"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Lima tahun kemudian
Lima tahun kemudian di kota.
Intan rasa nya ingin menjerit ketika suami nya terang terangan membawa wanita lain kerumah nya dan bahkan lebih parah lagi sang mertua juga mendukung, padahal mereka belum resmi cerai karena masih menunggu surat cerai nya keluar. namun suami nya sudah membawa wanita lain masuk kedalam rumah dan bisa di lihat bagai mana mesra nya mereka berdua sehingga hati Intan sangat remuk di buat nya, pria yang begitu ia cintai sudah menorehkan luka yang sangat dalam di hati nya, Dani yang tega membuang Intan karena sudah tiga tahun menikah dan mereka belum juga di karuniai buah hati sehingga membuat Bu Lidia sangat berang karena dia ingin segera menimang cucu.
Apa lagi Intan hanya lah gadis desa yang merantau dulu nya kekota ini, sehingga di anggap enteng dan remeh sekali oleh mertua nya yang kaya raya, kerap di hina dan bisa di bilang dia di jadikan budak saja di rumah ini. malah sekarang Dani juga mulai berpaling dan menceraikan Intan karena dorongan orang tua nya, Intan sudah memohon namun sama sekali tidak mendapat belas kasihan, malah hinaan yang begitu menusuk hati ia terima dari orang orang ini. Lisa nama wanita itu yang sudah menguasai suami nya, Dani tak punya iba sehingga tega bermesraan dengan wanita lain.
"Eh kau kan sebentar lagi mau pindah dari sini, mending sekarang kau gunakan waktu mu untuk mengurus ku dulu." seru Lisa.
"Lisa sedang bicara, Intan! kenapa kau malah diam saja." bentak Dani marah sambil menyentak tangan mantan istri nya.
"Ini nih kalau orang dari kampung, otak nya cuma di dengkul dan bodoh sekali." hina Bu Lidia.
"Aku juga punya perasaan, Mas! tega sekali kamu sama aku." Intan tak kuasa menahan air mata nya.
"Dasar wanita bodoh!" Lisa melemparkan cangkir teh di kaki Intan.
"Aaaaghhh!"
Intan menjerit karena teh itu masih panas menyiram kaki nya yang putih bersih, Lisa malah tertawa melihat nya karena merasa Intan sangat bodoh, sudah tau mau di lempar kok malah diam saja sama sekali tidak mengelak. Dani juga tak ada reaksi apa pun walau tahu wanita yang sudah ia nikahi selama tiga tahun ini menjerit kepanasan, malah semakin erat memeluk Lisa yang penampilan nya begitu cantik dan sexy.
Bu Lidia bangkit mendorong Intan hingga menantu nya jatuh terjengkang, tangan Intan terkena pecahan gelas yang yang tadi lempar, beling itu menancap di telapak tangan nya hingga darah segar pun mengucur deras. itu juga tidak membuat Dani heran, malah dia semakin gila saja menyentuh Lisa yang sudah kalang kabut.
"Hiks, hiks."
Wanita malang ini menangis dan pergi dari sana karena hati nya semakin sakit saja melihat kebejatan sang suami bersama wanita lain, padahal dulu Dani juga begitu mencintai nya sehingga tetap nekat walau Bu Lidia tidak memberikan restu ketika mereka akan menikah. Intan menjadi pembantu di rumah ini bersama dengan Ibu nya, namun Ibu Intan agak keras kepala sehingga keluar dari pekerjaan nya dan tinggal di kampung dengan adik nya yang sangat muslimah, hanya Intan sendiri yang tetap kerja di rumah Bu Lidia hingga dia jatuh cinta dengan anak majikan yang paling bungsu dan kemudian menikah.
"Aku akan pulang kampung saja." Intan rasa nya mau menjerit.
Dengan air mata berderai dia mengobati luka nya sendiri yang banyak mengucurkan darah, suami nya sudah tidak butuh dia lagi karena dia tak bisa punya anak dan yang paling penting dia adalah orang miskin.
"Nah bagus lah kalau kau mau segera pergi." Lisa sudah berdiri di ambang pintu kamar.
Intan diam saja tidak menyahut karena merasa akan kalah debat dengan wanita ini, Lisa adalah anak dari teman nya Bu Lidia sehingga dia sudah sangat kenal dengan keluarga ini, maka nya dia begitu mudah untuk masuk.
"Maka nya jadi wanita tuh harus pintar dan kaya, paling penting itu rahim nya tidak busuk." sinis Lisa.
"Apa maksud kamu?!" Intan tak terima bila menyangkut masalah rahim.
"Oh marah ya, kan rahim kamu memang busuk maka nya tidak bisa punya anak!" hina Lisa.
"Kau juga wanita, Lisa! harus nya bisa menjaga ucapan." sentak Intan.
Lisa mendekati Intan yang sudah berapi api karena marah di bilang rahim busuk, sungguh dia masih bisa menerima hinaan apa pun asal kan jangan masalah itu, hati nya sangat sakit dan tidak bisa untuk menerima nya, apa lagi Lisa kan wanita sehingga tidak pantas bicara begitu.
Plaaak.
"Apa yang kau lakukan?!" pekik Intan karena Lisa mengambil tangan Intan untuk menampar wajah nya.
"Aaaaghh, Mas Danii!" Lisa memekik keras sehingga Dani pun dengar.
"Kau gila, Lisa!" teriak Intan sangat tidak menyangka.
"Apa apaan ini?!" Dani datang dengan wajah bengis.
"Mas dia nampar aku, sakit sekali wajah ku ini." Lisa menunjukan pipi nya yang merah.
"Tidak, Mas! dia yang menampar wajah nya sendiri." Intan membela diri.
"Kau pikir aku ini tidak punya otak sehingga mau menampar wajah sendiri, ini tangan dia." pekik Lisa.
"Kamu juga harus percaya aku, Mas!" Intan tak terima.
"Diaaam!" bentakan Dani membuat kedua nya terdiam.
Namun isak tangis Lisa masih ada karena dia harus mencari simpati dari Dani, bila perlu Bu Lidia yang tadi sudah masuk kamar, namun karena suara Dani yang begitu kencang membuat Bu Lidia keluar dan segera mendatangi mereka.
"Ada apa ini?" Bu Lidia kaget melihat Lisa yang menangis.
"Intan menampar ku, Ma!" adu Lisa terisak isak.
"Gila ya kamu, Intan! Lisa ini anak nya orang terpandang, bagai mana mungkin kau menampar dia." bentak Bu Lidia.
"Dia yang menampar wajah nya sendiri, Ma." Intan tetap membela diri.
Plaaaak.
Tubuh kecil Intan melanting dan dia pingsan seketika karena kencang nya tamparan Dani, Lisa dan Lidia kaget sehingga hanya bisa diam karena tidak menyangka Dani akan menampar Intan yang tadi mau membela diri.
"Tolong bantu masukan baju dia kedalam koper, Ma." pinta Dani mengeluarkan koper besar.
"I-iya." Bu Lidia gugup dan segera memasukan baju Intan yang tidak banyak.
Lisa masih membeku walau hati nya sangat senang melihat Dani yang sudah benci istri nya, ramuan dari dukun itu memang tidak salah lagi sehingga bisa mempengaruhi pikiran nya Dani agar berubah dan mulai tidak suka pada istri nya, dengan begini dia bisa mendapatkan pria yang sudah ia cintai sejak lama sekali.
mestinya justru sdh dibela sblm intan dijahati
ngeri dan biadab😡