Usia yang sudah memasuki 33 tahun, membuat tuan muda Anderson merasa frustasi karena tekanan orang tuanya untuk segera menikah. Ditambah dengan semua adiknya sudah berumah tangga, hal itu membuatnya semakin tertekan.
Namun, pertemuan tidak sengaja dengan seorang perempuan muda yang ceria dan menarik, membuat Tuan muda terpesona.
Apakah akhirnya dia akan segera menemukan pendamping hidup dan terhindar dari tekanan kedua orangtuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Axel dan Sofia memutuskan untuk istirahat, baru malamnya mereka berdua keluar untuk makan malam sambil menikmati indahnya suasana malam di pulau Dewata tersebut.
"Mau makan apa?" tanya Axel kala mereka sudah duduk di kursi sebuah restoran. Mereka memilih duduk di area outdoor.
"Terserah kamu saja." jawab Sofia.
Axel menjatuhkan pilihannya pada ayam betutu, sate lilit dan beberapa menu pendamping lainnya.
"Bagaimana rasanya?" tanya Axel setelah menyuapi Sofia dengan satu suap ayam betutu.
"Em ... enak." jawab Sofia yang membuat senyum Axel mengembang.
Keduanya makan dalam satu piring yang sama, padahal sudah di siapkan dua piring di sana.
Tapi semua itu permintaan Axel dan Sofia tak kuasa untuk menolaknya. Sepertinya ini akan menjadi kebiasaan baru sang tuan muda.
Selesai makan, keduanya memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Karena datang ke sana adalah hal yang pertama kali untuk Sofia, tentu saja wanita itu ingin mengekplorasi tempat itu lebih banyak lagi dan tentu saja Axel tak keberatan. Pria itu menemani kemana pun kaki istrinya melangkah. Karena bagi Axel bulan madu bukan hanya sekedar tentang urusan s*x atau ranjang, karena kalau cuma untuk itu di rumah pun jadi ... tak perlu jauh-jauh untuk berbulan madu. Bulan madu menurutnya adalah kesempatan untuknya bersantai tanpa harus di pusingkan dengan banyaknya pekerjaan dan menciptakan pengalaman bersama dengan pasangan dengan status yang baru juga menyesuaikan diri satu sama lain.
Tepat pukul sebelas malam mereka tiba kembali di penginapan, baik Axel dan Sofia langsung bergantian untuk membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.
❤️
Pertama kali membuka mata yang Sofia lihat adalah Axel. Mereka bangun dalam keadaan saling berpelukan untuk memberikan kehangatan satu sama lain.
Entah siapa yang memulainya semalam, yang jelas pagi ini keadaan kamar mereka sedikit kacau akibat ulah keduanya.
Mengingat kejadian semalam, pipi Sofia langsung bersemu merah. Malu tapi tak menampik jika dia pun menikmatinya.
"Jangan bergerak sayang." kata Axel dengan suara serak khas bangun tidur sehingga membuat Sofia langsung berhenti bergerak dan mendongak menatap Axel yang tenyata masih memejamkan kedua matanya.
"Tapi ini sudah siang Ax." kata Sofia, karena tadi dia bergerak untuk melepaskan diri dari pelukan Axel.
"Memangnya mau ngapain? ayo temani aku tidur sebentar lagi ... rasanya aku masih sangat mengantuk." sahut Axel yang semakin mengeratkan pelukannya.
Jadi Sofia pun akhirnya hanya bisa pasrah dan kembali tidur di pelukan sang suami.
Jam sepuluh Sofia baru bangun dan itu pun di sebabkan kerena perutnya merasa keroncongan yang menandakan minta untuk segara di isi.
"Ax, laper." keluh Sofia.
Mendengar keluhan Sofia, kedua mata Axel pin langsung terbuka secara sempurna.
Pria itu meraih ponselnya yang berada di atas nakas untuk melihat pukul berapa sekarang dan ternyata mereka sudah melewat sarapan pagi mereka.
"Bersih-bersih dulu kita keluar untuk cari makan atau mau makan di sini saja?" kata Axel.
"Mau di luar saja sambil jalan-jalan." sahut Sofia.
Begitu pelukan Axel terlepas Sofia pun meraih selimut yang akan di lilitkan pada tubuhnya.
"Biar aku ambilkan handuk." ujar Axel yang langsung melangkah ke kamar mandi dengan mengenakan celana pendek namun tubuh bagian atasnya di biarkan terekspos sempurna.
Dia tak tega jika Sofia mengenakan selimut yang begitu besar untuk menutupi bagian tubuhnya, bagaimana nanti kalau malah terinjak dan membuat istrinya jatuh.
"Mau aku gendong?" tanya Axel yang membuat Sofia langsung mengerutkan dahinya.
"Gak perlu Ax, aku bisa jalan sendiri." jawab Sofia.
"Yakin?" tanya Axel dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Yakin." jawab Sofia. "Ini bukan film atau seperti cerita-cerita novel yang menceritakan jika setelah berhubungan untuk yang pertama kali membuat si wanita yak bisa berjalan Ax." sambungnya. Perih ... tentu saja, namun tak sampai separah yang di ceritakan, tentu saja cerita di film dan di novel-novel itu di lebih-lebihkan untuk lebih mendramatisir keadaan.
❤️
Keduanya berjalan dengan bergandeng tangan. Mereka memutuskan untuk ke tempat yang terdekat saja karena sepertinya cacing-cacing di perut mereka terus saja berdemo minta untuk segara di isi.
"Matahari cukup terik, kita kembali ke penginapan saja ya ... nanti agak sorean kita jalan lagi." kata Axel. Ya tentu saja karena ini sudah hampir tengah hari dan cuaca begitu cerah jadi wajar jika terasa panas.
"He'em." sahut Sofia menganggukkan kepalanya. "Aku juga masih mengantuk Ax, pengen tidur ... kedua mataku terasa begitu sangat lengket." kata Sofia lagi.
Entah semalam dia hanya tidur beberapa jam saja, jadi wajar jika sudah mengantuk kembali di tambah lagi dengan tubuhnya yang masih terasa lelah karena sisa-sisa kegiatan mereka semalam.
Berbeda dengan Axel dan Sofia, di perusahaan Anderson Luna dan Noel di sibukkan dengan segala pekerjaan yang bisa di bilang banyak karena si bos tak ada.
"Noel, nanti malam lebur lagi nih?" tanya Luna dengan melihat tumpukan dokumen di atas meja kerjanya.
"Ya mau gimana lagi, biasanya ada bos yang ikut kerjain ... nah sekarang cuma kita berdua." jawab Noel.
Baru juga tiga hari bos mereka tak ada tapi sudah terlihat dengan jelas raut frustasi di wajah keduanya, Luna lebih parah.
"Noel, yang ini gak bisa kita handle ... harus melalui persetujuan langsung dari bos." kata Luna dengan menunjukan satu berkas di hadapan Noel. "Dan waktunya hanya tinggal besok." sambungnya lagi.
"Biar aku hubungi bos." kata Noel memberanikan dirinya, sebab sebelumnya dia sudah di peringatkan oleh Axel.
Dalam dua kali panggilan langsung terhubung dengan Axel.
"Ada apa?" tanya Axel langsung dengan suara yang lebih pelan dari biasanya karena takut menggangu sang istri.
"Maaf menganggu, tapi ini masalah kerjaan bos." jawab Noel di sebrang sana dengan sedikit ragu.
"Bukannya sudah saya bilang jika saya tak ingin di ganggu dengan masalah pekerjaan untuk beberapa hari ini." kata Axel. "Apa perkataanku masih kurang jelas Noel?" tanyanya dengan suara yang terdengar begitu tegas.
"Maaf bos, ... " Noel pun langsung mengatakan penyebab dirinya terpaksa harus menghubungi Axel.
"Kirimkan lewat email." perintah Axel dan sambungan pun terputus setelah Noel mengiyakannya.
Sementara Axel bekerja, Sofia sudah tertidur lelap di atas ranjang dengan memeluk pinggang Axel, sejak menerima telpon dari Noel posisi pria itu berubah menjadi duduk bersandar di headboard.
Axel hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar, nyatanya ingin benar-benar terbebas dari pekerjaan pun dirinya tak bisa.
Sebagai pemimpin perusahaan tentu saja tanggung jawabnya jauh lebih besar, sebab banyak orang yang bergantung dari keberlangsungan perusahaannya.