Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Malam Pertama
Warning 21+
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Byur
Byur
Terdengar suara air dari kamar mandi. Ayna yang duduk di depan meja nakas menatap pintu kamar mandi itu.
Wanita itu menggenggam tangannya sendiri merasakan tubuhnya yang mulai gemetaran.
Pernikahan sudah selesai walau mungkin pasti ada gosip tentang dirinya dan suami dadakannya itu. Tapi Ayna meyakini gosip itu tidak akan separah jika pernikahan tadi benar-benar batal. Pasti gosipnya lebih heboh lagi.
Ayna tampak gugup dan wajahnya pucat pasih. Ia akan sekamar dengan pria asing yang tak dikenalnya. Pria yang tidak tahu asal usulnya, bahkan ia juga tidak tahu bagaimana sikap pria itu.
Tadi pagi Ayna memang yakin akan menikah dengan pria itu, mungkin karena ambisinya sesaat. Tapi sekarang, setelah pesta berlalu, tiba-tiba ketakutan mulai merasukinya.
"Bagaimana ini? bagaimana ini? bagaimana ini?" Ayna bermonolog sendiri. Ia mondar-mandir seperti setrikaan. Ia benar-benar bingung. Pria asing yang menjadi suaminya sekarang, pasti akan meminta haknya sebagai suami.
"Kamu ngapain?"
Suara bariton itu mengagetkan Ayna. Ia melihat Alex lalu segera mengalihkan pandangannya ke mana pun. Alex keluar kamar mandi dengan bertelanjang dada dan hanya terlilit handuk di pinggang, sungguh mengotori mata sucinya.
"A-aku mau mandi." Ayna yang gugup pun mengambil pakaiannya di lemari dan segera ke kamar mandi.
"Eh, tunggu dulu. Lepas dulu gaunmu!"
"Apa?" Pekik Ayna menatap Alex lalu segera membuang pandangannya.
"Kamar mandimu kecil, akan sangat sulit jika melepas gaun di sana. Aku akan membantumu." Ucap Alex. Ia tahu Ayna akan kesulitan melepas gaun itu. Kamar mandi di kamar Ayna sangat kecil. Untuk bergeser saja susah.
"Aku bisa kok!" Ayna segera masuk ke kamar mandi dan Alex hanya melihat Ayna, wanita itu seperti sudah salah tingkah.
Alex menggeleng melihat kamar Ayna. Kamarnya rapi dan bersih, tapi kenapa sangat kecil. Bahkan lebih besar kamar mandi di apartemennya dari pada kamar ini.
Pria itu pun duduk di tepian ranjang sambil menghela nafas. Ranjangnya juga kurang empuk dan ukurannya sangat kecil. Apa akan cukup jika mereka tidur berdua di ranjang ini?
'Biar saja kecil yang penting nempel!' Alex tersenyum lebar. Pria itu sudah membayangkan, ranjang yang kecil akan membuat mereka dekat. Ia akan mudah memeluk tubuh Ayna.
Tak berapa lama, Ayna keluar dari kamar mandi. Matanya lalu tertuju pada sosok yang terbaring di ranjangnya.
'Kenapa dia nggak pakai baju sih?' Ayna menggerutu, ia tidak nyaman melihat pemandangan itu.
Pelan-pelan wanita itu mengambil bantal, ia akan tidur di lantai saja.
"Kamu sudah selesai mandi?"
Tiba-tiba mata itu terbuka, Ayna yang repleks langsung melempar bantalnya.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Alex mendudukkan diri di ranjang. Mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kenapa sih dari tadi kamu nggak pakai baju?" Tanya Ayna sinis.
"Mana bajunya? apa aku akan memakai baju itu?" Dengan isyarat mata, Alex menunjuk baju yang dipakai saat pernikahan tadi yang berada di atas meja nakas.
Ayna diam, ia lupa Alex tidak membawa apapun ke sini. Pria itu hanya membawa diri.
"A-aku akan pinjam baju Ayah." Ayna bergegas keluar, tapi Alex menahan tangannya.
"Nanti saja. Bukankah hari ini malam pertama kita. Kita harus membuat sejarah yang indah." Alex mengkedipkan mata genitnya.
Mendengar itu wajah Ayna langsung memerah, ucapan Alex membuat otaknya dipenuhi adegan Ah uh ah uh. Sebelum menikah, ia memang sempat menonton video seperti itu. Tapi hanya sebagai gambaran saja. Agar tidak terlalu kikuk saat melakukannya.
Dan sekarang kaki Ayna kembali gemetaran. Bagaimana ia akan melakukan hal seperti itu dengan pria yang belum dikenalnya. Kini ia merasa seperti wanita malam.
"I-i-i-itu i-itu..."
"Itu apa?" Tanya Alex yang tahu jika istrinya itu gugup.
"A-apa kita akan melakukan itu?" Ayna memastikan.
Alex mengangguk.
"A-apa kita bisa melakukannya itu nanti saja."
Alex menggeleng.
"Kita tidak saling mengenal!" Ayna mulai memberi alasan.
"Kita akan mengenal setelah itu."
"Kita bisa melakukannya kapan-kapan!"
"Aku mau malam ini!"
"Ta-ta-"
Alex menaikkan tangannya, jiwa bossynya bertindak. Ia tak mau mendengar alasan dan tidak suka ditolak.
"Apa kamu lupa apa yang kamu katakan tadi pagi?" Alex kembali mengingatkan Ayna akan janji manisnya.
"Jika kamu mau menikah denganku, aku akan menjadi istri yang patuh. Melayanimu lahir dan batin. Serta aku akan mencintaimu sampai akhir hayatku." Alex mengulang ucapan Ayna tadi pagi dan itu membuat Ayna jadi kesusahan menelan salivanya.
'Dia mengingatnya!'
"Jadi kita akan mulai malam ini." Tatapan tajam Alex perlahan melembut. "Lepas pakaianmu!"
"Tapi..." Ucap Ayna dengan suara bergetar. Ia ingin menangis saja menyesali keputusannya yang serba mendadak tadi pagi.
"Kamu mau lepas sendiri atau mau aku yang lepas?" Alex bersiap akan berdiri.
"Baiklah." Air mata Ayna pun jatuh, ia sudah tidak sanggup lagi membendungnya.
Dengan perlahan Ayna membuka kaos atasnya. Mata Alex tak berkedip melihat dua gundukan yang tersanggah kaca mata dalam berwarna hitam. Tidak besar dan tidak kecil. Sangat pas dalam genggaman.
"Yang bawah juga!" Pinta Alex lagi.
Ayna menghapus air mata dan melepas pakaian bawah hingga meninggalkan segitiga berwarna hitam.
"Kenapa menangis?" Alex menarik Ayna hingga terduduk di pangkuannya. Ia menatap lekat wajah sedih yang tidak mau melihatnya.
"Ay..." Alex merangkup wajah Ayna agar melihatnya. Tangan Alex perlahan terulur mengusap air mata itu.
Perlahan Alex mengecup kedua kelopak mata Ayna. Ia lalu mengecup kening, pipi dan bibirnya.
Alex mulai mencium bibir Ayna. Menggigit lalu melu-matnya lembut. Perlakuan lembut Alex membuat Ayna ikut membalas setiap pagutan.
Ayna melayang sesaat, entah sudah sejak kapan ia berbaring di rajang. Alex memberikan ciuman yang membuatnya mabuk dan sulit berpikir jernih. Sentuhan tangan pria itu membuatnya meremang.
'Arga kau jahat! Kau sangat tega!' Ayna kembali mengingat Arga. Pria yang membuatnya mendadak menikah dengan pria yang tak dikenal.
'Seharusnya ini menjadi malam pertama kita. Seharusnya aku melakukan ini denganmu!' Air mata Ayna kembali mengalir melihat Alex yang menikmati dua gundukan kenyal itu.
Alex kembali menatap Ayna. Ia tahu Ayna menangis, paham jika wanita itu tidak mau melakukannya sekarang. Tapi Alex ingin memilikinya malam ini.
"Bo-boleh?" Tanya Alex mulai gugup, ia harus meminya izin terlebih dahulu.
Ada rasa kecewa saat Ayna diam saja dan malah mengalihkan pandangannya.
Alex pun mengarahkan wajah cantik itu ke arahnya dan kembali melanjutkan menjelajah bibir Ayna. Ia kembali menyentuh tubuh itu, memberikan sentuhan-sentuhan yang mulai mendobrak tembok pertahanan yang dibuat Ayna.
'Ku rasa aku mulai tidak waras!' Ayna meruntuki dirinya yang mulai terbakar gairah.
Ayna memeluk erat tubuh Alex saat mulai merasakan sesuatu yang menerobos goanya.
Air mata itu berjatuhan merasakan sakit. Sakit yang bercampur dengan penghianatan Arga.
Alex meraup kembali bibir itu, perlahan membuat Ayna melupakan rasa sakitnya. Pria ity mulai menggoyangkan pinggul naik turun, membuat wanita cantik itu mende-sah di bawah kungkungannya.
'Arga aku membencimu. Aku sangat membencimu!!!'
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘