Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Lista mendengarkan cerita dari Sarah langsung tentang apa yang Sarah alami selama ini.
Gasa mencarimu dan sebenarnya dia tahu Lista ada dimana hanya saja waktu itu Gasa tidak memiliki kekuatan secara hukum.
"Jika waktu itu kalian kembali bertemu aku rela melepaskannya."jelas Sarah.
Lista hanya merenungi kata-kata Sarah,baginya sekarang yang terpenting semua baik-baik saja,bahkan Lista berharap tidak ada yang mengungkit masa lalunya.
Didi meneguk minuman yang dipegang dari tadi tatapannya tajam kearah Gasa.
"Jam berapa kamu mau pulang."tanya Didi.
"Harusnya kamu nanya dari jam berapa aku disini menunggumu."jawab Gasa tegas.
"Lalu?"tanya Didi lagi.
"Di,aku nahan malu datang kesini buat nganter Sarah."
Didi tidak begitu paham dengan masalah Lista dimasa lalu.
Masa dimana dia juga masih belum berani memutuskan sesuatu,masa dimana dia sedang berada dipuncak karirnya.
Sarah dan Lista keluar dari taman atas,dengan senyum keduanya menuruni tangga dan bergabung dengan Didi dan Gasa.
Gasa melihat sedikit perubahan pada wajah Lista,berbeda pada saat pertama kali masuk kerumah,wajahnya sedikit tegang.
"Ma sudah selesai urusannya?"tanya Gasa pada istrinya.
Seakan Sarah paham akan kode yang diucapkan suaminya.
"Sudah pa,ayo kita pulang."jawab Sarah.
Gasa dan Sarah pamit pulang,Didi merasa bersalah pada sahabatnya karena tiba-tiba mereka pamit pulang.
Lista mengajak suami untuk bicara didalam.
"Yang,ada yang mau aku bicarakan."
Didi menganggukan kepala.
"Iya."
Didi duduk di tepi ranjang sementara Lista membuka laci dan membawa amplop warna coklat dari Gasa.
"Kamu lihat ini."
Didi membuka tali pada amplop tersebut,saat melihat beberapa berkas Didi cukup terkejut melihat isinya.
Hasil jerih payah Gasa selama awal karir diberikan kepada Lista,sementara Didi cukup tahu kondisi keuangannya dulu.
"Apa yang ingin kamu lakukan dengan ini?"
Lista menarik nafas panjang."Aku ingin mengembalikanya."
Sarah banyak bercerita tentang masa lalunya bersama Gasa,Sarah harus ikut banting tulang demi membiayai anak-anak sekolah.
Lista akan merasa bersalah apabila menerima rumah dan tabungan yang diberikan Gasa.
Apapun alasanya Gasa sudah menjadi bagian dari masa lalunya dan justru menjadi guru dalam kehidupannya.
"Ijin aku menemuinya untuk mengembalikan ini."
Didi mengangguk dengan senyum menghias wajahnya.
"Tok-Tok-tok."terdengar pintu diketuk.
"Mi boleh aku masuk."Suara Richi terdengar dari balik pintu.
Didi buru-buru menyimpan berkas di bawah bantal,Richi masuk dengan membawa beberapa berkas dari Pak RW.
"Mi ini ada surat dari Pak Rw tadi ketemu didepan rumah."
"Oh iya,makasih sayang."Lista membaca berkas dari Pak Rw dan memberikan kepada Didi.
Richi melihat ada amplop berwarna coklat yang disembunyikan Didi dibawah bantal.
Richi melihat kedua orang tuanya bergantian.
"Kalian gak lagi berantemkan?"
Didi dan lista saling pandang
"Maksud kakak apa?tanya Didi.
"Tadi papi buru-buru menyembunyikan itu."Richi menunjuk kearah bawah bantal
Didi mengajak Richi keluar dari kamarnya.
"Kak,kamu gak percaya sama papi?"
"Bukan gitu pi."
"Ayo katanya mau main basket."
Didi mengajak anaknya bermain basket diarea parkir rumahnya.
Richi sedikit terhibur dengan cara papi memperhatikannya,meski sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin diungkapkan.
Lista membawa minuman buat anak dan suaminya,senang rasanya melihat Richi sudah kembali terhibur.
"Kak,Eri kemana?"
"Tadi masih ada tugas kelompok."
Richi duduk disamping Didi meneguk minuman yang diberikan mami.
"Papi punya postur tinggi dan pinter main basket."
"Basket hanya hobby kak."
Dalam hati Richi sangat mengagumi Papinya,hebat dalam berbisnis masih aktif dalam dunia hiburan dan sangat menyayangi keluarga bahkan saat dirumah waktunya banyak dihabiskan bersama aku dan adikku.
"Ayo sekali lagi pi."ajak Richi.
"Ayo."jawab Didi.
Ayah dan anak kembali larut dalam permainan,permainan selesai saat Eri pulang kerumah dan ikut nimbrung.
"Yah,kok udah selesai mainnya."
"Salah sendiri jam segini baru pulang."
Eri tidak menjawab tangannya asyik menusuk buah potong yang dibelinya.
"Kak,malam ini jadi tampil ya?"tanya Eri
"Iya."jawab Richi
"Mami sama Papi nanti datang ya."ajak Eri.
Lista terlupa jika Eri tidak mengingatkannya.
"Iya sayang."
Lista meninggalkan anak dan suami,masuk kerumah mencari berkas yang tadi dibawa sama Richi.
"Mas Iqbal tolong ini diurus ya lengkapi semua,soalnya nanti malam mau diserahkan ke RW."
"Siap mbak."
Didi masuk kerumah dengan keringat yang belum keluar maksimal,diajaknya Richi keruang gym untuk sedikit menegangkan otot.
"Papi masih tahan."
"Main basket sama kamu tadi cuma pemanasan."
"Pi sedekat apa papi sama keluarga om Gasa?"
Didi menghentikan sebentar kegiatannya.
"Om Gasa cerita apa?
"Cerita Papi dulu yang pertama kali merekrutnya bekerja sama,terus papi sering main kerumahnya."
"Itu saja ceritanya?"
"Ya sisanya cerita tentang cewek-cewek papi."
Lista muncul dari balik pintu mendengar Didi punya cewek.
"Cewek papi siapa Chi?"
"Mami."
Melihat Lista muncul tiba-tiba Didi berusaha menenangkan anaknya.
"Sudah,kakak mandi dulu biar ini jadi urusan papi."
"Maaf ya pi."
"It's ok."
Didi melanjutkan kembali tanpa memperdulikan Lista yang dari tadi menanyakan hal yang tidak penting.
"Sudah selesai bicaranya?"
Lista tidak menjawab pertanyaan suaminya ,bukan Didi namanya bila tidak bisa menenangkan suatu masalah.
"Tidak mudah bagiku untuk mengumbar kata cinta,jika itu mudah mungkin kita sudah menikah diusia muda."
Lista melihat kearah suaminya,benar apa yang dikatakannya meski sebenarnya dia juga geli mendengarnya.
"Apaan sih."
"Benarkan?"
Lista tidak bisa menjawab lagi rasanya begitu malu karena tadi mengomel tentang hal yang tidak penting.
Didi tersenyum karena kali ini sudah membuat istrinya tersipu malu.
Sejenak Didi berfikir bagaimana cara menjauhkan Richi dari Gasa,Didi hanya takut Gasa akan sering meracuni pikiran Richi meski sebenarnya hanya bercanda.
"Papi buruan mandi."kata Richi yang masuk kembali keruang Gym karena ponselnya ketinggalan.
"Iya kak."
Didi bangkit dari duduknya dengan mengalungkan handuk kecil yang sudah basah dengan keringat.
Richi membantu menutup pintu dan mematikan beberapa tombol yang menyala.
Malam ini ada acara Milad Majelis Taklim di Masjid tempat tinggal Lista.
Setiap tahunnya akan diadakan beberapa lomba untuk anak-anak,dewasa,bapak-bapak dan ibu-ibu yang aktif dalam mengikuti kegiatan di Masjid.
Richi biasanya aktif menjadi panitia,namun kali ini Richi ditunjuk menjadi pembawa acara.
Didi,Iqbal dan Alif membaur bersama yang lain dimana Pak RW langsung memperkenalkan kepada tetangga yang lain.
Karena Didi belum menyerahkan berkas Kartu Keluarga.
"Pak Didi segera mungkin mengumpulkan KK ya."kata Pak RW.
"Baik,Pak."
Acara malam ini sedikit berbeda karena dari panitia sedikit kurang persiapan,banyak yang tidak bisa hadir bertugas mengisi acara.
Ibu ketua Majelis Taklim mendekati Lista.
"Mami Richi ngisi bagian ini mau gak?"menunjukkan list acara.
"Maaf bu ketua saya lagi tidak bertugas."jawab Lista.
"Kami kurang orang Mi."memohon.
Akhirnya dengan rayuan dari bu ketua Lista mau ikut mengisi acara.
Spontan maju tanpa latihan cukup membuat suaranya nyaris tidak keluar.
Baru pertama kali ini Didi mendengar istrinya mampu mengeluarkan suara dengan dendang melayu.
"Belajar sama siapa dia bisa memiliki suara seperti ini?"lirihnya.
Iqbal yang mendengar juga sangat tidak menyangka nyonya besarnya bisa memiliki suara bagus.
"Boss sayang dilewatkan."
Didi paham kemana arah pembicaraan Iqbal,satu sisi Didi ingin istrinya aktif kembali namun disisi lain juga tidak ingin Lista kembali kedunia hiburan.
Didi hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Acara selesai ditutup dengan pemotongan pita sebagai simbolis bahwa acara perlombaan telah dibuka.
Diakhir acara biasanya hiburan tambahan bagi yang mau bergabung.
Richi memilih mengikuti perlombaan untuk besok sore.
Lista absen tahun ini tidak mengikuti perlombaan karena sedang hamil muda.
Eri hanya mengikuti lomba membuat kaligrafi.
Saat dalam perjalanan pulang Didi terus menggenggam tangan istrinya meski wajahnya selalu melihat keluar jendela.
Saat Lista ingin menarik tangannya justru tangan Didi menggenggam lebih kuat.
Lista mulai paham dengan cara suaminya
"Ada yang mau dibicarakan?"tanya Lista.
"Nanti dirumah saja."
Anak-anak langsung masuk kedalam kamar mereka karena besok harus sekolah.
Didi dan Iqbal masih harus menyelesaikan sedikit pekerjaan.
"Bos bagaimana menurutmu?"
"Rasanya akan sulit untuk membujuknya."
Alif masuk dengan agenda baru.
"Boss,deodorant yang kemarin bisa menembus penjualan sampai keluar kota."apa perlu kita buat iklannya?"tanya Alif.
"Benarkah?"
"Jadwalkan meeting dengan Lista sebelum sore hari."
"Siap boss."
Didi membereskan berkas yang sudah selesai ditanda tangani,dan memberikan kepada Iqbal.
"Aku masuk dulu ya,jangan lupa kunci pintunya."
"Siap boss!"
Baru masuk kedalam kamar Didi sudah mendengar istrinya bicara dengan nada kesal.
"Kamu ngapai aja sih lama banget."
"Sorry,sayang barusan ada sedikit kerjaan."
"Ada apa?"
"Tadi katanya mau bicara."
"Gak jadi,lain kali aja."
Didi mendekat dan merangkul istrinya,rasanya ingin memintanya untuk kembali kedunia hiburan dengan mengeluarkan album sendiri namun rasa itu ditepisnya melihat keadaan yang tidak memungkinkan,dan bersyukur karena jalan rejeki terus terbuka.
"Sudah malam kamu istirahat,besok pagi kita kedokter kandungan."
Lista tersenyum mendengar suaminya mengajak periksa kedokter.Lista tertidur dalam dekapan suaminya,Didi yang merasa tidak nyaman karena belum ganti baju pelan -pelan membaringkan istrinya.
Lista terus memandangi hasil USG yang didapatkan dari dokter kandungan,baginya baru pertama kali mengandung dengan perasaan penuh cinta.
Didi tersenyum melihat istrinya bahagia..
"Kamu senang hari ini?"
Lista tersenyum memandang kearah suaminya.
"Iya."
"Hari ini kita meeting setelah jam makan siang."
"Meeting?"
"Kamu akan tahu nanti."
Lista hanya mengangkat bahu,dia tidak paham dengan ajakan suaminya.
Dirumah Lista langsung menemui Monic dan mendapatkan laporan bahwa hasil penjualan Deodorant sudah sampai ke luar kota.
"Jadi ini alasannya."lirihnya.
"Mi,siang ini kita ada meeting dengan Bos Didi."kata monic memberitahu.
"Siapkan dokumennya."
"Baik Mi."
Lista mencari para mbak diruangannya,disana hanya ada mbak Surti yang asyik menggosok baju.
"Mbak,yang lain kemana?
"Mbok Yum masih dipasar Mi,mbak Lia pergi ke kebun."
"Ya Allah,kok bisa lupa ya."
Karena banyak kegiatan akhir-akhir ini dan badan juga sedikit lelah Lista melupakan hari ini.
Hari ini harusnya belanja kebutuhan untuk satu minggu kedepan.
Lista menghubungi Mbok Yum.
"Halo ada apa Mi?"tanya Mbok Yum diseberang.
"Mbok maaf ya aku lupa."
Katanya Mbok Yum sudah sampai didepan rumah diantar pak sopir.
Lista duduk dimeja makan menunggu Mbok Yum muncul,saat ingin berdiri membantunya tiba-tiba perutnya sakit.
"Au!"
"Mami kenapa?"tanya Mbok Yum yang sudah masuk kerumah.
"Gak papa tadi pas mau berdiri tiba-tiba sakit perutnya."
"Sudah mending istirahat,Mami kan lagi hamil muda kurangi kerjaannya."
"Iya Mbok."
Lista berdiri pelan-pelan berjalan kekamarnya, rasa ingin tidur meski sebentar saja.
Saat jam makan siang Didi tidak melihat istrinya,dicari dikantornya tidak ada.
"Papi tadi Mami sakit perut jadi naik keatas."kata Mbok Yum.
"Makasih ,Mbok."jawab Didi.
Didi merasa meeting ini sangat penting namun jika istrinya sakit maka harus dibatalkan.
"Yang kamu kenapa?"
"Gak papa kok,tadi sedikit panik langsung berdiri makanya perutku sakit."
"Apa masih sakit."
"Sudah baikan."
Didi menghela nafas lega melihat istrinya sudah baikan.
Bagi Didi ini adalah meeting pertamanya bersama Lista,berharap kerjasamanya medapatkan hasil yang baik.