Setelah malam panas dengan seorang laki-laki yang tak dia kenal, Bella dinyatakan hamil. Malam itu Bella dijebak oleh sang kakak. Berliana merasa cemburu, karena Daddynya lebih sayang kepada Bella.
Rencana Berliana berhasil. Bella di usir dari rumah, dan akhirnya dia pergi ke luar negeri. Dia memilih mempertahankan anak itu. Dokter mengatakan, kalau dirinya saat itu sedang mengandung bayi kembar.
Kedua anaknya itu tumbuh menjadi anak yang genius, memiliki IQ yang tinggi. Mereka mampu mengubah kehidupan Bella. Sampai akhirnya, Bella memutuskan untuk kembali ke Indonesia membawa kedua anaknya.
Mampukah takdir mempertemukan mereka? Apakah Bella akan menikah dengan ayah biologis kembar ataukah memilih menikah dengan pria lainnya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius Milik CEO."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan Bella Dimulai
"Bella juga sayang sama Daddy."
Ernesto langsung menceritakan apa yang terjadi padanya selama ini. Berli begitu berkuasa padanya. Bahkan tadi dia berniat mengambil aset miliknya yang lain. Termasuk ingin mengambil uang perusahaan. Bahkan tadi hendak membunuh dia. Bella tersenyum smirk, dia yakin Berli pasti kelimpungan karena Farrel berhasil menguras semua isi tabungannya.
Pandangan Ernesto kini ke arah Farrel dan Feli, yang saat itu berdiri memandang ke arahnya.
"Apa kedua anak itu cucu Daddy?" tanya Ernesto memastikan.
Kedua anak Bella memang lebih terlihat mirip Alex. Sedangkan Farell anak laki-laki Bella, hanya mengambil 20% saja darinya.
"Ya, mereka cucu Daddy. Farrel dan Feli anak Bella."
Ernesto meminta kedua cucunya memeluk dia. Dia bertambah sedih, teringat apa yang dia lakukan dulu pada Bella. Dengan teganya dia meminta Bella menggugurkan kandungannya.
Kedua anak itu memandang ke arah sang mommy, seakan bertanya. Bella lupa, kalau kedua anaknya tak mengerti bahasa Indonesia.
"Dia kakek kalian, papinya Mommy. Peluklah dia! Dia sangat menyayangi kamu," ucap Bella kepada kedua anaknya.
Keduanya masih terdiam. Entah perasaan mereka apa saat itu. Rasanya seperti mimpi, karena akhirnya mereka memiliki seorang kakek. Mereka bukan hanya hidup bersama mommynya saja.
Bella terpaksa menarik tangan kedua anaknya, sedikit memaksa untuk mencium tangan dan memeluk Ernesto. Air mata Ernesto mengalir deras. Dia merasa berdosa sekali kepada kedua cucunya.
"Maafkan, Opa! Opa dulu sangat jahat pada kalian. Seharusnya, Opa tak seperti itu saat dulu. Opa menyesali perbuatan Opa dulu," ungkap Ernesto diiringi isak tangis.
"Sebaiknya Daddy pergi dari sini! Bella takut, wanita ib*lis itu berniat jahat pada Daddy. Kini saatnya Bella membalas rasa sakit hati Bella selama ini kepada wanita ib*lis itu. Kita laporkan dia ke polisi, sudah sangat banyak dia hidup enak dan bebas menguasai harta kekayaan Daddy. Asal Daddy tahu, Farell sudah berhasil meretas data dia dan mengosongkan semua saldo di tabungan dia. Pasti saat ini kelimpungan gak memiliki uang. Makanya, dia berniat nekat."
Mendengar pernyataan Bella, Ernesto dan Arga dibuat melongo tak percaya. Mereka tak menyangka, kalau anak sekecil itu bisa memiliki otak yang genius yang tak dimiliki anak seusianya. Tuhan memberikan kemampuan padanya, agar bisa membantu Bella.
"Kita harus segera pergi dari rumah ini, sebelum dia datang. Bibi pun kita bawa saja, dia bisa dijadikan saksi atas perbuatan Berli selama ini. Tayangan CCTV di sini pun bisa dijadikan bukti, betapa kejamnya Berli selama ini menyiksa Daddy. Bella tak membiarkan wanita ib*lis itu hidup bahagia."
Bella meminta Arga dan security yang menjaga rumah daddy-nya, untuk menggendong Ernesto ke dalam mobil. Sebelum itu, Ernesto menyuruh Bella mengambil kotak brankas besar yang berisi aset miliknya. Kini saatnya Berli mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama ini.
Sempurna. Bella sudah berhasil membawa Daddy dan juga ART yang selama ini bekerja di rumah daddy-nya. Dia juga sudah menyelamatkan brankas penting milik daddy-nya. Farell pun sudah berhasil mengcopy semua data CCTV.
Sementara waktu Ernesto akan tinggal bersama Bella, di tempat Bella menginap. Sebenarnya, Ernesto mengajak Bella tinggal di apartemen miliknya. Bella khawatir kalau Berli akan mencari keberadaannya ke sana. Setelah mengantarkan Ernesto dan sang ART ke hotel. Bella bersama Arga dan kedua anaknya akan langsung mendatangi pihak kepolisian untuk membuat laporan.
Berli baru saja sampai di rumah. Dia tampak bingung, keadaan rumah saat itu tampak sepi. ARTnya pun tak ada di sana. Hingga akhirnya dia langsung memasuki kamar Ernesto. Dia dibuat terkejut. Ernesto dan ARTnya tak ada. Dia langsung menemui penjaga rumah itu. Dia mengatakan, kalau Ernesto sedang dibawa ke rumah sakit karena mengalami sesak nafas. Sesuai perintah Bella.
"Semoga saja dia mati. Agar aku tak perlu repot-repot lagi membunuhnya."
Berli tak menaruh curiga. Tujuan dia sekarang yaitu mencari brankas milik Ernesto. Dia berniat mencari orang yang bisa membuka brankas. Dia ingin bergerak cepat menguasai harta kekayaan Ernesto.
"Sial, di mana brankas itu. Mengapa tak ada? Apa tua bangka itu membawanya ke rumah sakit. Rasanya tak mungkin. Brankas itu sangat berat. Tapi, ke mana brankas itu?"
Berli merasa kesal, meluapkan kekesalannya dengan melemparkan barang-barang di sekitarnya. Dia juga merasa kesal, karena Alex menolak cintanya. Mami Rachel masih belum berhasil merayu Alex untuk menikah dengannya.
"Kenapa sih, hidupku selalu gak beruntung? Aku benci hidupku!"
Dia merasa, kalau hidupnya tak pernah beruntung. Kemarin-kemarin dia memang bisa menikmati hidup penuh kemewahan, dan bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Tapi tetap saja, hal itu tak membuat dia menjadi sosok yang beruntung. Di usianya yang sudah kepala tiga. Dia belum juga memiliki pendamping yang benar-benar mencintainya. Selama ini, dia hanya dijadikan alat. Mereka hanya menginginkan uang Berli dan juga menikmati tubuhnya.
Bella terpaksa harus membawa kedua anaknya, karena mereka tak mau ditinggal. Bella dan Arga sudah sampai di kantor polisi. Dia langsung melaporkan perbuatan Berli selama ini. Bukti-bukti yang dimiliki, menjadi penguat Berli akan ditangkap. Dia tak bisa lagi mengelak.
"Seperti janjiku dulu. Suatu saat nanti, aku akan kembali, dan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Dan pada hari ini, aku akan membuat kamu harus mempertanggungjawabkan semuanya. Bersiaplah kamu! Kamu akan mendekam di penjara bertahun-tahun."
Rasa sakit hati dan dendam yang dia rasakan, semua akan terbayar. Kini saatnya dia meraih kebahagiaan, bisa berkumpul kembali bersama daddy-nya di rumah mereka. Melihat kondisi daddy-nya seperti itu, Bella menjadi tak tega meninggalkan daddy-nya.
Pihak kepolisian akan langsung melakukan penangkapan Berli di rumah. Bella tak ingin menundanya. Bella, Arga, dan kedua anaknya sudah dalam perjalanan menuju rumah Ernesto. Tim kepolisian yang bertugas pun sudah dalam perjalanan.
Berli saat ini berada di kamarnya. Dia memilih membiarkan Ernesto di rumah sakit dengan ARTnya. Dia tak menaruh curiga, kalau semua ini hanyalah sebuah rekayasa saja. Mungkin, otaknya sedang tak bisa berpikir.
Tim kepolisian dan mobil Arga sudah sampai di depan rumah Ernesto. Mereka akan masuk secara bertahap dan secara diam-diam. Berharap Berli tak melihat mereka datang. Bella, Arga, dan kedua anak Bella harus menunggu dulu di dalam mobil.
Ternyata saat itu Berli sedang tidur, dia tak mendengar ada orang yang masuk ke dalam. Tim kepolisian akan masuk mencari keberadaan Berli di kamarnya, menangkapnya secara paksa. Bella, Arga, dan kedua anak Bella pun sudah turun, dan menunggu di ruang tamu.
"Siapa kalian? Lepaskan! Kurang ajar sekali kalian, masuk ke kamar saya tanpa permisi," pekik Berli.
Dia dibuat terkejut. Berli terlihat panik, jantungnya berdegup kencang. Sebenarnya, dia bisa melihat dengan mata kepala dia sendiri. Siapa kedua orang itu. Sudah jelas mereka seorang polisi, karena memang mereka bertugas menggunakan pakaian polisi. Mungkin, Berli belum sadar sempurna. Dia sedang tertidur nyenyak, saat itu.
Bukan Bella yang menegang... Tapi Alex 🤣🤣🤣🤭