NovelToon NovelToon
Mr. D

Mr. D

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Anak Yatim Piatu / Percintaan Konglomerat
Popularitas:962
Nilai: 5
Nama Author: Nedl's

Menikah dengan pria yang bahkan belum pernah ia temui? Gila!

Ceira Putri Anggraini tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam semalam. Dari seorang gadis yatim piatu yang berjuang di tengah kemiskinan, kini ia menjadi istri dari Daniel Dartanto, pria berusia 30 tahun yang kaya, dingin, dan penuh misteri.

Pernikahan ini terjadi karena utang budi. Tapi bagi Daniel, Ceira hanyalah kewajiban.

Satu atap dengan pria yang nyaris tak tersentuh emosi, Ceira harus bertahan dari tatapan tajam, sikap dingin, dan rahasia besar yang disembunyikan seorang Daniel.

Namun, semakin lama ia mengenal Daniel, semakin banyak pertanyaan muncul.

Siapa sosok yang diam-diam Daniel kunjungi di rumah sakit?
Kenapa hatinya mulai berdebar di dekat pria yang awalnya ia benci?

Dan yang paling penting—sampai kapan ia bisa bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nedl's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 Godaan

Ceira berdiri di depan cermin, memandang pantulan dirinya dengan wajah penuh kebingungan.

"Baju tidur?"

Apa benar ini yang disebut Maira sebagai baju tidur?

Tangan Ceira menarik sedikit bagian bawah pakaian yang ia kenakan, mencoba menutupi area pahanya yang terasa terlalu terbuka untuk nya. Kainnya tipis dan nyaris transparan, menempel dengan sempurna di tubuhnya yang ramping. Sementara bagian atasnya? Jangan ditanya. Tali spaghetti yang tipis serta potongan V-neck yang rendah membuatnya semakin meragukan fungsi baju ini sebagai pakaian tidur yang nyaman.

Ceira mengerucutkan bibirnya, lalu berputar-putar beberapa kali di depan cermin, memperhatikan bagaimana kain itu mengikuti setiap gerakannya.

"Aneh ih ..." gumamnya.

Kenapa rasanya ini lebih seperti baju renang yang kelewat seksi dibanding baju tidur yang biasa ia pakai? Biasanya, ia hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek berbahan katun saat tidur. Tapi sekarang? Ini bahkan lebih terbuka dibanding gaun pesta yang pernah ia kenakan!

"Atau mungkin baju tidur orang kaya gini ya," gumam Ceira. "Tapi masa iya."

Maira pasti berbohong.

Tapi ... kalau dipikir-pikir, kalau ini memang baju tidur yang biasa dipakai orang-orang, berarti selama ini dia yang salah, kan? Mungkin selera berpakaian tidurnya yang terlalu kuno?

"Hmmm ..."

Ceira kembali menoleh ke kanan dan kiri, meneliti pantulan dirinya. Meski sedikit canggung, ia merasa anehnya pakaian ini cukup nyaman di kulitnya.

"Kata Maira aku harus pakai ini buat tidur. Jadi ... mungkin aku harus mulai membiasakan diri?"

Namun, di saat ia sedang asyik berputar-putar di depan cermin, tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar.

Creekk!

"Ceira—"

Sebuah suara bariton terdengar di belakangnya, membuat Ceira refleks menoleh.

Di ambang pintu, berdirilah seorang pria dengan setelan kerja yang masih rapi, dasinya sedikit longgar, dan wajahnya yang tampak lelah—tapi kini terlihat benar-benar terkejut.

Daniel Dartanto.

Dan, oh, demi langit dan bumi, ekspresi pria itu benar-benar sulit dijelaskan.

Mata Daniel membesar saat melihat pemandangan di hadapannya. Ceira, istrinya, berdiri di tengah kamar dengan pakaian yang ... seharusnya tidak ia kenakan. Bukan di hadapannya, bukan dalam keadaan setengah telanjang seperti itu.

Daniel mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan dirinya tidak berhalusinasi. Namun, sayangnya, apa yang ia lihat tetap sama.

Ceira.

Dengan pakaian yang lebih pantas disebut lingerie daripada baju tidur.

Brengsek!

Daniel langsung sadar.

Maira!

"Ini pasti ulah Maira. Tidak mungkin Ceira sendiri yang memilih pakaian seperti ini!"

Setelah beberapa detik yang terasa seperti seabad, Daniel akhirnya menghembuskan napas kasar, mengusap wajahnya dengan satu tangan sebelum akhirnya membuka suara.

"Ceira ... kenapa kamu berpakaian seperti itu?" tanyanya dengan suara serak.

Ceira, yang masih berdiri di depan cermin, menatapnya dengan wajah polos.

"Ini baju tidur," jawabnya santai.

Daniel nyaris tersedak udara.

"Apa?"

"Baju tidur," ulang Ceira dengan suara yakin. "Maira yang kasih. Katanya aku harus pakai ini buat tidur kalo enggak dia bakal ngambek."

Daniel mengatupkan rahangnya dengan kuat.

Astaga, dia harus benar-benar menahan diri untuk tidak ke kamar Maira, menyeret Maira, dan menghajarnya sekarang juga.

Bagaimana bisa adik sepupunya sesesad ini pikirannya?!

Daniel menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai bergejolak. Namun, itu tidak mudah. Sama sekali tidak mudah.

Ceira berdiri di sana, masih dengan wajah lugu, sama sekali tidak sadar dengan bencana yang baru saja ia ciptakan.

Sial.

Daniel menutup matanya sesaat, mencoba mengendalikan pikirannya yang mulai melantur ke mana-mana.

Tidak.

Tidak.

Tidak.

Ia tidak bisa membiarkan pikirannya menuju ke arah sana. Ini belum saatnya.

Namun, masalahnya, pemandangan di depannya terlalu menggoda untuk diabaikan begitu saja.

Sebagai seorang pria yang normal, Daniel tidak mungkin tidak bereaksi. Tapi sebagai suami ... Daniel menelan ludah melihat lekukan tubuh Ceira yang begitu menggoda imannya.

"Nggak Daniel, sadar, ini belum saatnya. Gadis ini masih 18 tahun. Kamu sudah berjanji untuk menyentuhnya saat dia berusia 20 tahun. Ayolah pertahankan kewarasanmu Daniel," batin Daniel.

Ia benar-benar dalam masalah besar.

"Kamu ...," Daniel kembali membuka mulut, suaranya terdengar serak. "Kamu sadar nggak kalau baju yang kamu pakai ini ..."

Ceira memiringkan kepalanya. "Apa? Kenapa?"

Daniel menggeram. "Bukan baju tidur yang biasa."

Ceira mengerutkan keningnya. "Hah? Maksudnya?"

Daniel mengusap wajahnya sekali lagi.

Ceira benar-benar tidak sadar, ya? Kenapa Ceira bisa sepolos ini sih.

Astaga.

Dia harus segera mengakhiri ini sebelum segalanya menjadi lebih buruk.

"Ceira, pakai baju yang lain saja untuk tidur, jangan pakai yang ini," perintahnya dengan suara lebih rendah dari biasanya.

Ceira mengerutkan alisnya. "Tapi, Maira bilang aku harus—"

"Persetan dengan apa kata Maira."

Ceira terdiam.

Daniel mengusap tengkuknya yang terasa panas. "Ceira, ganti bajumu sekarang juga."

Ceira masih menatapnya dengan bingung. "Kenapa? Ini kan buat tidur."

Daniel hampir mendesah frustasi.

Tidak. Dia tidak bisa terus berada di ruangan ini lebih lama lagi. Dia harus meninggalkan Ceira, sebelum pikirannya semakin kacau dan hilang kendali.

Namun, sebelum ia bisa berbalik dan keluar dari kamar, Ceira tiba-tiba memanggil nya dan ingin mengatakan sesuatu namun....

"Daniel aku—"

Daniel menatap Ceira dengan intens, matanya menelusuri setiap ekspresi di wajah istrinya. Gadis itu masih berdiri di sana dengan wajah bingung, tanpa sadar telah mengguncang seluruh pertahanan dirinya.

"Sial, aku nggak bisa menahannya lagi."

Seharusnya dia segera pergi dari kamar ini. Seharusnya dia tidak membiarkan dirinya terjebak dalam situasi yang berbahaya seperti ini. Namun, sebelum akalnya bisa menang, tubuhnya lebih dulu bergerak.

Daniel melangkah maju. Dalam hitungan detik, ia telah berdiri tepat di depan Ceira. Gadis itu mendongak, menatapnya dengan mata membulat.

"D-Daniel?"

Ia tidak menjawab. Napasnya terasa berat, dan pikirannya penuh dengan satu hal: Ceira.

Tangannya terangkat, menyentuh pipi gadis itu dengan lembut. Ia bisa merasakan betapa hangatnya kulit Ceira di bawah sentuhannya. Lalu, sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, bib*rnya telah menyentuh b*bir Ceira.

Ceira membeku.

Ciuman itu awalnya lembut—hanya sekadar sentuhan, seolah Daniel sedang menguji batasannya sendiri. Namun, ketika Ceira tidak menolak, ia semakin dalam.

Ceira, yang awalnya hanya diam, akhirnya sadar bahwa ia harus melakukan sesuatu. Tapi apa? Ia tidak tahu bagaimana cara membalas ciuman.

Daniel seolah mengerti kebingungannya. Dengan lembut, tangannya merangkak ke tengkuk Ceira, menuntunnya untuk mengikuti irama yang ia ciptakan. Perlahan, Ceira mulai membalas. Ragu-ragu pada awalnya, tetapi semakin lama ia semakin menyesuaikan diri.

Jantungnya berdebar kencang. Ada sesuatu yang asing, sesuatu yang membuat tubuhnya terasa panas meski kamar ini ber-AC.

Daniel menarik Ceira lebih dekat, tangannya melingkari pinggang ramping istrinya, mendekapnya seakan tidak ingin melepaskannya. Lalu menggendong istrinya dan merebahkannya di atas kasur.

Tidak hanya pada b*bir, Daniel juga mulai beralih mencium leher jenjang Ceira dan memberi tanda kemerahan di sana.

Sesuatu miliknya di dibawah sana sudah mengeras dengan sempurna, meminta untuk dipuaskan segera. Daniel pun turun mencium leher, dada dan berpindah pada dua bukti kembar yang masih terbalut lingerie itu, yang selalu menggoda imannya sejak kejadian hari minggu di kolam renang.

Ukurannya sangat pas di kedua tangan Daniel. Daniel m*rem*snya perlahan membuat Ceira menikmati itu.

Tanpa menunggu lama, Daniel langsung membuka baju tidur atau 'lingerie' itu dengan sedikit kasar hingga dua bukit kembar itu mencuat dengan sempurna. Ceira ternyata sedari tadi tidak mengenakan B*. Dan kondisi gadis itu sekarang sudah setengah t*lanj*ng. Semakin menggoda iman Daniel.

Tanpa berpikir panjang, Daniel langsung me*y*su dengan rakus bagaikan seorang anak bayi yang kelaparan. Ceira yang baru pertama kali mendapatkan perlakuan itu sedikit kaget, ini terasa sedikit sakit tapi juga nikmat bagi nya.

"Akhhh Daniel."

Ceira mendesah tertahan kala Daniel asik bermain di area sensitif nya. Menciptakan kenikmatan yang Ceira tidak pernah dapatkan sebelumnya. Ini terasa aneh untuknya. Kalau tahu akan senikmat ini kenapa tidak dia coba dari dulu saja, itulah kira-kira isi pikiran Ceira.

Namun, di tengah-tengah kenikmatan itu, Daniel tiba-tiba sadar.

Tidak.

Ia harus berhenti.

Dengan rasa tidak ikhlas, Daniel akhirnya menarik diri. Ia menghela napas berat, menyandarkan keningnya pada kening Ceira, membiarkan udara dingin menyelinap di antara mereka.

Ceira masih terengah, matanya menatapnya dengan bingung.

Daniel tersenyum kecil, meski terasa berat. Ia menyentuh pipi gadis itu sekali lagi, lalu mengecup keningnya dengan lembut—lama, seolah ingin menanamkan sesuatu dalam ingatan mereka berdua.

"Lupakan ini," bisiknya. "Tidurlah, Ceira."

Ceira menatapnya, masih kebingungan. "Tapi, kamu—"

"Aku mau mandi," potong Daniel cepat. Ia tidak bisa terus berada di sini. Tidak jika ia ingin menjaga janjinya.

Daniel mundur selangkah, kemudian berbalik menuju kamar mandi.

Namun, saat pintu tertutup, ia tidak langsung membuka shower.

Tidak.

Ia hanya berdiri di sana, kedua tangannya mengepal, tubuhnya masih terasa panas oleh sisa-sisa h*sratnya.

Ceira benar-benar nikm*t, dia bisa menggoyahkan iman seorang Daniel. Padahal yang baru mereka lakukan tadi hanya pemanasan, namun itu sudah sangat berpengaruh untuk Daniel. Daniel bahkan masih membayangkan bagaimana lengkungan tubuh gadis itu yang nyaris sempurna dimatanya, sangat indah.

BERSAMBUNG ....

1
seftiningseh@gmail.com
menurut aku novel nya bagus bgt aju aika bgt sama prolog nya bikin penasaran dan dari Simpsons nya juga bikin penasaran bgt
maka nya aku baru baca prolog nya

oh ya kak jangan lupa baca novel aju judul nya Istri kecil tuan mafia
Lalaluna: terimakasih kak, okaiii siap kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!