Please follow akun Lady Orlin dulu sebelum baca ya😉
Seusai dicerai suami sultannya, Sofia memilih meninggalkan keglamoran, memulai hidup dari nol meskipun ia mendapatkan kompensasi senilai miliyaran dari sang mantan suami.
Saat melamar sebagai pekerja biasa, nyatanya jalan hidup Sofia semakin rumit ketika dihadapkan oleh CEO tampan arogan dan juga manager HRD yang menganggap Sofia saingan.
Tak hanya itu, setelah beberapa hari resmi berpisah, secara diam-diam mantan suami kembali mengusik.
Akankah Sofia menemukan kebahagiaan?
S1 End
S2 soon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Orlin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan Suami
"Ch! Kau jal*ng atau seorang model profesional, huh? Apakah begini caramu berbisnis, Nona model yang terhormat?"
Entah apa yang merasuki Sofia, bibirnya spontan mengeluarkan kata kasar nan tajam tanpa filter yang ditujukan untuk Laura karena meminta hal konyol sebagai syarat diterimanya penawaran kerjasama. Sang puan merasa Laura sudah melewati batas dalam konsep berbisnis.
"Sofia, hentikan!" perintah Jayden penuh penekanan.
"Oh my God. Kau memerintahku diam saat kau direndahkan?" Sofia berdecak tak habis pikir mendengar pembelaan Jayden.
"Kau pikir sikapmu sudah tepat dalam bernegosiasi, huh? Jika belum mengerti maka diamlah dan perhatikan." Kali ini, teguran keras terpaksa Jayden layangkan atas attitude Sofia.
"Wow! Kuakui anak buahmu kali ini sangat berbeda." Entah sindiran atau pujian, Laura malah menimpali kagum kepada Sofia yang sedang menatapnya sengit.
"Aku hanya berusaha meluruskan otakmu, Nona. Bisnis adalah bisnis. Berilah kami alasan yang jelas jika tidak berminat terhadap penawaran. Bukan malah menawarkan pesona jal*ngmu," sindir Sofia masih berapi-api.
"SOFIA!"
Jayden membentak menggunakan nada tinggi seraya melayangkan sorot tajam ke arah Sofia.
Namun, aksi di luar dugaan terjadi. Laura tiba-tiba bertepuk tangan seraya tertawa lepas saat momen bersitegang Jayden dan Sofia berlangsung.
"Tenang saja, Nona. Apa yang kukatakan adalah seratus persen gurauan. Aku tidak akan tidur dengan bosmu atau siapapun," aku Laura sembari mengklarifikasi pernyataan tak sopannya kepada Jayden tadi.
"Sejujurnya, aku memiliki alasan yang tak bisa diungkapkan. Jadi, dengan segala hormat, silahkan mencari model lain, Tuan Baldwin. Selamat tinggal," tutup Laura.
Tak lupa, model berparas jelita itu pamit kepada sang manager yang masih kentara gusar imbas sikapnya barusan sebelum melenggang elegan meninggalkan ruang meeting.
Sementara itu, Jayden terlihat mendengkus kesal. Barisan gigi rapinya menggertak menahan emosi akan sikap Sofia yang telah seenaknya mencederai pertemuan bisnis kali ini.
"Ikuti aku!" perintah tegas sang CEO kepada Sofia. Keduanya pun bertolak dari kantor Laurent Modeling tanpa membuahkan hasil.
Beberapa saat kemudian.
Jayden memuntahkan seluruh amarah kepada Sofia sesampainya mereka di dalam mobil. Ia menilai wanita itu keliru dalam beretika dan tidak dapat membaca situasi.
Tak mau kalah dan ditindas oleh Jayden, Sofia mengeluarkan pembelaannya. Ia menuturkan bahwa Jayden seharusnya jangan diam saja ketika partner bisnis merendahkan harga dirinya seperti tadi.
"Apa kau tau, Pak? Jika pelecehan terjadi bukan kepada wanita saja. Tapi pria pun bisa mengalaminya. Aku hanya berusaha membantumu saat ada permainan kotor di depan mataku!"
"Apa! Kotor? Apa kau tidak dengar bahwa Laura tadi hanya bergurau? Jika kau tidak bisa beretika dengan baik, bisa 'kan jika diam saja!?"
Situasi di dalam mobil benar-benar memanas. Baik Jayden dan Sofia sama-sama saling menghujat dan mengeluarkan pembelaan, sampai tiba-tiba ....
"Aaa!" Sofia memekik singkat, merasakan keram di perut.
"Ch! Apa sekarang? Kau berpura-pura sakit perut karena ingin mengalihkan pembahasan kesalahanmu?" ketus Jayden mencemooh. Pria itu benar-benar masih kesal imbas sikap sembrono Sofia. Ia frustrasi tak bisa mewujudkan impian sang ibu sekarang.
"Baiklah ... kalau begitu beri aku waktu untuk memperbaiki," tawar Sofia sembari mati-matian menahan perutnya yang keram dan menegang. Sang puan berharap calon buah hati di dalam perutnya baik-baik saja.
"Terserah kau saja. Kalau bisa jangan kembali ke kantor sebelum kau memperbaiki kekacauan!" pungkas Jayden.
Sofia hanya mengangguk pelan, tak dapat berkata-kata lagi imbas menahan keram perut. Wanita hamil itu pun segera turun dari mobil Jayden. Tak lama setelahnya, kendaraan besi sang CEO berlalu acuh melewati Sofia.
Setitik rasa bersalah nyatanya masih kalah oleh ego serta amarah di dada. Walaupun sempat memperhatikan pantulan Sofia yang semakin menjauh melalui kaca spion, Jayden tak ingin sisi simpati menguasai imbas kekesalan yang teramat dalam.
"Ok. Pertama-tama aku akan kembali ke atas dan meminta maaf kepada Laura, " gumam Sofia pada diri sendiri setelah menyandarkan tubuh ke salah satu pilar basement seraya melakukan helaan napas berulang.
Dokter kandungan mengajarinya untuk tidak panik ketika keram di perut terjadi dan segera melakukan teknik pernapasan rileks secara berkala.
Beruntung, rasa sakit yang dialami Sofia memudar. Wanita itu pun mulai membenahi penampilan untuk kembali ke dalam gedung Laurent Modeling.
Sesampainya di lantai yang dituju, Sofia langsung meminta receptionist di sana untuk memberitahukan kepada Laura bahwa dirinya ingin bertemu sekali lagi. Begitu bulat tekad Sofia dalam misi pertama dari Jayden karena pekerjaan ini sangat berarti untuk masa depan calon buah hati.
Namun, sayang. Laura beralasan sibuk sehingga jika ingin bertemu, Sofia harus menunggu dalam penantian tak menentu.
Tak ingin kehilangan kesempatan, Sofia memutuskan untuk menunggu Laura menyelesaikan kegiatannya. Sang puan segera mengambil posisi duduk di salah satu sofa ruang tunggu tak jauh dari receptionist.
Satu jam, dua jam, bahkan sampai waktu menunjukkan pukul enam petang, Laura tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
Model itu pasti marah sekali sampai ia mengerjaiku dan menyuruhku menunggu lama. Inikah akhir karirku bahkan sebelum aku memulainya? Sofia membatin pasrah.
"Sofia Wilson?"
Suara seorang wanita menginterupsi saat Sofia menundukkan kepalanya.
"Nona Laura." Sofia spontan bangkit berdiri.
"Aku kira kau sudah pergi. Maaf jika membuatmu menunggu lama. Ikutlah ke ruanganku jika ingin bicara," ajak Laura cukup ramah. Tanpa berkata, Sofia pun mengekor di belakang sang model yang berjalan dengan elegan.
...***...
Baldwin Enterprise.
Tubuh dan otak Jayden bergerak cekatan selayaknya mesin kerja otomatis seperti hari-hari biasa. Namun, hari ini terasa berbeda. Gamang hebat mengganggu konsentrasinya semenjak pertengkaran dengan Sofia siang tadi.
Seharusnya ia tak sekejam itu kepada Sofia. Terlebih sang puan merupakan pegawai magang di hari pertama.
"Si*l! Sepertinya aku sudah keterlaluan pada Sofia. Aku bahkan meninggalkannya di sana," sesal Jayden dalam hati.
Jayden segera men-dial telepon kantor, menghubungi sang sekretaris untuk bertanya apakah Sofia sudah kembali ke mejanya atau belum. Namun, sayang. Ia harus kecewa kala jawaban yang diharapkan tak sesuai ekspektasi. Sofia rupanya belum kembali padahal waktu telah menunjukkan pukul lima, dimana jam kantor sudah berakhir.
"Ayo pulang, Jay. Aku kebutulan ingin mampir ke rumah untuk membahas desain baru dengan tante Jihan," tutur sok akrab Azyla yang masuk tanpa mengetuk pintu ruangan Jayden.
"Uhm, maaf, Zy. Sepertinya aku masih ada urusan. Akan kutelpon supir mama untuk membawamu ke rumah, ya."
Jayden segera mengenakan jas semi formalnya secepat kilat, melangkahkan kedua tungkai terburu-buru melewati sosok Azyla yang mematung di tempat.
Air muka antusias Azyla seketika memudar. Jayden dan Azyla biasanya tak terpisahkan. Bisa dibilang, mereka adalah partner dengan ikatan yang kuat. Azyla sudah banyak berkorban untuk pria itu dan juga keluarga besar Baldwin. Wajar saja gadis itu kecewa karena merasa Jayden mulai acuh. Azyla bahkan bermimpi menjadi menantu keluarga konglomerat itu.
"Jay, tunggu!"
Nihil. Pekikan Azyla tampak sia-sia ketika presensi Jayden benar-benar menghilang secepat kilat dari ruangannya.
Tak lama kemudian, mobil berjenis sedan mewah favorit Jayden sukses membelah jalanan kala senja. Ia berkemudi sembari men-dial nomor ponsel Sofia. Namun, sayang. Pria itu tak kunjung mendapat jawaban.
Ergh! Tenang lah, Jay. Bisa saja Sofia menyerah dan pulang, bukan? Jayden membatin berusaha menenangkan diri sendiri walau sebenarnya sangat khawatir.
DRRT ... DRRT!
Kini giliran ponsel Jayden bergetar hebat, pertanda panggilan masuk. Pria itu segera mengangkat tanpa melihat nama si penelepon.
Hanya nama Sofia yang terekam di otak Jayden saat ini sehingga sontak belah ranumnya mengucap otomatis nama sang puan. "Halo. Sofia?"
^^^"Hehe, Aku Laura, bukan Sofiamu."^^^
"Ah, maaf. Aku pikir tadi ... tapi tunggu, kau bilang barusan Sofiaku? Tidak, dia hanya stafku."
^^^"Hahaha. Aku hanya bergurau, Tuan CEO."^^^
"Kau ini, sering sekali bergurau."
^^^"Santai lah sedikit. Kau terlalu serius."^^^
Keduanya terlibat percakapan santai sesaat sebelum akhirnya Laura membahas kabar penting yang ingin disampaikan.
^^^"Aku ingin menyampaikan kabar bahwa akan mempertimbangkan kontrak menjadi Brand Ambasador Taipun & Co."^^^
"Be-narkah? Kau tidak sedang bergurau lagi, bukan?"
^^^"Yups. Berikanlah aku waktu dua hari sebelum kita membahas mengenai kontrak, bagaimana?"^^^
Saking kelewat senang, Jayden menggigit jarinya gemas, hatinya berbunga -bunga tiada tara. Impian sang ibu akhirnya hampir terwujud.
"Uhm, tentu saja. Tim legalku akan datang di hari yang telah ditentukan."
^^^"Oh, iya. Kau juga harus berterima kasih pada staf bernama Sofia. Cara merayuku sungguh tak terduga dan cukup mengagumkan."^^^
"Benarkah? Lalu, apa kau tau dimana Sofia sekarang?"
^^^"Dia mengatakan akan mencari halte terdekat untuk pulang."^^^
Tak ingin berlama-lama, Jayden pamit mengakhiri panggilan. Darahnya berdesir hebat, adrenalinnya turut terpacu. Rasa ingin bertemu dengan Sofia semakin membuncah tak terkendali. Selain merasa bersalah, rasa bangga terhadap staf sang puan turut bercampur menjadi satu.
Sesampainya di sekitar area gedung Laurent Modeling, dua manik cokelat kehitaman milik Jayden segera menyisir sisi kanan dan kiri tepi jalan.
Pancaran binar tercipta kala Jayden menemukan sosok Sofia sedang duduk di halte seberang jalan. Sontak Jayden menepikan mobilnya, memberi tanda hazard sebelum turun. Pria itu hanya tak ingin membuang waktu dengan melakukan putar balik kendaraan, itu terlalu lama. Jayden tak ingin Sofia nanti pergi.
Ia pun segera melangkahkan kedua tungkai jenjang melewati zebra cross pertama sebelum mencapai halte seberang.
"SOFIA!" pekik Jayden antusias yang kini sudah berada di titik tengah jalan antara dua zebra cross. Langkahnya harus terhenti kala lampu penyeberangan menunjukkan tanda merah khusus pejalan kaki.
"Jayden." Sofia bergumam sembari menyipitkan netra, memastikan sosok yang memanggil namanya adalah benar sang bos. "Benar. Itu Jayden."
"Hey, Sof."
Namun, suara lain secara tak terduga mengudara, memanggil nama Sofia dari arah kiri sang puan. Suara khas pria dewasa yang sudah tak asing di telinga.
"Kai-van." Netra Sofia melebar sempurna saat menoleh ke arah sosok pemanggil yang nyatanya adalah sang mantan suami, Kaivan Mahacara.
Sungguh, Sofia dibuat limpung akan situasinya sekarang. Dua pria tampan kini sedang dalam perjalanan mengikis jarak dengannya. Namun, Kaivan lah yang lebih dulu mendekat ke arah Sofia karena berada di tepi yang sama.
"Kau nakal sekali, Sof. Kau menghilang tanpa jejak dan berpikir aku tidak mampu menemukanmu, begitu?" protes Kaivan dalam jarak satu hasta saja dengan mantan istrinya.
"Kai, bagaimana—"
GREB!
Seakan tak ingin memberi ruang untuk Sofia membela diri, pria berperawakan tegap itu malah membawa tubuh mungil sang puan ke dalam dekapan. Entah apa maksudnya.
Di sisi lain, jemari Jayden terkepal kuat dengan tubuh mematung di tempat efek menyaksikan staf humasnya dipeluk pria lain.
brrti sofia d bwa dominic y????
duhhh.....
aku penasaran mba sofi gimana thor hikss.. please jgan smpe knp2/Pray//Sob//Sob/
Gara2 sm mafia,sofia mlah ikut jd target.....udh trluka mlah.....suaminya sbuk sna sni,ga tau istrinya dlm bhaya....
ko mlah d bwa k kmr sih sofia????
kn bsa tmbul slh phm jg nnti sm suamimu....lgian blm tau jg kn tu orng baik atw jhat.....
see.....enth gmn nsibmu abs ni....
tp kl mau nguji dia,trsrah.....
hadirkan karakter yang baik untuk Jayden jangan Deegan Sofia ataupun Cloe,Cloe cukup jadi bumbu²/ujian RT Kaivan dan Sofia