisa gitu dong ! " alexa langsung menaikkan nada bicaranya. Enak saja langit membuat peraturan sendiri.

" Loh, kenapa gak bisa ? Disinikan gw yang mentornya " langit mencebik, menatap datar manik mata alexa.

" Yaa, gak usah pakai hukuman juga kaliii "

" Makanya perhatian baik-baik, biar lo gak dihukum. Udah sekarang lo fokus aja, apa lo mau disekolah mulu sampai sore ?? "

Alexa mendengus kesal, mau tak mau dia harus kembali memusatkan perhatiannya. Langit menjelaskan mulai dari pelajaran kelas 10, sementara alexa hanya memperhatikannya dengan seksama dan sesekali dia mendesis pelan. Dia mulai tidak nyaman, meski wajah langit ganteng, tapi dia tetap merasa bosan.

...----------------...

Gedung olahraga berada tidak jauh dari kelas pelatihan OSN. Zaidan diminta untuk mengambil bola basket di gudang, saat ia melintas, sekilas ia melihat cowok dan cewek dikelas pelatihan OSN. Langkahnya langsung terhenti, ia menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa yang ada dalam kelas tersebut.

" Wahh gawatt nihh " ucapnya, setelah berhasil mengetahui sosok yang berada dalam kelas tersebut.

Dari segi penglihatan zaidan, sepertinya langit tertarik dengan alexa. Terlihat jelas dari tatapan matanya kepada gadis itu. Setelah mengambil bola basket, ia langsung bergegas kembali ke lapangan. Semua teman-temannya sudah menunggunya, disana juga ada aksa bersama pacarnya. Satu-satunya cewek yang aksa izinkan menemaninya latihan selain alexa.

" Woii saa !! Pacaran mulu lo, ayoo !! " teriak kelvin, saat iya melihat zaidan membawa bola basket.

" Kakak latihan dulu ya "

Aksa melompat menuruni tribun, lalu bergabung bersama teman-temannya. Zaidan melempar bola basket ke arah aksa, meski tanpa aba-aba dia mampu menangkapnya.

" Lo beneran gak punya rasa ama alexa ?? " tanya zaidan.

" Hah ?? Maksud lo apaan, tiba-tiba nanya gitu ? "

" Yaa gw cuman mau mastiin aja, tiap hari beda-beda sih cewek yang lo gandeng "

" Bukan urusan lo, gw mau deket ama siapa "

Selalu saja aksa seperti itu, tidak mau terbuka dan tidak mau mendengarkan perkataan sahabatnya. Zaidan memilih mengurungkan niatnya untuk memberikan aksa kalau alexa dan langit sedang berduaan di kelas pelatihan. Keputusan itu zaidan buat karena aksa tampak tidak peduli dengan perasaannya sendiri.

Latihan mereka setiap 2 hari sekalinya berubah-ubah, 2 hari latihan basket, 2 hari latihan futsal, dan seharinya lagi digunakan untuk ekskul lainnya. Suara dentuman akibat bola menghantam papan ring basket selalu memecah keheningan. Sesekali tania bersorak saat aksa berhasil mencetak poin. Walaupun hanya latihan tetap saja tania terpesona dengan aksa. Selain tampan, pintar, ketua geng, ia juga jago berolahraga.

" Gw dengar si langit udah masuk sekolah lagi " ucap kelvin.

Mereka saling berjalan berdampingan menuju tribun untuk beristirahat.

" Iyaaa, dua hari yang lalu gw liat dia udah masuk. Tapii selagi dia gak buat masalah ama kita, mungkin kita gak usah urusin dia " balas regan.

" Dia cuman bermasalah sama aksa sih " sahut revan.

Aksa mendengus, dia mengambil minuman di tasnya lalu meneguk air itu sampai habis. Kehadiran tania tidak seperti alexa yang diperoleh memberikan minum atau menyeka keringatnya. Gadis itu hanya diperbolehkan duduk di tribun.

" Dia selalu mengincar cewek yang gw suka, gimana gw gak marah coba "

" Tapiii kali ini gak akan terjadi deh saaa. Selera kalian saat ini berbeda " celetuk zaidan.

" Maksud lo ? "

" Ya tadi gw nanya, lo gak tertarik ama alexa kan ?? Tapi kayaknya langit tertarik deh sama dia. Gw liat mereka belajar berdua di kelas pelatihan OSN. Dari tatapannya sih, kayaknya dia jatuh cinta pandangan pertamaa deh ama alexa "

Byurrr !! Air dimulut aksa tersembur keluar, saking kagetnya saat ia mendengar perkataan zaidan dia sampai terbatuk-batuk. Kelvin tersungut-sungut , jersey yang ia gunakan basah karena aksa.

" Sialan "

Aksa membuang botolnya, lalu berlari meninggalkan lapangan basket. Tania yang memperhatikan aksa dari jauh hanya bisa menatap penuh tanda tanya. Apa yang terjadi dan kenapa aksa pergi.

" Kan bener, tuh anak kebanyakan gengsi. Keduluan si langit kan " celetuk zaidan.

" Mampuss !! Lagi-lagi aksa dan langit merebutkan wanita yang sama, kayaknya mereka berdua punya selera yang sama deh " sahut revan sembari memutar-mutar bola basket ditangannya.

" Wajar lah, mereka kan satu mama " regan menimpal.

Zaidan, revan dan kelvin mendelik, untung saja anak basket lainnya berada disisi lain. Bisa kacau kalau mereka tahu fakta mengejutkan itu.

" Kalau aksa dengar pasti langsung dihajar lo gan ! " dengus zaidan.

" Makanya itu, kalau ada aksa gw juga gak berani kali. Tapii bener kan, apa yang gw bilang ? " regan malah terlihat sangat santai.

" Iyaa sihh, tapii jangan ngomong disini juga kali. Hargain perasaan aksa " balas revan sembari memijit pangkal hidungnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...