NovelToon NovelToon
Istri Yang Kau Siakan

Istri Yang Kau Siakan

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: aisy hilyah

Siapa yang ingin rumah tangganya hancur? Siapa yang ingin menikah lebih dari satu kali? Semua orang pastilah berharap menikah satu kali untuk seumur hidup.

Begitu pun denganku. Meski pernikahan yang kujalani terjadi secara paksaan, tapi aku bisa menerimanya. Menjalani peran sebagai istri dengan sebaik mungkin, berbakti kepada dia yang bergelar suami.

Namun, bakti dan pengabdianku rasanya tidak cukup untuk membina rumah tangga dadakan yang kami jalani. Dia kembali kepada kekasihnya setelah aku mengandung. Kesempatan demi kesempatan aku berikan, tapi tak digunakannya dengan baik.

Bercerai? Rasanya tidak semudah itu. Aku ingin merebut kembali apa yang menjadi milikku. Termasuk modal usaha yang aku berikan dulu kepadanya. Inilah kisahku, Shanum Haniyah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 16

"Apa?!"

Raka bangkit usai kuutarakan maksud mengumpulkan orang tua di rumah.

"Jangan mengada-ada kamu, Shanum! Kenapa tiba-tiba kamu minta cerai, kita baik-baik aja selama ini!" Raka semakin berang, matanya melotot merah berikut rahang yang mengeras.

Baik-baik saja? Apanya yang baik-baik saja? Aku bahkan harus berjuang sendirian untuk mengobati rasa sakit di hatiku.

"Iya, Nak, kenapa kamu tiba-tiba mau cerai? Bukannya masalah kalian udah selesai?" Mamah ikut bertanya, garis wajahnya terlihat bingung. Mereka tidak tahu saja apa yang sedang aku hadapi sekarang.

"Benar, Shanum. Bukannya kemarin kalian baik-baik aja? Mamah nggak habis pikir apa yang bikin kamu tiba-tiba mau cerai dari Raka? Ingat, Nak, ada janin di perut kamu yang butuh bapaknya." Mamah mertua ikut menimpali sekaligus mengingatkan aku tentang satu kehidupan yang sedang aku perjuangkan.

Kutarik udara sedalam mungkin, membuang pandangan dari semua orang sebelum menatap kedua wanita paruh baya yang nampak syok dengan apa yang ucapkan.

"Kami memang kelihatannya baik-baik aja dari luar karena Shanum selalu menutupi borok di rumah tangga Shanum yang semakin hari semakin membesar dan sulit untuk disembuhkan. Keputusan ini juga udah Shanum pikirin siang dan malam, tapi rasanya rumah tangga kami nggak bisa dipertahankan lagi," ujarku semakin membuat mereka bingung.

Raka mengepalkan tangan, menatapku tajam. Tak terima dengan keputusan yang aku inginkan, tapi aku tidak peduli. Perpisahan akan tetap aku ambil.

"Tapi apa masalahnya? Apa masalah Shila lagi? Kamu cuma salah paham, sayang. Raka nggak ada hubungan sama dia, percaya sama Mamah," bela sang mamah mertua berusaha meyakinkan aku.

"Pasti gara-gara laki-laki itu, 'kan, kamu jadi minta cerai dari aku. Kalo bukan karena dia, nggak mungkin tiba-tiba kamu mau cerai." Raka menudingku yang bukan-bukan, dia yang selingkuh kenapa aku yang terpojok? Ya Allah.

"Ini semua nggak ada sangkut pautnya sama dia. Dia nggak tahu apa-apa soal rumah tangga kita, tapi ini semua tentang kamu yang nggak mau mengerti keadaan aku. Jadi, nggak usah cari kambing hitam cuma buat nutupin kesalahan kamu. Sekarang, mau aku atau kamu yang jujur di hadapan kedua orang tua kita?" aku menantang Raka untuk mengatakan yang sebenarnya. Bukan hal yang mengada-ada dan karangan semata.

"Apa? Aku harus bilang apa kalo aku sama sekali nggak ngelakuin apa-apa. Justru aku yang sering lihat kamu ketemu sama laki-laki itu. Jangan memutar balikan fakta!" bentak Raka dengan semakin berapi-api.

Aku lagi yang dipojokkan. Dia yang berbuat dan semua kesalahan dilempar padaku. Mereka harus tahu kenapa aku mengambil keputusan ini. Bukan semata-mata karena Kak Dzaky atau yang lain, ini semua tidak ada sangkut pautnya dengan laki-laki manapun.

"Baik. Kamu bisa duduk dulu supaya setan nggak menguras habis emosi kamu. Aku mau tunjukkin sesuatu sama kalian semua dan mungkin kamu harus jelasin tentang itu," pintaku pada Raka yang bergeming menatapku dengan mata lebarnya.

Aku tak acuh, terus mengeluarkan ponsel dari saku dan membuka pesan yang beberapa saat lalu aku terima. Sebuah pesan dari nomor asing yang memperlihatkan keberadaan Raka di toko perhiasan.

"Sebenarnya tadi Raka bukan dari toko, tapi dia pergi ke toko perhiasan. Aku nggak tahu ngapain dia di sana? Apa beli perhiasan atau nemenin seseorang beli? Dan yang harus kalian tahu, toko Raka hampir bangkrut. Udah nggak ada barang di toko, pemasukan sedikit, tapi uangnya aku nggak tahu ke mana? Mungkin Raka bisa jelasin ngapain dia di sana? Karena pesan ini dikirim seseorang sambil mamerin cincin di jarinya," ungkapku sembari menunjukkan pesan gambar tersebut kepada Mamah mertua.

Tangan wanita itu bergetar ketika menerima gawaiku. Bibirnya ikut berkedut, mata turut berkaca, biarlah mereka mengetahui kenyataannya daripada aku terus yang disudutkan. Kulirik laki-laki yang bergelar suami di hadapan, ia ambruk dengan wajah yang pucat pasi. Aku yakin Raka amat terkejut dengan bukti yang aku tunjukkan.

"Raka ... ka-kamu ...." Kalimat Mamah mertua menggantung, air matanya luruh. Papah mertua di sampingnya mengusap-usap bahu wanita itu menenangkan.

Raka berpaling, menghindari tatapan penuh tanya dari wanita yang telah melahirkannya itu.

"Siapa yang bilang kalo tokoku bangkrut?" desis Raka dari balik gigi-giginya yang merapat.

Kedua matanya yang merah semakin menyala berapi-api, jelas dia tidak terima dengan apa yang aku ungkapkan baru saja.

"Bukan kata siapa-siapa, tapi aku emang datang dan lihat langsung ke toko. Kamu nggak tahu, 'kan, beberapa hari yang lalu pemilik bangunan datang menagih uang sewa yang belum kamu bayar selama tiga bulan. Aku heran ke mana uang hasil toko selama ini? Yang aku tahu, aku belum pernah terima uang lagi selain hari itu. Cuma sekali aja," paparku panjang lebar.

Mata Raka menjegil lebar, bibirnya terbuka sedikit, tubuhnya mematung dan kaku. Aku yakin dia terkejut. Dari reaksi itu aku tahu bahwa Raka belum mendatangi toko. Ia belum tahu jika toko itu sudah beralih tangan padaku. Kejutan lain menunggu kamu, Raka.

"Astaghfirullah al-'adhiim! Jadi, selama ini Raka nggak pernah kasih kamu uang?" pekik Papah mertua terkejut bukan main.

Kulirik Mamah tengah menahan emosi, dan Papah bersiap dengan tinjunya. Namun, kugenggam kepalan tangan itu, inilah kenapa aku duduk di samping cinta pertamaku ini. Agar aku bisa melunakkan emosinya yang mudah tersulut.

Papah melirikku, mendengus setelah aku gelengkan kepala memintanya untuk tenang tanpa suara. Ia balas genggam tanganku, menguatkan putri satu-satunya. Aku menghela napas, kembali menatap Papah mertua yang masih terlihat tak percaya.

"Itu karena Shanum yang minta," kilah Raka.

"Ya. Emang aku yang minta dengan tujuan supaya kita bisa punya tabungan dan juga modal tambahan buat toko itu. Bukan dihamburin nggak jelas yang nggak tahu ke mana habisnya uang itu. Toko nyaris kosong nggak ada barang, tapi laporan yang aku lihat sempurna. Aku kasih kamu modal supaya bisa ngembangin toko, bukan buat yang lainnya."

Raka semakin terlihat salah tingkah, dengan semua fakta yang ada, dia tak dapat berkilah. Kulempar pembukuan di atas meja. Papah mertua segera mengambilnya dan memeriksa setiap laporan tersebut. Membandingkan kedua pembukuan yang selama ini disembunyikan Raka dariku.

"Kamu juga harus jelasin itu? Bukan sedikit uang yang aku keluarin buat ngembangin toko kamu itu. Ini bukan soal perhitungan, tapi soal tanggung jawab kamu sebagai seorang suami. Untuk semua bukti yang ada, aku mau malam ini juga kamu ceraikan aku, Raka!" tegasku tanpa berkedip menatapnya.

Raka mendongak cepat, matanya melebar tak percaya. Apalagi yang mau dia pertahankan dari rumah tangga yang tak sehat ini? Ini belum termasuk bukti rekaman ucapan Shila siang tadi di restoran yang diam-diam aku ambil. Akan aku putar jika dia masih berkilah.

"Tapi, Sha, ini semua bisa kita omongin baik-baik. Nggak kayak gini caranya. Masa cuma karena masalah ini kamu minta pisah dari aku? Aku bisa jelasin semuanya sama kamu," ucap Raka mulai melemah. Dia pikir hanya karena masalah ini.

"Iya, Nak. Mumpung ada kami juga di sini, kalian bisa nyelesein semua masalah kalian," timpal Mamah sembari menahan getaran lisannya.

Aku menggeleng, sekali lagi aku tegaskan keinginanku.

"Ini bukan karena cuma masalah itu, tapi ini ...." Kuputar rekaman siang tadi, kedatangan Shila yang memintaku untuk bercerai dari Raka.

Hening. Semua orang diam, sampai sebuah tamparan terdengar mengejutkan.

Plak!

1
Kinar
Luar biasa
Dewy Sulastri
/Drool//Drool//Drool//Drool/
Naura Pulungan
membosankan sekali membacanya
Heny
Hadir thor
Merica Bubuk
Dah tau kan dia cm menantu, lah anak kandungmu kmna bu ?
Merica Bubuk
Trus anak laki²mu boleh gitu ya bu, jln brdua, brpelukan sm istri org ?
Nanti ibu malu sndiri lihat klakuan anakmu bu
Merica Bubuk
Tegas 👍👍👍
Siti Fatonah
karma is real
Siti Fatonah
kasih kjutan
Siti Fatonah
gak jelas zaki bilang aja mau lamar shanum
Kristina Sihmirmani
Luar biasa
Siti Fatonah
gregettt klo Novell gini
Siti Fatonah
baguss jdi permpuan jangan lemah laki plin plan gitu huhh nyebelin
Soraya
mksh ya thor karyanya👍
Soraya
kok bisa Raka masih dapat tf dari toko kan tokonya dh bukan punya raka lgi knp masih dapat keuntungan dari tokonya
Soraya
mampir thor
Cornelia Pujiastuti
orang goblok ya raka😂😂😂😂
Sulfia Nuriawati
Luar biasa
Sulfia Nuriawati
udah slh tp lempar kesalahan k istri, blh d hajar g lakik kyk gt, rontok kan giginya 5 biar tmbh ganteng sm asetnya d hajar biar g jual diri, d cincang dikit biar bs tw rs nya sakit😡😡😡😡😡😂😂😂
Sulfia Nuriawati
sabar shanum tingkat dewa, kalo ak udah ngereog dg panci² pindah k kamar tidur😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!