NovelToon NovelToon
Keluargamu Toxic, Mas!

Keluargamu Toxic, Mas!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Lansia
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Herliana

Annisa jatuh cinta pada Iman, seorang montir mobil di bengkel langganan keluarganya.
Sang Papa menolak, Nisa membangkang demi cinta. Apakah kemiskinan akan membuatnya sadar? atau Nisa akan tetap cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Herliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Perempuan itu memang manis dan masih sangat muda. Nisa tidak habis pikir, mengapa ada laki - laki yang tega menyia - nyiakan perempuan yang begitu terlihat manis seperti ini. Nisa saja begitu bertemu langsung suka dan jatuh hati, apalagi kaum adam?

"Nama Saya Tini, Bu. Kata Teh Maya Saya boleh kerja di sini?"

Nisa mengangguk.

"Tapi kalau Ibu boleh tahu, kenapa Kamu bercerai? Bukannya anak Kamu masih kecil - kecil?" Tini tertunduk. Entah apa yang ia rasakan atas pertanyaan Nisa tadi.

"Maaf, Tin. Kalau ucapan Ibu nyakitin perasaan Kamu." ucap Nisa terburu - buru. Nisa tidak melihat ada senyum miring di bibir Tini.

"Nggak papa, Bu.Maaf Saya belum bisa cerita, Bu. Rasanya masih sakit." Nisa mengangguk dengan hati iba.

Malam ini Tini mulai bekerja di warung pemancingan. Kehadirannya membuat heboh para pemancing dan karyawan Iman."

Mereka bersedia mengantar dan menjemput Tini pulang pergi bekerja.

"Udah keduluan sama si Rasya." keluh Juned.

"Kamu 'kan punya istri, Ned. Ngapain Kamu ikutan ngejar si Tini?"

"Suka aja. Tini maniiiss.."

"Inget istri dan anak di rumah."

"Aah, mereka 'kan nggak tau."

"Biarin aja si Rasya. Dia duda, ganteng lagi. Tini juga suka kelihatannya."

Iman hanya dapat menggeleng - gelengkan kepalanya mendengar obrolan karyawannya. Tini memang manis. Tapi tidak ada yang bisa membuatnya berpaling ke lain hati. Hanya Nisa yang ada di hatinya. Nisa juga tahu itu. Begitu juga dengan Nisa. Tidak ada yang dapat membuatnya berpaling. Hatinya hanya untuk Iman. Itu yang membuat mereka tidak pernah saling cemburu. Mereka saling percaya satu sama lain.

"Nisa, asisten Kamu oke juga, tuh."

Lain lagi dengan Mumu. Ia terpesona pada kecantikan Tini dan mulai mendekatinya. Tentu saja tanpa sepengetahuan Yanti.

"Bang, inget Teh Tini." ucap Nisa kesal melihat Mumu kembali bergaya bagai ABG.

"Lah, Aku justru mau cari orang buat nemenin Yanti." Mata Nisa membesar seketika. Mumu tertawa.

"Nggak papa, 'kan kalau Kamu punya Kakak baru?" Nisa mendecih,

"Ih! Najis inggris tralala trilili!" Mumu justru terbahak - bahak mendapat umpatan dari Nisa itu.

"Anaknya 5, Bang! Abang sanggup ngempaninnya?"

"Dikira ayam kali pake diempanin!" Mumu melotot.

"Aku bilangin Teh Yanti baru tahu rasa!"

"Eett! Emang tukang ngadu, Kamu tuh!"

"Biarin! Daripada Abang, tukang selingkuh!"

"Nisaa! Kalau yang namanya tukang selingkuh tuh udah selingkuh berkali - kali! Lah, Aku baru kali ini! Itu juga kalau Tininya mauu..!"

"Mudah - mudahan Tininya nggak mau!" cicit Nisa sebal.

"Ah, Kamu!" Mumu melotot.

Entah mengapa Tini tiba - tiba berhenti bekerja.

"Mungkin Ia kecapekan." begitu ujar Maya. Nisa menyadari itu, tapi ia tidak menduga Tini akan datang siang ini bersama 2 orang temannya.

Mereka memesan minuman dan mie rebus di warung Nisa.

"Extra J**ss pake susu 3, ya." Tini berkata seolah Nisa itu bukan siapa - siapa.

Nisa diam dalam keherannya. Tini juga tidak mengenalkan ia sebagai pemilik warung sekaligus mantan bosnya. Mereka juga bertingkah sangat arogan.

"Mie rebus pakai telor 3 juga. Telornya yang satu setengah mateng. Yang bener, ya! Kalau salah nggak jadi aja!" kata salah seorang dari mereka.

Maya langsung membuatkan pesanan mereka sedang Nisa hanya dapat menghela nafas.

*******

"Katanya Bang Mumu yang Bayarin semua ini, Mbak." mata Nisa membelalak mendengar ucapan Maya yang sedang mencuci mangkok dan gelas bekas mereka jajan.

"Kenapa harus Bang Mumu?" teriak Nisa. Teriakannya terdengar oleh Tini yang masih duduk di depan.

"Mereka masih di depan, Mbak?" bisik Maya.

"Nggak. Mereka udah pulang!" bohong Nisa. Maya pasti ingin mengatakan sesuatu mengenai Tini, tapi ia tidak enak karena ada orangnya.

"Tini suka sama Bang Mumu." APA?

"Bukannya Dia suka sama Rasya?"

"Tadinya. Sekarang Dia lebih suka sama Bang Mumu."

"Karena Bang Mumu habis jual tanah? Banyak uangnya?"

"Mungkin." sahut Maya pendek.

"Rumah Bang Mumu itu belum jadi. Duitnya Dia pakai mabok terus. Kalau nggak jual tanah, mana Dia punya uang? Buat bangun rumah juga kurang, Kali! Dia itu pengangguran! Makan aja masih nedeng sana - sini. Itu orang juga nggak mikirin perasaan anak dan istrinya, ya? Gimana kalau istrinya tau? Bisa habis itu pelakor!" Nisa begitu emosi. Ia tidak perduli Tini mendengar ucapannya.

"Makan aja masih minta! kok ada ya, pelakor yang mau! Duit tanahnya juga dipegang sama Mpok nya! Mana Dia pegang duit? Goblok banget tuh pelakor!"

Benar saja, Tini langsung mengajak teman - temannya pergi.

"Yuk, Cabut! Di sini panas!"

Maya membuka mulutnya karena terkejut.

"Mereka masih di sini, Mbak!" katanya tidak enak hati.

"Biarin!" Nisa tersenyum. Ia puas sudah meluapkan Isi hatinya.

"Tapi Maya nggak enak sama Dia, Mbak. Itu 'kan teman Maya?"

"Nemu darimana sih temen model begitu, May? Nggak punya temen kayak gitu malah bagus!"

"Tapi, Mbak.."

"Kamu mau suami Kamu di sosor juga?" Soang, kali. Maya bergidik takut. Nisa benar. Tini dalam mencari mangsa memang tidak pandang bulu. 5 anak itu memiliki ayah yang berbeda. Itu karena Tini tidak hati - hati dan lupa memakai pengaman. Itu tidak pernah ia ceritakan pada Nisa karena ia tahu Nisa pasti akan langsung menolaknya.

Tidak berapa lama Mumu datang dan langsung berkacak pinggang di depan Nisa.

"Mulut Kamu jahat banget, Nisa!"

"Jahatan mana sama Abang? Abang udah mau ngeduain Teh Yanti sama orang macam begitu!" Nisa balas berteriak.

Iman yang melihat gelagat tidak baik langsung menghampiri mereka.

"Ada apa nih, Bang?"

"Ajarin tuh, istrimu! Jangan suka ikut campur urusan orang lain!"

Iman berbalik menatap istrinya.

"Kamu ngapain sih, Mah?!" mata Iman melotot. Suaranya juga keras.

Merasa disalahkan oleh suaminya, Nisa langsung menangis.

"Begitu aja nangis ketakutan! Tadi koar - koar di depan orang nggak ada takutnya!" cibir Mumu.

"Siapa yang takut?!" Teriak Nisa. Ia meradang. Ia menangis karena Iman memelototi dan membentaknya di depan orang lain.

"Man! Ajarin tuh istrimu! Jangan nyolot sama yang lebih tua! Aku 'kan Kakakmu!" telunjuk Mumu menuding - nuding Nisa.

"Abang yang harus belajar setia!"

"Begini nih, Man kalau Kamu terlalu manjain istri! Jadi berani ngelawan!"

Iman jadi bingung. Apa maksud Nisa dengan belajar setia? Apa benar ucapan Mumu kalau terlalu memanjakan istri itu akan membuat istri berani melawan?

"Udah! Mamah masuk!" titah Imam akhirnya.

"Nggak mau!" Nisa mengerucutkan bibirnya. Matanya masih nyalang menatap Mumu.

"Pelakor itu ngadu apa sama Abang?" katanya sinis. Mumu terlihat gelagapan.

"Hebat, ya. Sekali ucapannya membuat Abang datang untuk marahin Aku!" teriak Nisa, sedang airmatanya meluncur deras. Ia membenci siapapun yang menjadi pelakor, meski itu bukan perusak rumah tangganya.

Mumu merasa tidak enak melihat airmata yang membanjir di pipi Nisa.

"Ajarin tuh, Istrimu!" gusarnya sebelum dia beranjak pergi.

Maya hanya melihat pertengkaran mereka seperti menonton adegan sinetron. Kalau saja ada kacang goreng dan segelas es teh manis, pasti lebih asyik.

Maya ini memang penggemar berat sinetron istri yang tersakiti, meski ia tidak mau bernasib sama.

*********

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!