Masa lalu yang telah Ia lupakan kembali hadir dan mengusik kehidupannya. Seolah takdir mempermainkan mereka.
Mira, wanita cantik yang profesi sebagai seorang dokter telah berhasil keluar dari keterpurukannya dan membahagiakan anaknya seorang diri. Ia mampu melakukan semua itu tanpa adanya sosok Rangga, pria masa lalu yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya dan tiba-tiba pergi begitu saja. Menghilang bagai buih.
Disaat Mira tengah bahagia dengan kehidupannya, lagi-lagi pria itu tiba-tiba hadir dalam hidupnya. Takdir kembali mempertemukan mereka sebagai seorang dokter dan pasien.
Akankah Mira berada di sekitaran Rangga sebagai seorang dokter, yang akan menyembuhkannya? Ataukah memutuskan menjadi sosok wanita yang telah dicampakkan, dan membalas rasa sakitnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anisa Putri Kita
Hari itu juga Biah tak membuang waktu, ia langsung mengirim sampel Mira dan juga Anisa ke laboratorium, ia ingin tahu keputusannya secepatnya. Ia tak hanya bergerak sendiri dalam hal itu, ia juga mengatakan apa yang ingin dilakukannya pada suaminya dan suaminya juga sangat mendukung.
Raditya mengaku jika waktu itu ia membohonginya, ia sebenarnya tak tahu di mana orang tua bayi itu, ia sudah berusaha untuk mencarinya terlebih dahulu, tapi tak ditemukannya. Bayi itu tak ada yang merawat jadi ia memutuskan untuk memberikan padanya, ia sengaja mengatakan bayi itu sudah tak memiliki kedua orang tua agar dia merasa tenang, ia sama sekali tak menduga jika suatu saat mereka akan kehilangan Anisa di saat mereka sudah sangat menyayanginya.
Bukan hanya Biah dan juga Raditya yang ke rumah sakit hari itu untuk memeriksa kebenarannya, Rangga juga melakukan hal yang sama
Saat bermain dengan Anisa ia sengaja mengambil rambut anak itu kemudian dicocokkan dengan sampel rambutnya, jika memang Anisa adalah anaknya pasti hasil tes DNA mereka cocok.
Sambil menunggu hasil tes DNA-nya keluar, Biah dan Raditya juga menceritakan hal itu pada Erik. Anisa adalah anak dari Dokter Mira dan Rangga, mereka ingin mengambilnya.
"Tidak, Ayah. Anisa adalah bagian dari keluarga kita, kita memiliki hak asuhnya secara resmi. Aku rasa kita berhak atasnya, tak akan ada hukum yang akan memberatkan kita jika kita tetap ingin mengurusnya."
"Iya, Nak. Tapi bagaimana jika Rangga ingin mengambil Anisa dari kita."
"Ayah, Ibu. Aku kan mau ke luar negeri untuk kuliah, bagaimana jika kita bahwa Anisa ke luar negeri dulu sementara waktu dan biarkan Ayah yang menyelesaikannya di sini bersama dengan Rangga. Ayah harus bisa menyelesaikan dan memenangkan semuanya."
"Iya, ayah juga setuju sebaiknya kalian pergilah ke luar negeri untuk sementara waktu," ucap Raditya yang setuju akan usulan anaknya, ia juga tak rela Anisa di pisahkan dari mereka.
Beberapa hari kemudian kondisi kaki Rangga sudah membaik, ia sudah bisa jalan tanpa tongkat walau masih dengan harus berhati-hati, ia pun kembali menghampiri Mira di ruangannya.
"Rangga, kamu itu sangat keras kepala. Apa kamu tak mengerti apa yang aku katakan? Sudah berulang kali aku mengatakan untuk tak mengganggu hidupku dan Shaka lagi, aku benar-benar ingin hidup tenang tanpa adanya bayang-bayang masa lalu kita. Setiap aku melihatmu, aku kembali teringat akan apa yang telah kamu lakukan padaku dulu dan itu sangat sesak di sini." Mira menunjuk dadanya dengan air mata yang kini sudah tergenang di pelupuk matanya. Marah, kesal, sedih, semua bercampur menjadi satu. Jujur dalam hatinya ia masih sangat mencintai Rangga. Namun, cinta itu terhalang oleh rasa benci yang begitu besar.
Rangga tiba-tiba berlutut dan menundukkan kepalanya dalam, ia sudah tak tahu lagi harus berbuat apa agar Mira memaafkannya. Sudah banyak cara ia lakukan, tapi belum mampu merubah hati Mira. Ia tahu ia salah dan berlutut di hadapan Mira pun belum tentu Mira memaafkannya.
Melihat apa yang dilakukan oleh Rangga, Mira memundurkan langkahnya. "Percuma juga kamu berlutut, itu tak akan bisa menghapus rasa kesalku padamu. Kamu tak tahu betapa aku tersiksanya selama ini. Aku tak pernah tidur dengannya nyenyak karena putriku, aku selalu memikirkan bagaimana kondisi putri kita sampai saat ini, sampai detik ini hidupku masih tak tenang, Rangga."
"Apa jika aku menemukan putri kita, apa kamu akan memaafkanku?" tanya Rangga menatap Mira dengan mata yang juga berkaca-kaca.
"Apa kamu bisa menemukan Shira?"
"Tentu saja, aku adalah ayahnya. Aku pasti akan menemukannya di mana pun ia berada."
Mendengar hal itu Mira hanya tersenyum kecut, ia saja yang sudah berusaha mencarinya sejak hari itu sampai saat ini belum juga ia berhasil menemukannya.
"Aku sibuk, jika memang kamu bisa menemukan Shira ku, bawah dia padaku dan aku akan mempertimbangkan apakah aku bisa memaafkanmu atau tidak."
"Aku sudah menemukannya," ucap Rangga sambil mencoba untuk bangkit dari berlututnya, Mira langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Rangga.
Rangga mengeluarkan hasil tes DNA dari balik jasnya dan memberikannya kepada Mira, Mira awalnya menatap Rangga dengan tatapan penuh tanya sekaligus tatapan terkejut. Rangga pun mengangguk dan menyodorkan amplop di depannya, terlihat amplop itu sudah terbuka membuat Mira pun langsung mengambil amplop itu dan melihat isinya. Tangannya bergetar saat melihat jika itu adalah hasil tes DNA antara Anisa dan juga Rangga dan hasil tes DNA tersebut menyatakan jika hal tes DNA mereka cocok, Anisa adalah anak dari Rangga .
"Anisa adalah Shira?" tanya Mira dengan mata yang sudah berderai menatap Rangga, Rangga pun mengangguk.
"Aku akan pergi menemui ibu Dewi sekarang dan mengatakan semuanya. Aku juga punya banyak bukti lain yang menguatkan jika Anisa adalah anak kita. Aku harap dengan bukti itu kita bisa membawa Shira kita pulang dan adapun jika dia menolak kita bisa membicarakannya secara baik-baik."
"Tunggu apa lagi, kita pergi sekarang," ucap Mira sambil mengusap air matanya, ia pun tanpa sadar langsung menarik lengan Rangga membuat Rangga pun mengikuti langkah Mira yang sedikit berlari. Walau Rangga sedikit meringis karena merasa sakit dengan kakinya yang baru sembuh ia tetap mengikuti Mira. Ia yang merasa bahagia karena Mira kembali memegangnya, walau itu hanya menariknya.
Mereka pun naik ke dalam mobil, Rangga belum berani membawa mobil sendiri membuat supir membawa mereka ke rumah kedua orang tua Erik.
"Apa? Mereka akan pergi ke luar negeri? Kapan mereka berangkat?" tanya Mira saat pintu rumah itu tertutup dan satpam mengatakan jika mereka baru saja pergi ke bandara. Mereka akan ke luar negeri mengantar Erik yang akan kuliah di sana, satpam tersebut juga tak mengkonfirmasi kapan majikannya itu pulang.
"Mungkin mereka belum berangkat, ayo kita ke bandara," ucap Rangga membuat Mira pun hanya mengangguk, ia sudah terisak dalam perjalanan ke bandara. Ia sangat takut jika sampai kembali dipisahkan oleh anaknya. Ia memang sudah mengikhlaskan jika memang Biah ingin merawat anaknya dan tak mau mengembalikannya. Namun, ia tak bisa berpisah jauh darinya. Apalagi saat ini setelah tahu jika Anisa adalah putri kandungnya, setidaknya mereka bisa bersama walau tak akan tinggal serumah karena Anisa sudah memiliki keluarga baru.
"Tenanglah, kita tahu keluarga Erik jika mereka sudah berangkat kita bisa menyusulnya," ucap Rangga berusaha menenangkan mantan istrinya itu. Mira hanya mengangguk sambil membekap mulutnya, sesekali mengusap air mata yang tak mau berhenti menetes, rasa bahagia karena sudah mengetahui jika Anisa adalah benar-benar putrinya dan juga rasa takut jika sampai kembali dipisahkan semua itu bercampur jadi satu, membuat dadanya terasa sangat sesak.
Sesampainya di bandara, walau dengan terpincang-pincang Rangga terus mengikuti kemana Mira berlari. Mereka mencari di mana penerbangan sesuai petunjuk dari satpam tadi jika mereka akan ke negara X, setelah pemeriksa dan dengan membawa nama besar keluarganya. Rangga pun tahu jika pesawat mereka baru saja lepas landas. Mira luluh terjatuh ke lantai, ia menangis merasa gagal kembali membawa putrinya itu bersamanya, ia menangis tersedu-sedu.
Rangga yang melihat bagaimana terpuruknya wanita yang dicintainya itu pun membawa Mira kepelukannya, Mira yang benar-benar merasa bersedih hanya menangis dalam pelukan Rangga.
"Tenanglah, aku yakin mereka adalah orang baik, mereka pasti bisa menerima permintaan kita agar mengembalikan putri kita. Tenanglah aku akan mengatur agar kita bisa menyusul mereka ke luar negeri, kamu jangan menangis begini kamu harus tetap sehat agar bisa mencari anak kita." Rangga terus mengusap rambut Mira yang masih terguguh di pelukannya. Rangga bisa merasakan anggukan kecil dari Mira yang masih menangis.
Rangga langsung menelepon Aldi dan mengurus keberangkatan mereka ke luar negeri, Rangga tak mau membuang-buang waktu lagi ia sudah meminta seseorang untuk menunggu keluarga Erik di bandara di kota tujuan mereka, mengikutinya ke mana orang itu pergi agar ia tak sulit mencarinya saat ia juga sudah sampai negara itu.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya semua persiapan penerbangan pun siap.
"Ini password kalian juga tiketnya," ucap Wira menyodorkan apa yang sudah selesai diurusnya kepada Mira dan juga Rangga, Mira yang putus asa hanya mengangguk dan mengikuti kemana Rangga membawanya. Ia pun berbalik dan melihat ke arah Aldi dan juga Wira.
"Aku meninggalkan Shaka, bisakah kalian menjaganya?" tanyanya.
Mira tak tahu apakah mereka orang baik atau orang jahat. Namun, ia yakin jika mengenai masalah Rangga mereka tak akan berbuat hal-hal di luar perintah Rangga apalagi jika sampai menyakiti putranya, membuat ia pun memutuskan untuk menitipkan putranya itu pada mereka berdua, ia tak tahu berapa lama ia akan di negara itu untuk mencari putri mereka.
Shaka sudah ada Bibi yang merawat. Namun, tetap saja Mira tak tenang meninggalkan bibi dan juga Shaka hanya berdua saat ia pergi ke luar negeri, terlebih lagi bibi biasanya hanya bekerja separuh waktu. Saat ia sudah pulang bibi akan pulang juga ke rumahnya.
Wira dan juga Aldi pun mengangguk.
"Percayakan saja pada mereka, mereka akan menjaganya dengan baik."
Malam itu juga Mira dan Rangga langsung bertolak ke negeri di mana negeri itu juga merupakan tujuan dari keluarga Erik.
cerita nya baguz