Tiga tahun menjalin hubungan pernikahan, Gempita mengetahui kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita yang lebih muda.
Dalam situasi seperti ini, ia menghadapi kebingungan. Satu alasan yang tidak bisa diungkap. Apakah bercerai atau mendiamkan perbuatan Melvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Undangan
Melvin terkesiap dan baru menyadari jika ada tas Nindi yang tergeletak manis di sofa. Astaga! Kalau begini, bagaimana ia harus mencari alasan?
"Oh, itu ...." Melvin bingung. Otaknya tidak bekerja maksimal untuk berbohong.
"Ya?" Gempita dengan sabar menunggu penjelasan.
"Tadi, Ridwan datang. Itu tas dia kali, terus lupa. Ketinggalan, Sayang."
"Aneh banget. Itu, kan, tas perempuan."
"Maksudku dia datang sama pacarnya. Cuma mampir bentar soalnya aku ada minta tolong sama dia soal kerjaan. Kamu tahu sendiri, kan, kalau Ridwan pandai desain logo. Nah, dia ke sini buat tanya, sekalian mampir. Terus pergi lagi karena enggak enak, sudah malam."
Gempita mengangguk. "Oh, begitu. Telepon saja, mungkin Ridwan bakal balik lagi."
"Nanti, deh, aku telepon. Kamu, kok, enggak tidur, Sayang? Tidur, ya, ini udah malam."
"Kamu sendiri?"
"Badanku sedikit berkeringat. Kamu duluan, ya, aku ngadem dulu di sini."
"Aku tungguin di kamar."
"Iya, Sayang. Lampunya biar aku yang matiin. Kamu tidur, ya."
Cukup puas Gempi melihat suaminya gelagapan saat ini. Ia kembali naik ke lantai, masuk kamar seraya menunggu Melvin.
Jantung Melvin mau copot. Ia baru dapat bernapas lega saat Gempi sudah masuk dalam kamar. Lampu langsung dimatikan, dan Nindi disuruh keluar dari lemari pakaian.
"Cepat pulang, Nindi. Bisa-bisa Gempi datang lagi."
"Sabar, dong. Ini juga lagi pakai baju."
Saking Melvin kesalnya, ia menyayangkan Nindi memakai dalaman. Wanita itu didorong keluar, tas juga dibawa, dan Nindi jadi kesal.
"Sayang!"
"Pelankan suaramu." Melvin mengecup bibir Nindi sekilas. "Kita lanjut besok. Sekarang, kamu pulang."
Melvin masuk, menutup pintu dan tirai. Membuat Nindi marah seakan ia adalah wanita panggilan yang setelah dipakai, lalu diusir begitu saja.
"Melvin berengsek!" Nindi langsung menutup bibirnya. Ia keceplosan dan segera berlari dari halaman rumah sang kekasih.
Sementara Melvin membersihkan dirinya dulu di kamar mandi bawah, ia juga menelepon Ridwan, mencocokkan kebohongannya agar bila Gempi bertanya, maka istrinya akan mendapat jawaban yang sama.
Begitu mudah untuk membohongi Gempi, asal tahu saja triknya. Melvin harus lebih perhatian, sayang dan cinta agar istrinya tidak curiga.
Jika Melvin selamat untuk kesekian kalinya, beda lagi dengan Cal yang tengah minum saat ini. Ia sengaja keluar secara sembunyi demi menikmati tegukan alkohol.
"Gempi pasti sengaja pamer kemesraannya. Sialan!"
Cal ingin menyangkal, tetapi hatinya berkata lain. Melihat Gempi dan Melvin, ia merasa cemburu. Ya, Cal tahu kalau pria itu suaminya, ya, tetapi tetap saja ada perasaan tidak rela yang dirasakan.
Dering telepon berbunyi. Ketika Cal melihat nama dari layar ponsel, semakin kesal saja dirinya. June menelepon agar ia lekas kembali karena mereka akan segera pergi meninggalkan Indonesia keesokan harinya.
Berat hati Cal untuk berpisah dari tanah air. Tapi, ia harus bekerja. Menyelesaikan kontrak dan ia yakin jika ini adalah keinginan sesaat Cal untuk bersama Gempi.
Ingatan masa lalu menghampirinya, padahal jelas Cal pun ingin mengubur kenangan itu. Ia menjalin cinta bersama para gadis demi melupakan masa indahnya dengan Gempita Iswari.
Cal tetap melanjutkan aktivitasnya untuk konser yang terakhir di negeri tetangga. Sementara Gempi kembali pada pekerjaan awal. Menyiapkan konser lagi untuk tahun depan dan saat ini, ia akan mengadakan konser dengan mengundang penyanyi serta band lokal.
Begitu juga dengan Melvin serta Nindi yang tengah menghitung hari kebahagiannya. Sebentar lagi, bahkan Gempi pun menghitungnya.
"Sayang, aku pernah janji buat kirim kamu liburan, kan? Nih, aku udah beliin tiket, booking hotel, pokoknya semua transport sama travel ini. Kamu bakal dilayanin eksklusif." Melvin menyerahkan satu buah amplop cokelat.
Gempita tersenyum menerima itu. "Akhirnya, hari ini datang juga."
"Kamu udah capek urus ini dan itu. Liburan di Italia pasti menyenangkan. Dua minggu lagi, aku bakal susul kamu."
"Minggu depan, ya?" Gempita melihat jadwal keberangkatan.
"Iya, Sayang. Selamat liburan, ya?" Melvin mengecup kening Gempi.
"Makasih, Sayang."
Senang sekali bermain drama seperti ini. Bahkan Gempi merasa semua yang ia ucapkan, tingkah laku, merupakan kebohongan semata. Tidak ada kebenaran, meski kata-katanya mengandung hal yang benar.
Menghitung hari, waktu yang ditentukan tiba. Dengan diantar sang suami, Gempi berangkat menuju Italia.
"Kamu hati-hati di sana." Melvin memeluk dan mengecup seluruh wajah Gempi. Rasa sayang tetap diperlihatkan.
Gempita tersenyum manis. "Kamu senang?"
"Senang?"
"Maksudku kita pisah."
"Ngomong apa, sih? Kita cuma sementara aja pisahnya. Dua minggu kemudian, aku bakal susul kamu."
Gempi mengangguk. "Aku masuk dulu. Kamu pulangnya hati-hati."
"Jangan khawatir, Sayang. I love you." Melvin sekali lagi mengecup bibir Gempi. Setelah istrinya menjauh, ia melambaikan tangan, lalu berbalik arah keluar.
Gempi memandang punggung suaminya, lalu tetap masuk ke bagian pemeriksaan dan menunggu pesawat yang siap landas.
Panggilan keberangkatan menuju luar negeri terdengar. Namun, Gempita tidak beranjak dari duduknya. Ia melihat jam di pergelangan tangan, lalu bangkit berdiri, kemudian beralih ke penerbangan domestik. Bali adalah tujuannya dan ia tersenyum saat Sifa terlihat.
"Ayo, Sayang." Sifa mengulurkan tangan.
"Aku akan menikmati liburanku setelah ini," kata Gempi.
"Jangan pernah kalah."
Sebebas-bebasnya Melvin dan Nindi merencanakan keberangkatannya ke Bali bersama anggota keluarga yang lain.
Pria ini berangkat esok harinya karena Sabtu malam adalah acara pernikahan. Kedua mempelai berseri-seri karena satu-satunya pengganggu telah dikirim ke Italia.
"Akhirnya, kita bersatu, Sayang." Nindi memeluk lengan kekasihnya ini. Meski istri kedua dan tidak resmi secara hukum negara, tetapi pernikahan ini dirayakan dengan sangat mewah.
Gaun indah, gedung mewah serta dekorasi dan makanan enak. Semua tamu yang diundang juga eksklusif. Hanya teman-teman Nindi dan Melvin yang pasti dijamin tutup mulut.
Ya, setelah beristirahat sehari, hari Sabtu datang juga. Dari subuh tadi pengantin sudah bangun dan dirias. Bahkan Melvin sengaja membuat video tentang pernikahannya ini. Semacam dibuat trailer film.
Hingga paginya, tamu memenuhi ruang hotel untuk menyaksikan sang pria mempelai menikahi wanita yang dicintainya.
Nindi begitu anggun dengan gaun pengantin warna putih dan Melvin tampak gagah. Sama sekali tidak ada raut wajah bersalah dengan istri tua.
Pembawa acara sudah memberitahu jika acara ini akan segera dimulai. Melvin sudah bersiap, Nindi pun sama. Namun, suara pintu yang terbuka serta suara langkah sepatu heel mengheningkan semua tamu yang hadir.
Melvin kaget bukan main, termasuk Nindi. Sang istri yang dicintai hadir di pernikahan, padahal Melvin sudah mengantarnya ke bandara agar Gempi mengunjungi negara lain.
"Sayang!" Melvin langsung turun altar, menghampiri istrinya yang datang bersama Sifa. "Gempi, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Sayang. Aku tidak melakukan ini."
Gempi memandang Nindi yang menunduk. Keduanya sudah ketahuan, memangnya apalagi yang harus disangkal.
"Aku sudah tahu sejak lama," kata Gempita.
"Apa?"
"Ya, aku tahu kamu punya kekasih gelap. Bahkan aku tahu kamu tidur dengannya saat kita ada di lapangan tenis. Aku tahu kamu liburan sama perempuan ini di Bali dan aku juga tahu, bahkan melihat dengan mataku sendiri, kamu meniduri sampah ini di rumah kita." Gempi menatap Melvin dengan mata berkaca-kaca. "Ini yang kamu bilang cinta dan sayang sama aku?"
"Gempita, apa salahnya jika Melvin punya istri lagi? Tidak ada yang salah," kata Deswita.
Gempita tersenyum. "Ya, tidak ada yang salah. Jika Melvin izin, aku juga akan mengizinkannya. Tidak perlu dia selingkuh yang malah melukaiku."
"Halah! Kamu harusnya tahu posisi. Kamu begini karena Melvin."
"Mama begini karena Mama juga pelakor dulunya, kan?"
"Gempi!" bentak Melvin.
"Sekarang apa? Kamu pilih dia atau aku, Melvin?" kata Gempita dengan tegas.