Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Yang Mustahil
Egi keluar dari ruangan kerja Dito dengan wajah murung. Permohonan ditolak, itu sudah pasti.
"Apa kau gila, Egi! Ayra istri Dewa, adikmu. Dia adik ipar mu!" seru Dito yang terkejut mendengar permintaan Egi. Seujung kuku pun dia tidak menduga bahwa permohonan anaknya itu adalah hal yang tidak masuk akal.
"Tapi dia seharusnya jadi istriku, Pa. Aku yang harusnya menikah dengan Ayra!" tegas Egi mempertahankan keinginannya.
"Tapi kau juga yang sudah meninggalkan di hari pernikahan kalian! Sadar Egi! Papa harap jangan pernah kau mengatakan hal menjijikkan seperti itu lagi!"
Egi terdiam. Perkataan ayahnya ada benarnya juga. Dia menyesal sudah lari waktu itu. Kalau saja dia tetap bertahan, menuruti keinginan Dito, mungkin saat ini dia akan memiliki Ayra.
Maya yang masih menguping di balik pintu, tentu saja terkejut setengah mati. Tidak menduga kalau Egi telah jatuh cinta pada Ayra.
Maya merenung sejenak. Ini mungkin bisa jadi solusi masalahnya. Dia juga tidak suka pada Ayra. Mungkin dia bisa membatu Egi untuk mendapatkan gadis itu.
Maya beranjak dari sana, buru-buru masuk ke kamarnya. Dia harus mendapatkan cara untuk membuat Dewa semakin membenci Ayra hingga mau mendesak ayahnya untuk bercerai. Terlebih saat ini, Maya melihat kalau putranya itu sedikit lebih lembek pada Ayra. Jangan sampai Dewa juga terpikat pada gadis kampung itu, walau Maya tahu bukan seperti Ayra, tipe gadis yang Dewa suka.
Sebelum sampai ke sana, dia harus membuat Ayra semakin dekat dengan Egi, lalu setelah hubungan mereka semakin lengket, Dewa akan menceraikan Ayra karena dianggap perempuan murahan.
"Ya, sepertinya itu ide yang sangat brilian!" cicit Maya tersenyum.
***
"Apa kau sudah meminum obat mu?" tanya Ayra setelah masuk ke dalam kamar mereka dan mendapati Dewa berbaring dengan tangan menutup matanya.
Seharusnya kalau silau akan cahaya lampu kamar, dia bisa mematikan lampu.
"Dewa," panggil Olin yang sudah berdiri tidak jauh dari pria itu.
Dewa akhirnya membuka matanya, mendudukkan diri dan menatap Ayra. "Apa?"
"Aku tanya, apa kau sudah meminum obatmu?" ulang Ayra. Dia bisa melihat kalau Dewa tidak bersemangat, walau hanya untuk menjawab pertanyaan darinya, dan Ayra tahu alasan dibalik itu.
"Belum. Aku menunggumu," jawabnya tersenyum. Untuk sesaat debar jantung Ayra menderu lagi.
Ayra tidak mau terpaku lebih lama di mata pria itu, jadi bergerak mengambil beberapa butir pil lalu menuang air hangat ke gelas, segera memberikan pada Dewa.
Pria itu hanya tersenyum, menerima kebaikan hati Ayra. "Terima kasih banyak sudah mengurus ku," ucapnya lembut. Ayra bukan tidak menyadari kalau beberapa hari ini Dewa sudah berubah terhadapnya. Pria itu selalu bersikap lembut setiap berbicara padanya. Apa mungkin ini karena pria itu sedang demam?
"Mau kemana lagi?" tanya Dewa menarik pergelangan tangan Ayra saat gadis itu beranjak dari tempat duduknya.
"Mau temuin Om Dito. Tapi kamu dengar sendirian kalau ada yang ingin disampaikan," jawab Ayra. Dia ke kamar hanya untuk memastikan Dewa sudah meminum obatnya.
Mendengar penuturan gadis itu, Dewa melepas pegangannya. "Cepat kembali," ucapnya menyunggingkan senyum.
Duh, kenapa jadi begini? Sikap Dewa yang seperti itu seolah menggambarkan mereka sepasang suami istri yang harmonis, kan? Nyatanya?
Walau kikuk, Ayra akhirnya mengangguk pelan. Gila, jantungnya semakin berdebar. Ini gak bisa dibiarkan, kalau terus begini, bisa-bisa dia benar-benar jatuh cinta nanti.
***
Ayra dipersilakan masuk oleh Dito, setelah gadis itu mengetuk pintu ruang kerjanya. Ayra tidak pernah merasa canggung berhadapan dengan Dito, karena memang pria itu sangat baik padanya. Sosok Dito mampu membuat rasa rindunya pada sang ayah terbayarkan.
"Duduk, Ay," pinta Dito mempersilakan Ayra duduk di kursi yang tadi ditempati Egi. Melihat Ayra Dito kembali teringat atas permintaan Egi. Dia juga pasti merasa sangat bahagia jika seandainya Egi lah yang menjadi suami Ayra.
"Ada apa, Om?" tanya Ayra menunggu Dito yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dia jadi sedikit merasa khawatir akan pria itu yang tiba-tiba sedih kala menatap wajahnya.
"Aku teringat pada orang tuamu," jawab Dito yang tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang mengingat Heri, tapi yang membuat Dito hanyut dalam harunya, karena mata Ayra membawanya pada kenangan yang tidak bisa dia lupakan sampai kapan pun.
Bola mata itu membawanya pada sosok gadis yang sangat dia cintai. Sosok cinta pertamanya yang tidak pernah bisa dia gapai.
Tidak ada yang tahu, hanya Dito seorang bahwa dia sangat mencintai Rianti, ibu Ayra. Baik Dito, Heri dan Rianti merupakan sahabat sejak sekolah.
Dito yang lebih dulu mengenal Rianti, anak baru tetangganya. Rianti bersekolah di tempat yang sama dengan Dito hingga semakin dekat karena banyak menghabiskan waktu di sekolah ataupun di rumah.
Hingga suatu hari, Heri melihat Rianti dan meminta Dito untuk mengenalkannya.
Tentu saja Dito keberatan. Dia takut Heri yang memang jauh lebih tampan darinya dan banyak dikagumi gadis-gadis akan membuat Rianti juga jatuh cinta kepada Heri sehingga dia tidak bisa memiliki kesempatan untuk mendekati Rianti.
Namun, bagaimana Dito bisa menolak Rianti? Gadis itu belum menjadi kekasihnya. Hanya sekedar sahabat sehingga mau tidak mau dia pun memperkenalkan keduanya.
Tebakan Dito benar. Rianti jatuh cinta kepada Heri dan memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Pupus sudah harapan Dito untuk mendapatkan Rianti, tapi dia juga tidak mungkin merusak hubungan mereka karena Heri adalah sahabat terbaiknya.
Di saat keduanya memutuskan untuk menikah, saat itu pula Dito pergi menjauh dari mereka, hilang bak ditelan bumi tidak pernah terdengar kabar beritanya.
Hingga pada akhirnya Heri yang datang mencarinya tepat ketika Dito baru saja kehilangan istrinya, ibunda Egi dan harus segera menikahi Maya yang tengah mengandung Dewa.
Kehidupan yang hancur dan perekonomian yang begitu menyedihkan membuat Dito tidak kuasa menolak bantuan Heri. Tidak tanggung-tanggung, pria itu memberikan satu perusahaan yang ada di kota itu untuk diurus oleh itu Dito.
Bertahun tak ada kabar, anak buah yang disuruh Dito mencari Heri akhirnya memberikan titik terang. Dito segera datang ke desa menemui Heri.
Pria itu frustrasi karena sakit yang diderita Rianti. Semua kekayaan dikerahkan untuk mengobati Rianti, tapi tetap saja gadis itu harus kembali pada sang penciptanya.
Setelah kepergian Rianti, Heri menyerahkan perusahaannya diurus oleh orang kepercayaannya, yang ternyata menipu dan membuatnya kehilangan harta benda.
Heri memang sudah tidak punya semangat hidup setelah cinta sejatinya pergi meninggalkannya. Dia pun akhirnya jatuh sakit yang membuat keadaan perekonomian mereka semakin terpuruk.
"Om, apa yang ingin Om sampaikan?" ulang Ayra.
"Om ingin kamu kembali melanjutkan pendidikan mu, Ay. Kamu mau kan kuliah?"
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya