Jennixia terpaksa menikahi Chester, mafia yang terkenal kejam di Negara X itu. Dia tidak diberikan pilihan lain oleh Chester.
Setelah menikahi Chester, sifat Chester sangat bertolak belakang dengan julukan yang diberikan kepadanya. Jennixia sempat merasa bingung. Chester melakukan apapun untuk meraih cinta Jennixia.
Bagaimana Chester bisa mengenal keluarga Jennixia ?
Apakah Jennixia bisa mencintai Chester setulusnya?
Masih banyak pertanyaan yang masih misteri mari kupas tuntas dengan mengikuti alurnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabby_Rsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Laporan untuk Arviy
Alex menyetujui syarat Arviy, semuanya dilakukan demi uang yang begitu banyak. Alex menghantar sekitar 6 orang anak buahnya untuk bekerja dengan Arviy.
Mereka menuju ke kantor Arviy diikuti dengan Alex. Alex ingin menerima uang itu di depan wajahnya agar Arviy tidak melakukan tipu daya terhadap dirinya.
Mereka telah sampai di kantor Arviy, sang pengusaha itu sedang duduk cantik dikursi kebesarannya dengan wajah sumringgah.
"Aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini Alex." Ucapnya setelah Alex memasuki ruang kantornya.
"Soal uang aku akan cepat, tapi aku ingin tahu dulu pekerjaan apa yang kau inginkan anak buahku lakukan? Aku tidak mau kehilangan anak buah lagi Ar." Ungkap Alex tanpa basa basinya.
"Aku hanya mau mereka memata-matai seorang wanita saja." Jawab Arviy sambil menghisap rokoknya.
"Wow aku tidak sangka kau bisa tergila-gila dengan seorang wanita Ar hahaha." Timpalnya sambil tertawa renyah.
"Dia wanita Chester tapi aku tertarik dengannya dan aku akan membuatnya berpaling padaku." Ucap Arviy penuh percaya diri.
"Hehh, kau begitu percaya diri Ar, jangan sampai kau kecewa lagian banyak-banyak wanita di luar sana kenapa harus gadisnya si baji**an itu." Tukas Alex dengan wajah bingung dengan pemikiran Arviy.
Arviy ingin memiliki semua milik Chester termasuk wanita milik Chester, bukankah dia akan rugi jika wanita Chester yang sudah terpakai ingin diembatnya juga. Keterlaluan memang pikirnya.
"Wanita itu cantik dan bukan wanita biasa, pesonanya begitu menarikku, andai dia bukan milik Chester, pasti sudah aku jadikan dia istriku." Terang Arviy sambil menatap foto Jennixia di layar ponselnya.
"Cih, aku penasaran dengan wanita Chester yang kau tergila-gilakan itu."
Arviy memberikan ponselnya kepada Alex, mata Alex membulat sempurna karena dia mengenali wanita yang ada dilayar ponsel Arviy.
"Wanita ini Jennixia!" Gumamnya dalam hati.
"Wanita ini benar-benar cantik, pantasan saja kau juga meninginkannya, aku jadi penasaran di mana Chester menemukan wanita secantik ini." Ucap Alex lalu mengembalikan ponsel Arviy.
"Dia dijual Ayah tirinya, dan Chester yang membelinya." Jawab Arviy.
Tanpa ada yang sadar, Alex mengepalkan kedua tangannya dan gurat amarah tercetak diwajahnya.
Arviy tersenyum sumringgah sambil menatap ponselnya dan Alex menatap jijik ke arah Arviy.
"Tiada satu pun dari kalian yang bisa memiliki Jennixia, aku akan pastikan itu!" Gumamnya dalam hati.
"Jadi rencana kau bagaimana?" Alex coba mengorek rencana yang ingin Arviy lakukan.
"Aku hanya ingin memantau keadaannya saja, kemarin anak buahku sedikit buat kesilapan dan melibatkan Jennixia, aku khawatir keadaannya." Terang Arviy sambil mengingat kejadian kemarin.
Sebenarnya dia rasa bersalah tapi mau bagaimana kejadian itu sudah terjadi.
"Ehm, baiklah kalau begitu aku akan bicarakan pada anak buahku, kau santai dan terima laporan aja." Alex lalu pergi meninggalkan kantor Arviy dengan rasa marah.
Dia bertemu dengan anak buahnya diparkiran.
"Kalian, misi kalian adalah memata-matai seorang wanita, fotonya akan aku kirim tapi aku mau menambah sesuatu, pastikan wanita itu dalam keadaan aman dan selamat." Perintah Alex.
"Dan kalau Arviy menyuruh kalian menyulik wanita itu dan bawa kepadanya beritahu dulu padaku, aku yang akan membuat keputusan! Faham?" Lanjutnya lagi.
"Faham!" Jawab anak buah Alex dengan serentak.
....
Kini mereka sudah berada di rumah sakit, ada yang menyamar sebagai tukang kebersihan dan ada yang menyamar sebagai satpam, ada juga yang menyamar menjadi tukang hantar makanan kepada pasien VIP.
Mereka saling berkomunikasi lewat alat komunikasi yang diberikan oleh Arviy, sekarang yang mereka butuhkan adalah laporan kondisi keadaan Jennixia.
Waktu jam makan telah masuk, salah satu mata-mata yang Arviy sewa itu menghantar makanan ke kamar inap Jennixia.
Seperti biasa Jennixia akan memakan bubur pada sore hari, awalnya Chester tidak mengizinkannya untuk memakan makanan rumah sakit tapi Jennixia mendesaknya dan menyuruhnya pengawal memeriksa kebersihan makanan itu.
Sebenarnya dia tidak mau menyusahkan Mei dan pelayan di mansion yang sering menghantar makanan untuknya, dia harus sembuh agar bisa kembali ke rumah dan menikmati masakan koki mansion lagi.
"Permisi Tuan, Nona ini makanan untuk Nona." Ucap pria itu.
"Letakkan di situ." Tegas Chester.
"Baik Tuan."
"Terima kasih ya paman." Ucap Jennixia dengan ceria.
"Sama-sama Nona, semoga cepat sembuh." Jawabnya.
"Saya sudah sehat paman, terima kasih buburnya."
Pria itu keluar sambil tersenyum walaupun Chester menatap sinis kepadanya.
Setelah keluar dari ruang inap Jennixia, pria itu langsung memberi laporan kepada ketuanya agar bisa mengirim laporan kepada Arviy.
...
Di dalam ruang inap Jennixia.
Chester mencoba bubur itu sebelum Jennixia, membuat Jennixia kaget, dia mulai pikiran yang aneh-aneh terhadap Chester.
Chester yang bisa membaca raut wajah Jennixia itu kini mulai mengerjainya.
"Jangan makan bubur ini." Ucap Chester sambil memegang mulut dan perutnya.
"Kenapa?" Jennixia mulai gementar. "Jangan bilang mereka meracuni bubur ini." Lanjut Jennixia.
Chester berpura-pura lemas lalu duduk di atas sofa kecil yang berada di ruang itu.
"Maafkan aku..."
Jennixia dengan cepat turun dari ranjangnya dengan mata berkaca-kaca, dia tidak ingin kehilangan Chester, kalau sampai sesuatu terjadi kepada Chester dia juga akan memakan bubur itu. Begitulah pikir Jennixia.
"Jangan, kau sudah janji kau tidak meninggalkanku." Tangisan Jennixia pecah, dia memeluk Chester yang sedang terduduk lemas.
Chester rasa bersalah karena mempermainkan Jennixia karena saat ini Jennixia benar-benar menangis, dia bisa merasakan air mata yang hangat jatuh di dadanya.
Chester membuka matanya dan mengusap puncak kepala Jennixia.
"Maafkan aku, aku hanya bercanda."
Jennixia berhenti menangis setelah mendengar ucapan Chester. Dia merasa kesal karena Chester bisa menjadikan kematian itu sebagai candaan. Jennixia menatap Chester lalu di tariknya tangan Chester dan digigitnya dengan kuat.
"Aaauuu." Pekik Chester sambil memegang tangannya.
Jennixia melepaskan gigitannya, dia menatap tajam ke arah Chester. Dia berdiri dan mengambil buburnya lalu menuju ke ranjangnya.
"Jen maafkan aku." Ucap Chester. " Tanganku sakit Jen." Lanjut Chester dengan merenggek.
Tapi Jennixia mengacuhkannya, dia malah menyantap bubur itu hingga tandas dengan wajah yang kesal. Jennixia mengambil beberapa obat yang harus dia minum dan menolak Chester untuk membantunya.
"Jen, maafkan aku ya. Masa kamu sudah gigit aku tapi masih marah, nggak adil." Bujuk Chester lagi.
Jennixia tetap mendiami Chester dan mengacuhkannya. Kini dia sudah berbaring dan menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.
Dibalik selimut, mulut Jennixia komat kamit menyumpah Chester.
"Maafkan aku Tuhan bukan ingin menyumpah suami aku benaran cuma lagi kesal aja."
Dia takut juga jika Tuhan mengabulkan sumpahnya haha.
Chester yang didiami Jennixia mulai rasa bersalah, tidak sepatutnya dia main gila seperti tadi. Padahal dia tau Jennixia sangat takut kehilangannya.
"Sayang, aku minta maaf tadi tu aku cuma bercanda agar kamu jangan terlalu berpikir banyak tapi rupanya aku salah kamu jadi malah terpikir kembali dengan kejadian itu." Ucap Chester dengan nada sendu.
"Maafkan aku sayang, tolong jangan mendiamiku." Lanjutnya lagi.
Tidak ada sahutan dari Jennixia membuat Chester semakin merasa bersalah.
"Sayang, maafkan aku ya. Besok sebelum pulang kita pergi ke mall beli semua yang kamu mau. Jadi janganlah marah lagi."
"Sayang kamu mau makan apa? Aku akan belikan semuanya untukmu. Atau kamu mau boneka?"
"Sayang janganlah begini, aku salah aku minta maaf."
"Sebentar Mei akan datang, aku akan pergi jika sayang tidak ingin melihat aku di sini."
"Sayang aku akan benaran pergi setelah Mei sampai ke sini."
Jennixia tetap saja tidak menjawab Chester.
Bersambung....