Aku Hanya Lelah

Ganin berjalan seperti tak terjadi apa-apa. Bahkan ia tak menjumpai orang yang memukul Bayu tadi. Andai ia bisa melihat wajah orang itu, mungkin Ganin bisa segera mengungkapkan kasus yang ia tangani di supermarket Xxx ini.

Dari kejauhan, Ganin melihat rekan kerjanya masih bongkar barang. Dan Hima sendiri duduk sambil mengecek dan menghitung barang yang masuk. Anak lori ada yang melihat kedatangan Ganin, tapi Ganin meminta mereka diam. Ganin ingin mengejutkan Hima yang konsen dengan stoknya.

Anak lori itu hanya menggeleng. Di mata mereka, Ganin cukup kekeh mendekati Hima yang memang sulit di taklukkan. Jangankan takluk, di dekati saja susahnya minta ampun.

Mungkin hanya Ganin satu-satunya yang bisa sedekat ini dengan Hima.

Ganin duduk di belakang Hima yang menunduk dengan buku lebar yang ada di pangkuannya. Ganin dengan iseng menyandarkan tubuhnya ke punggung Hima.

"Ehhhh...??'', Hima terkejut melihat seseorang yang ada di punggungnya. Dengan reflek gadis itu pun bangun.

Alhasil, Ganin jatuh dengan kepala yang lebih dulu terjatuh.

Anak lori justru mentertawakan Ganin tanpa niat ingin membantunya. Hima sendiri pun terkejut karena ternyata orang itu adalah Ganin.

"Awssh...tega banget Lo ,Ma! Bangunin!", Ganin mengulurkan tangannya minta di bantu. Padahal cuma jatuh seperti ini saja tak ada apa-apanya di bandingkan dengan luka yang pernah ia alami.

"Lo apa-apaan sih Nin?!", meski mengoceh Hima tetap membantunya.

"Lo yang apa-apaan, bangun ngga bilang-bilang!", gerutu Ganin.

"Malah nyalahin gue lagi! Dah lah, minggir! Lo ngapain ke sini malem-malem? Kata bang Ari, Lo sakit?", tanya Hima dengan senyum sinisnya.

"Iya...tadi emang sakit, makanya ngga masuk tapi sekarang udah sembuh kok. Kan mau jemput kekasih ku!", kata Ganin dengan suara sedikit meninggi.

Hima melotot lebar pada Ganin yang tertawa dengan gaya khasnya. Tak lupa salah satu giginya yang aneh di pinggir membuat ia semakin manis di lihat. Ehhh????

Anak lori menoleh semua ke arah Ganin usai lelaki itu mengatakan kata kekasih ku.

Setelahnya, mereka semua terbahak mentertawakan Ganin yang menurut mereka terlalu percaya diri dan berlebihan. Bagi mereka, Hima memang sulit di jangkau.

Mereka akui, Ganin memang jadi paling most wanted sejak memasuki supermarket Xxx itu.

"Kalian lagi ngetawain gue?", tanya Ganin pada anak lori.

"Lo emang ganteng Nin, tapi...buat naklukin Hima ...agak sulit. Apalagi Lo brondong!", sahut salah satunya di sertai tawa meledek.

Sejak sore suasana horor karena Hima diam saja. Entah sedang memikirkan apa. Tapi saat Ganj datang, wajah Hima yang tadinya memang terkesima tak bisa di ajak bercanda kini berangsur cerah.

"Jawab Him, kita udah jadian kemarin!", kata Ganin menyenggol bahu Hima yang jauh lebih pendek darinya. Hima menatap Ganin dengan kesal.

Tawa anak lori semakin menggema meskipun mereka tetap melakukan pekerjaannya. Lama-lama Hima merasa kasihan dengan Ganin yang di sudutkan seperti itu.

"Iya...iya...kita udah jadian kemaren, puas???", tanya Hima pada mereka semua. Ganin, juga anak lori.

Anak lori semua terdiam dan menghentikan aktivitasnya. Bahkan supir pabrik pun ikut terbengong mendengar jawaban Hima.

Ganin tersenyum menang mendengar kalimat yang keluar dari mulut Hima.

"Apa gue bilang, ngga percaya sih!", kata Ganin penuh percaya diri.

"Lo ngga di ancam kan neng Hima?", tanya supir pabrik.

"Ancam gimana maksudnya bang?", tanya Hima.

"Ah...Abang, mana ada Ganin ngancam Hima. Paling juga pake pelet dia hahahahah!", celetuk temannya.

Hima mendesah pelan lalu tersenyum tipis dengan keabsurdan teman-temannya.

"Kalo udah serius jadian, besok boleh dong traktir kita-kita?"

Ganin mengacungkan dua jempolnya pada anak lori yang masih oper-operan barang di atas tronton.

"Ngga usah aneh-aneh!", kata Hima.

"Tenang aja Ma, cuma teh cekek sisri doang mah kecil!", ujar Ganin dengan tawa meledek.

Anak lori memang hanya bercanda, tapi kalo beneran di belikan yang syukur meskipun cuma es teh cekek yang seporsi dua ribuan.

"Dah, ngga usah urusi anak depan! Udah malam, cepet selesai kan!", pinta Hima.

Bayu yang belum pulang, tiba-tiba masuk ke dalam gudang. Ia cukup heran dengan kebisingan anak lori yang sedang bongkaran.

Bayu yang sedang mengerjakan pekerjaannya pun mencoba mencari tahu kegaduhan yang ada di gudang itu.

"Kamu, ngapain di sini? Bukannya kamu ijin ngga masuk karena sakit?", tanya Bayu pada Ganin. Suasana menjadi hening seketika.

Dua lelaki tampan seumuran itu saling berpandangan. Entah kenapa menurut Bayu, Ganin merupakan ancaman untuknya.

Ancaman untuk mendekati Hima tentunya!

"Udah sembuh pak, besok juga kerja. Ini mau jemput kekasih hati saya!", kata Ganin dengan wajah tengilnya.

Padahal ia sebelumnya ingin sekali segera meringkus Bayu. Terlebih Ganin sudah memiliki bukti baru yang menyebut nama tersangka Joni dan Jeri yang ada di sel.

Tapi sepertinya belum cukup bukti hingga ia tahu siapa orang yang ada di atasnya Bayu.

Bayu saja bisa terancam, itu artinya orang itu memiliki kekuatan yang lebih di atas Bayu. Tapi siapa???

"Apa maksud kamu?", tanya Bayu pada Ganin.

"Hima kan cewek saya pak, jadi...saya harap pak Bayu jangan coba-coba dekati Hima!", kata Ganin. Awalnya ia bersuara lembut tapi di akhir kata ia teringat obrolan antara Bayu dan seseorang.

Ia tak ingin Hima menjadi bahan incaran orang itu hanya karena menjadi tameng untuk Bayu.

Bayu menatap tajam pada Ganin yang memasang wajah tak kalah tegang.

"Selesai!", teriak bang Ari dari atas mobil tronton. Ia bisa membaca adanya ketegangan antara Bayu dan Ganin.

Teriakannya mengalihkan perhatian mereka semua.

"Besok pagi temui saya di kantor!", kata Bayu pada Ganin. Setelah itu lelaki itu pun pergi meninggalkanku gudang dengan emosi.

Ganin mulai meredakan emosi pada Bayu dengan duduk di bangku Hima tadi. Hima sendiri hanya menghela nafas panjang.

Sepertinya pengakuan ku yang mengiyakan Ganin justru membuat masalah baru. Bagaimana kalau Bayu dengan semena-mena memecat Ganin???? Batin Hima.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Terimakasih ✌️✌️✌️✌️🙏🙏🙏🙏