Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Daniel yang ketakutan memilih pulang ke rumah untuk menyingkirkan obat-obatan yang sudah di ganti itu.
"Ma, Pa aku izin pulang dulu mau menyiapkan baju untuk Lizda dan segala keperluan yang dia butuhkan." ucap nya seraya menyalami punggung tangan Marco dan Vonny.
Kepanikan Daniel bertambah saat di tidak lagi melihat Lidya di luar ruangan. Dia juga enggan di antarkan oleh pak Bambang dengan mobil, memilih dengan ojek online agar lebih dulu tiba pikir nya.
Lidya yang ada di balik tembok hanya menyeringai memandang kakak ipar nya terburu-buru.
"Sial b0doh kenapa tidak terpikirkan oleh ku untuk menyingkirkan barang bukti itu!!" erang nya di perjalanan.
"Haduh cepat sedikit dong, Pak. B0doh sekali," tiada hari tanpa mengumpat bagi seorang Daniel. Semua orang yang tidak sesuai dengan kemauan nya pasti akan kena kata-kata umpatan yang keluar dari mulut nya.
"Kalau mau cepat terbang saja, Pak," bantah tukang ojek online.
Sesampainya di rumah dia sangat terburu-buru masuk ke dalam kamar. Obat yang ada di meja rias di masukan nya ke dalam saku celana, dia berencana akan membuang nya di tong sampah rumah sakit.
"Bi, bi inah, siapin baju Lizda dong dia akan di rawat di rumah sakit untuk beberapa hari," teriak nya dari depan pintu. Baru beberapa detik belum mendapat jawaban dia berteriak kembali. Bi Inah pun menghampiri sembari mengelus dada atas kelakuan Daniel.
Saat bi Inah tengah memilah baju yang akan di kemas, Daniel mendekat pada nya dan bertanya dengan suara lirih.
"Apa Lidya ada?" tanya nya, bi Inah hanya menggeleng.
"Yakin? Dia masuk ke dalam kamar ku atau tidak?" Daniel bertanya lagi untuk memastikan.
"Tidak, Pak Daniel. Bukan kah semua orang sedang sibuk di rumah sakit? bi Inah melontarkan pertanyaan balik ke Daniel. Dia pun percaya bahwa dirinya lebih dulu tiba di rumah dan sudah menyingkirkan barang bukti.
Kembali lah Daniel ke rumah sakit ternyata hanya selisih sebentar orang tua Lizda sudah pergi. Tidak ada siapa-siapa di ruangan. Lizda juga sudah sadarkan diri...
"Hey bagaimana keadaan mu? Maaf aku baru saja pulang untuk menyiapkan apa saja yang kamu butuhkan selama di rawat." ucap Daniel mendekat ke samping ranjang pasien. Tangan nya menggenggam tangan Lizda, menunjukan sikap khawatir.
Lizda yang masih meras badan nya lemas hanya tersenyum tipis. Tetapi hati nya selalu merasa aneh jika suami nya bersikap baik.
*
*
Sudah lebih dari tiga hari lama nya Lizda di rawat di rumah sakit dan hari ini sudah diizinkan untuk pulang. Sedetikpun Daniel tidak pernah meninggalkan nya dari ruangan. Bukan karena cinta namun karena takut orang lain lebih dulu meracuni pikiran istri nya.
"Syukurlah kamu sudah bisa pulang, tidur di kasur yang nyaman ini lagi," ucap Daniel.
"Kamu nggak kerja? Sudah beberapa hari kamu libur, kasihan Lidya kalau harus mengerjakan semua pekerjaan mu," jawab Lizda dengan lembut.
"Sebenarnya aku ingin berangkat tapi seperti nya bir*hi ku tidak tertahan lagi," tiba-tiba saja Daniel mengucapkan hal itu. Lizda yang mengira akan mendapat jatah dari sang suami sudah tersenyum malu-malu.
"'Tapi badan ku masih lemas, pelan-pelan saja ya," ucap nya malu-malu.
"Oh tidak, aku juga tidak akan memaksa mu. Aku hanya minta di temani saja menonton film biru melalui ponsel ku, hanya untuk melegakan hasrat ku saja," mendengar jawaban itu Lizda seketika muram, dia pikir suami nya akan menyentuh nya ternyata tidak.
Ternyata ponsel nya cukup membuat hasr*t nya tersalurkan. Dia melakukan nya secara mandiri, tangan nya yang penuh otot memegang erat barang pusaka nya. Membuat kepala nya mendangah ke atas hingga jakun nya terlihat jelas. Lizda menjadi gelisah dan tidak tahan melihat pemandangan yang ada di depan nya.
"Aaaaarhh," suara nya menggema di kamar yang besar. Cairan nya menetes kemana-mana.
Lizda menggigit bibir bawah nya, tidak bisa menahan apa yang dia rasakan. Tiba-tiba saja Daniel mendekat ke arah nya dan berbisik
"Kalau kamu mau, nanti sepulang kerja aku bisa membuat mu kewalahan. Asal kamu bisa nurut dengan ku?" bisikan maut di telinga Lizda, dia membulatkan mata nya dan mengangguk.
*
*
Seperti biasa dia berangkat dengan pak Bambang, karena Marco dan Lidya mengendari mobil pribadi masing-masing. Setiba nya di showroom terlihat Lidya sedang memimpin briefing pagi, Daniel berjalan tanpa rasa malu melewati semua orang yang ada di sana.
"Yang seperti itu jangan di contoh, saya bisa keluarkan surat teguran atau pun pemecatan secara langsung!!" teriak Lidya membuat Daniel menghentikan langkah nya. Dia mengepalkan tangan nya tapi tidak bisa melawan.
Daniel berbalik arah, justru pandangan nya tertuju kepada 3 wanita yang belum di lihat nya sebelum nya. Dengan jurus playboy nya dia tersenyum dan berdiri di samping Lidya.
"Mohon maaf semua nya, istri saya baru saja pulang dari rumah sakit jadi saya sedikit terlambat," ucap Daniel membuat 3 wanita itu saling memandang. Lidya hanya mendesis keji saat mendengar ucapan Daniel.
Setelah briefing semua kembali ke posisi masing-masing. Lidya sudah masuk ke dalam ruangan nya biasanya dia akan jarang keluar. Kesempatan bagi Daniel mendekati karyawan baru nya.
"Wah saya baru lihat kok belum memperkenalkan diri, kalian bertiga ke ruangan saya ya," tunjuk Daniel kepada 3 wanita cantik itu.
Salah seorang karyawan bergunjing bahwa Daniel memang memiliki sifat genit dan arogan jadi harus berhati-hati. Kekuasaan penuh hanya di pegang oleh Marco.
Tok Tok Tok
"Permisi, Pak."
"Silahkan masuk," teriak Daniel dari dalam ruangan.
Daniel mempersilahkan ketiga wanita itu duduk dan bertanya-tanya. Salah satu karyawan terlihat antusias menanggapi pertanyaan Daniel. Meskipun salah seorang di samping nya sudah memberikan kode dengan menyenggol lengan nya.
"Oke yang lain keluar, saya masih mau bertanya dengan... Siapa tadi nama kamu?" tanya Daniel.
"Rara, Pak." wanita itu mengangguk dan tersenyum. 2 lainnya meninggalkan ruangan Daniel.
Percakapan mereka makin lama sudah menjurus ke hal pribadi. Siapa yang tidak suka dengan visual Daniel, mungkin hanya Lidya. Bahkan Rara yang baru melihat Daniel saja bisa jatuh hati.
"Kamu tidak masalah kan saya punya istri?" tanya Daniel mendekatkan wajah nya ke Rara.
Rara mengangguk, cantik nya Rara bak selebritis. Dada nya juga terlihat besar membuat Daniel tidak tahan. Rara juga terlihat memberikan kode dengan bahasa tubuh nya.
"Kamu kan di divisi pemasaran, berarti kamu harus bisa melayani klient dengan baik. Bagaimana jika sebelum melayani klient kamu layani atasan mu dulu dengan baik," Daniel meraih tangan Rara dan meletakkan nya di benda pusaka nya yang terbalut celana.
"Jangan di sini pak, saya takut dengan bu Lidya," ucap Rara.
"Baiklah sepulang kerja tunggu aku di dekat sini, bagaimana?" belum sempat Rara menjawab tiba-tiba pintu kantor Daniel terbuka. Suara nya amat kencang menatap tembok.
Daaaarrr!!